PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PRA-AKSARA

 


Tahukah kalian bagaimana masyarakat praaksara mempertahankan kehidupannya ? Berdasarkan hasil penelitian berupa fosil dan artefak diperkirakan manusia praaksara awal  mengembangkan  pola  kehidupan  berburu  dan  meramu,  kemudian  berlanjut mereka  mulai  pandai  bercocok  tanam.  Yang  mengalami  peningkatan  mulai  dari berkebun, berladang ( berhuma ) sampai akhirnya mereka memiliki kepandaian bertani ( bersawah )

 mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam dan beternak, serta masa perundagian atau masa kemahiran teknik.

Corak kehidupan berlangsung dari yang paling sederhana hingga pembuatan alat- alat dari logam yang membutuhkan keahlian khusus. Dari awalnya hidup berpindah-

pindah hingga menetap dengan membuat rumah. Dari yang awalnya hidup dengan cara mengumpulkan makanan hingga menghasilkan makanan sendiri.

Masa berburu dan mengumpulkan makanan, kadang juga digunakan istilah meram makanan,   adalah   corak   kehidupan   dasar   dar masyarakat   pra-aksara.

Kehidupan sangat sederhana, tergantug pada alam. Manusia purba berpindah-pindah atau nomaden dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mendapatkan makanan (food gathering).

Bagaimana…     apakah     kalian     penasaran     ingin     mengetahui     bagaimana

perkembangan kehidupan nenek moyang kita dimasa praaksara. ? Silahkan simak penjelasan berikut ini .

 

1.        Corak Kehidupan Manusia Purba Pada Masa Berburu dan Meramu

Masa berburu dan meramu disebut juga dengan masa mengumpulkan makanan

(food gathering). Masa berburu dan meramu adalah masa ketika manusia purba untuk mendapatkan makanan dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan yang tersedia dari alam. Manusia purba pada masa ini mempunyai ketergantungan yang besar terhadap

Apa yang disediakan oleh alam.

Pada umumnya manusia purba pada masa berburu manusia purba yang tinggal di hutan biasanya berburu binatang antara lain kerbau liar, rusa, gajah , banteng , badak. Sedangkan manusia purba yang hidup di sekitar pantai mereka menangkap ikan dan kerrang. Kegiatan berburu umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki, tugas wanita adalah mengumpulkan makanan yang tersedia di alam sekitar seperti ubi, buah-buahan, daun- daunan dan kacang kedelai.

Masa  berburu  dan  meramu  diperkirakan  berlangsung  pada  jaman  batu  tua ( Palaeolithikum ) , Tentu kalian ingat materi pada kegiatan pembelajaran 1 , bahwa pada saat itu perkakas mereka masih terbuat dari batu yang masih utuh dan belum diproses sehingga belum dapat digunakan untuk bercocok tanam.

Berdasarkan pola kehidupannya , maka corak kehidupan masa berburu dan meramu dibagi menjadi 2 tahapan yaitu :

 

a.        Masa Berburu dan Meramu Tingkat awal

Pada masa berburu dan meramu tingkat awal ini lingkungan sekitar manusia purba masih liar, banyak gunung berapi yang masih aktif dan kerap Meletus, keadaan

bumi pun masih belum stabil seperti sekarang. Manusia purba yang hidup pada masa ini

adalah dari Jenis Phitecanthropus dan Homo Wajakensis

 

1)       Pola Kehidupan Ekonomi dan Pola Hunian

Perkakas yang dipakai oleh masyarakat pada masa berburu dan meramu tingkat awal adalah terbuat dari batu yang masih utuh belum diproses , oleh sebab itu  belum

bisa digunakan untuk bercocok tanam. Alat-alat tersebut digunakan untuk memotong

daging dan tulang binatang buruan, salah contoh alat itu adalah kapak perimbas. Kapak perimbas adalah sejenis kapak yang terbuat dari batu dan tidak mempunyai tangkai, perkakas ini belum dapat digunakan untuk bercocoktanam. sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka mengumpulkan bahan makanan dari alam dan mengolahnya ( Food gathering ), maka dapat dikatakan kehidupan mereka sangat bergantung pada alam, jika bahan makan di daerah sekitar mereka habis maka mereka akan pindah ke daerah lain yang masih banyak tersedia bahan makanan baik tumbuhan yang bisa mereka petik maupun hewan yang bisa mereka buru.


2)       Sistem Kemasyarakatan

Pada   mas berburu   dan   mengumpulkan   makanan masyarakatny hidup berkelompok-kelompok dalam jumlah yang kecil. Tetapi hubungan antara kelompoknya

sudah erat karena mereka harus bersama-sama menghadapi kondisi alam yang berat,

sehingga sistem kemasyarakatan yang muncul pada masa tersebut sangat sederhana. Sekitar  90  persen  waktu dihabiskan untuk mencari  makan.  Manusia  tinggal  dalam kelompok  kecil,  sekitar  10-15  orang.  Hidup  berkelompok  dan  berbagi  makanan menguatkan hubungan antarmanusia dan membuat bertahan hidup lebih mudah. Laki- laki bertugas berburu. Sementara perempuan bertugas mengolah makanan, mengurus anak, dan mengajari anak cara meramu makanan

 

3)    Ciri-ciri kehidupan pada masa berburu dan meramu tingkat awal ini antara lain:

a) Manusia pada masa ini hidup secara nomaden (tempat tinggal berpindah- pindah).

b) Kebutuhan untuk hidup sangat bergantung pada alam.

c)  Alat-alat bantu yang digunakan dibuat dari batu yang masih kasar. d) Meraka belum mengenal bercocok tanam.

 

Apakah  kalian  tahu  kenapa  manusia  purba  hidup  secara  berpindah-pindah

(nomaden)?

 

Ada dua hal yang mempengaruhinya yaitu :

1.  Pergantian musim, pada saat musim kemarau menyebabkan hewan buruan yang merupakan sumber makanan manusia purba berpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik

2.         Umbi-umbian dan binatang buruan di sekitar mulai berkurang

 

 

b.       Masa Berburu dan Meramu Tingkat Lanjut

Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut ini kehidupan manusia prasejarah sedikit  lebih  maju  daripada  masa  sebelumnya  ,  namun  kehidupan  mereka  masih

tergantung kepada alam. Beberapa contoh alat yang digunakan pada masa ini antara lain kapak perimbas, alat serpih ( flakes ) dan alat alat dari tulang dan tanduk rusa.

Masa berburu dan meramu tingkat lanjut ini diperkirakan berlangsung pada masa

Messolithikum  ,  yang  ditandai  dengan  terjadinya  perubahan  tradisi  yang  semula mengumpulkan   makan   (   foo gatherin  menuj menghasilkan   sendiri   bahan

makanannya       ( food Producing ), namun belum sepenuhnya mereka dapat memenuhi seluruh kebutuhan makanan mereka karena perkakas mereka yaitu Kapak Genggam

Pebble hanya bisa digunakan untuk menggembur gemburkan tanah denagnbercocok tanam dengan cara berkebun.

Anak anak generasi penerus bangsa yang hebat… kalian tentu masih ingat materi pada kegiatan pembelajaran 1 , bahwa pada masa Messolithikum ini perkakas mereka

masih terbuat dari batu yang diproses sederhana yaitu dengan membelahnya menjadi dua bagian yang memiliki sisi sisi yang tajam sehingga sudah dapat digunakan untuk

bercocok tanam secara terbatas yaitu dengan berkebun.

 

1)       Pola kehidupan Ekonomi dan Pola Hunian

Masarakat pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut sudah bercocoktanam sederhana dengan cara berkebun. Dari hasil kebun ini mereka dapat memenuhi sebagian

kebutuhan makanannya , ditambah dengan mereka juga harus memenuhi sebagian lagi


kebutuhan makanan mereka dari berburu dan meramu. Sehingga karena mereka sudah berkebun maka tentu mereka harus menunggui hasil kebunnya , hal ini mendorong mereka untuk menjalankan pola kehidupan menetap sementara ( semi sedenter ). Pola

 

bermukim mereka mulai berubah dari nomaden menjadi semisedenter karena ketika masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut telah mampu mengumpulkan makanan dalam jumlah yang cukup banyak dari hasil berkebunnya , mereka mulai lebih lama mendiami suatu tempat. Namun karena mereka masih harus memenuhi sebagian kebutuhan makanan mereka dari berburu, maka jika bahan makan di alam sekitar mereka sudah habis , mereka akan berpindah tempat ( nomaden ), kemudian menetap lagi untuk beberapa waktu

Kemudian pengetahuan mereka berkembang untuk menyimpan dan mengawetkan makanan. Daging binatang buruan diawetkan dengan cara dijemur setelah terlebih dahulu diberi ramuan. Mereka bertempat tinggal di gua-gua (abris sous roche). Mereka memilih gua yang letaknya cukup tinggi di lereng-lereng bukit untuk melindungi diri dari iklim dan binatang buas.

Gambar : Goa Liang Bua, bekas tempat tinggal masyarakat pada masa Berburu dan Meramu tingkat lanjut

Dengan demikian maka dapat dikatakan masa kehidupan berburu dan meramu tingkat lanjut di jaman Messolithikum ini sering disebut sebagai masa peralihan dalam

kehidupan  manusia  praaksara  yaitu  peralihan  dari  food  gathering  menuju  food

producing

 2)       Sistem Kemasyarakatan

Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut telah mengenal pembagian kerja. Kegiatan berburu banyak dilakukan oleh kaum laki-laki. Kaum wanita yang tidak banyak

terlibat  dalam  kegiatan  perburuan,  lebih  banyak  di  sekitar  gua-gua  tempat  tinggal

mereka.

 

3)       Sitem Kepercayaan

Pada masyarakat berburu dan meramu diduga telah muncul kepercayaan. Buktiny adalah   denga ditemukanny bukti-bukti   tentan penguburan   yang ditemukan diGGuausaseLbaawgai tSeammppatutningg, gPaol.nSourmobgeor,. h Jattwp:a//Twimikiupre;dGiua.acoSmodong, Besuki, Jawa

Timur; dan Bukit Kerang, Aceh Tamiang, Nangroe Aceh Darussalam.



Dari mayat-mayat yang dikuburkan tersebut ada yang ditaburi dengan cat merah. Diperkirakan cat tersebut berhubungan dengan upacara penguburan yang maksudnya adalah untuk membuktikan kehidupan baru di alam baka. Di dinding-dinding Gua Leang Pattae, Sulawesi Selatan ditemukan lukisan cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah. Menurut para ahli hal tersebut mungkin mengandung arti kekuatan atau simbol kekuatan pelindung untuk mencegah roh-roh jahat. Ada beberapa gambar jari yang tidak lengkap. Gambar tersebut dianggap sebagai tanda adat berkabung

 

Ciri-ciri kehidupan pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut antara    lain:

1.     Manusia purba yang tinggal dekat dengan pantai mencari makanan di laut yang kemudian meninggalkan sampah dapur bekas sisa sisa makanan atau disebut

juga Kjokenmoddinger.

2.   Sudah mulai mengenal bercocok tanam namun masih sederhana (berpindah- pindah tergantung kesuburan tanah)

3.   Pada masa ini manusia prasejarah hidup secara berkelompok menempati gua- gua secara semi-sedenter (tinggal cukup lama di suatu tempat). Gua-gua yang

dihuni umumnya pada bagian atasnya dilindungi karang atau disebut juga Abris

Sous Roche.

4.   Pembagian tugas yaitu pria bertugas berburu dan wanita bertugas bercocok tanam.

 

  

2.       Corak Kehidupan Manusia Purba Pada Masa Bercocok Tanam

            a.      Masa Bercocok Tanam Tingkat Awal

Anak  anak  hebat  Indonesia….  Semoga  kalian  masih  semangat  mempelajari

kehidupan  nenek  moyang  kita  jaman  dahulu  yaaa…  karena  kita  akan  mempelajari

kehidupan nenek moyang kita dimasa selanjutnya.

Kalian tentu pernah mendengar terjadinya kebakaran hutan , biasanya dimusim kemarau sekitau bulan Juni atau Juli bukan… ? . kebakaran hutan tersebut selain karena factor alam akibat kemarau panjang juga disinyalir karena adanya kegiatan membuka ladang dengan membakar hutan. Hal ini tentu tidak patut dicontoh dan sebaiknya kalian bisa mengingatkan pada teman kalian tentang perlunya menjaga alam. Mari kita simak kehidupan nenek moyang kita selanjutnya.

 

1)       Pola Kehidupan Ekonomi dan Pola Hunian

Selain bercocok tanam manusia purba juga memenuhi kebutuhan hidupnya dari beternak hewan hewan yang dulu mereka buru, sekarang mereka ternakan.

Masa  bercocok  tanam  ini  diperkirakan  berlangsung     sejak     Jaman  Neolithikum.

Pendukung kebudayaan kehidupan pada jaman ini adalah sudah dari jenis homo sapiens

( makhluk cerdas ) yang berasal dari rumpun Melayu.


Pada jaman ini terjadi perubahan besar dalam pola kehidupan masyarakat purba, yaitu perubahan dalam cara mereka memenuhi kebutuhan hidupnya dari berburu dan mengumpulkan makan ( food gathering )  menjadi menghasilkan bahan makanan ( food producing ) dan perubahan dalam pola huniannya dari berpindah pidah tempat                ( nomaden ) menjadi menetap ( sedenter ) .

Perubahan tersebut dipengaruhi oleh perkakas yang mereka miliki saat itu yaitu

Kapak Persegi dan Kapak Lonjong  yang dihasilkan  dari proses mengasah batu yang mereka gunakan sebagai perkakas karena mereka sudah memiliki kepandaian mengasah                   ( mengupam ).   Dengan diasah maka perkakas mereka sudah lebih tajam dari perkakas sebelumnya sehingga sudah bisa digunakan untuk menggali tanah untuk berladang.

Selain berladang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka juga mengembangkan kegiatan berternak. Hewan hewan yang dulu mereka buru pada saat ini telah mereka ternakan.

Pola kehidupan berladang dan berternak yang dikembangkan oleh masyarakat pada  masa  ini  mempengaruhi  pola  hunian  mereka.  Cara  bercocok  tanam  dengan

berladang tentu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa dipanen , sehingga hal

ini mendorong mereka untuk memulai pola kehidupan menetap. Apalagi selain sudah bercocok tanam mereka juga sudah berternak sehingga bisa kalian bayangkan tentu tidak mungkin mereka berpindah pindah membawa hewan ternaknyaPada masa bercocok tanam , hutan belukar dimanfaatkan untuk dijadikan ladang dengan menanam tanaman seperti padi, sukun, nangka, jagung, pisang dan lain dengan cara cara tradsisional, sehingga lama kelamaan tanah disekitar tidak subur  dan tidak dapat ditanami lagi sehingga mengharuskan mereka berpindah mencari tanah lain yang lebih subur , sistem bercocok tanam seperti ini sering disebut Sistem ladang berpindah ( berhuma ). Kegiatan seperti ini masih sering dijumpai di Indonesia seperti di pedalaman Papua dan Kalimantan

 

2)       Sistem Kemasyarakatan

Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan cukup pesat. Masyarakat praaksara pada saat itu telah memiliki tempat tinggal yang tetap.

Mereka memilih tempat tinggal pada suatu tempat tertentu. Hal ini dimaksudkan agar

hubungan antarmanusia di dalam kelompok masyarakat semakin erat. Eratnya hubungan antar manusia di dalam kelompok masyarakat merupakan cermin bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa anggota masyarakat lain.

Kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakat pada masa bercocok tanam ini terlihat dengan jelas melalui cara bekerja dengan bergotong royong. Setiap pekerjaan

yang dilakukan oleh masyarakat selalu dilakukan dengan cara bergotong royong, diantaranya pekerjaan bertani, merambah hutan, berburu, membangun rumah, dan lain-

lain. Cara hidup bergotong royong itu merupakan salah satu ciri kehidupan masyarakat

yang bersifat agraris. Kegiatan gotong royong hingga saat ini masih tetap dipertahankan terutama di daerah pedesaan.

Dalam  kehidupan  masyarakat  bercocok  tanam  sudah  terlihat  peran  pemimpin

(primus  inter  pares).  Gelar primus  inter  pares di  Indonesia  adalah ratu atau datu(k)

artinya orang terhormat dan yang patut dihormati karena kepemimpinannya, kecakapannya, kesetiaannya, pengalamannya, dan lain-lain.

 

 

3)       Sistem Kepercayaan

Kepercayaan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami perkembangan. Mereka telah mempunyai konsep tentang alam dan kehidupan setelah kematian. Mereka

percaya bahwa roh seseorang tidak lenyap pada waktu meninggal. Penghormatan terhadap nenek moyang atau kepala suku yang diagungkan tidak berhenti pada waktu

kepala suku telah meninggal. Penghormatan terus berlanjut menjadi sebuah pemujaan.

Kepercayaan tersebut diwujudkan dalam berbagai upacara keagamaan, seperti persembahan  kepala  leluhur  dan  upacara penguburan mayat  yang  dibekali  dengan

benda miliknya. Mereka percaya bahwa roh nenek moyang selalu mengawasi mereka.

Oleh karena itu, mereka selalu meminta perlindungan dari ancaman kelompok lain, binatang buas, dan ancaman dari adanya wabah penyakit.

Sistem kepercayaan masyarakat praaksara telah mendorong berkembangannya kepercayaan  animisme  dan  dinamisme.  Kepercayaan animisme merupakan  sebuah

sistem  kepercayaan  yang  memuja  roh  nenek  moyang,  sedangkan  menurut kepercayaan dinamisme ada benda-benda tertentu yang diyakini memiliki kekuatan

gaib, sehingga benda tersebut sangat dihormati dan dikeramatkan. Contohnya yaitu kapak yang dibuat dari batu chalcedon (batu indah) dianggap memiliki kekuatan. Dengan    demikian    kepercayaan   masyaraka prasejarah    adalah    Animisme    dan

Dinamisme.

 

Ciri ciri kehidupan pada masa bercocok tanam dan berternak adalah antara lain :

1.         Tekhnologi dalam menghasilkan perkakas untuk memenuhi kebutuhan mereka telah  berkembang    dengan  dihasilkannya  Kapak  Lonjong  dan  Kapak  Persegi

terbuat dari batu  yang telah diasah

2.         Pada masa ini manusia sudah menetap di suatu wilayah secara berkelompok , hal ini dipengaruhi oleh pola kehidupan ekonomi mereka yang sudah bercocok tanam dan berternak sehingga tidak memungkinkan mereka untuk berpindah pindah.

3.         Sudah  terdapat  pola  pembagian  kerja  akibat  kegiatan  bercocoktanam  yang mereka kembangkan membutuhkan waktu dan perhatian yang lebih focus, maka

ada diantara mereka yang berprofesi sebagai petani, adapula yang berprofesi

sebagai pembuat perkakas yang dibutuhkan dalam kegiatan pertanian seperti

Kapak Lonjong, Kapak Persegi, Tembikar dll

4.         Sudah mengenal sistem perdagangan dengan cara barter yaitu perdagangan yang dilakukan dengan cara tukar menukar antara barang dengan barang, hal ini terjadi

dipengaruhi oleh telah adanya pembagian kerja pada saat itu

5.         Sudah menguasai ilmu astronomi yang mereka gunakan saat mereka berpindah dari daratan Yunan ke wilayah kepulauan nusantara akibat kondisi bumi yang sudah terbentuk sempurna ( jaman Holosen ). Sarana transportasi ini juga digunakan oleh masyarakat purba yang menetap di wilayah perairan.

 

b.      Masa Bercocok Tanam Tingkat Lanjut ( Masa Perundagian )

Perundagian berasal dari kata Undagi, yang artinya sama dengan tukang atau seseorang yang memiliki keterampilan atau ahli dalam melakukan pekerjaan tertentu.

Masyarakat  perundagian  adalah  masyarakat  dimana  masing-masing  orang  bekerja

sesuai  dengan keterampilannya masing-masing.  Itu berarti, spesialisaskerja sudah sangat maju pada masa ini. Zaman ini dimulai sekitar 10.000 tahun yang lalu.



Pada masa ini , manusia purba sudah mengenal bijih logam. Mereka sudah lebih berpengalaman sehingga dapat mengenali bijih-bijih logam yang dijumpai meleleh di permukaan tanah. Bijih logam yang ditemukan terutama berasal dari tembaga. Kemudian mereka membuat alat-alat yang diperlukan dari  bahan bijilogayang ditemukan.

 

1)       Pola Kehidupan Ekonomi dan Pola Hunian

Masa  perundagian  memiliki  peran  penting  dalam  perkembangan  sejarah  di

Indonesia, hal ini dikarenakan pada masa ini hubungan antar daerah-daerah di sekitar kepulauan Indonesia sudah terjalin.   Masa ini ditandai dengan adanya keterampilan untuk membuat alat-alat dari bahan perunggu. Alat tersebut berupa alat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti peralatan bertani , peralatan upacara, dan peralatan berburu.

Kepandaian membuat perkakas dari logam juga berpengaruh terhadap perkakas yang mereka gunakan untuk bercocok tanam, saat ini mereka menggunakan kapak yang terbuat dari logam   yaitu Kapak Corong . Kapak Corong adalah logam yang diasah , kemampuan mengasah yang di jaman Neolithikum mereka terapkan pada batu di jaman ini mereka terapkan pada Logam sehingga menghasilkan kapak yang lebih tajam dari jaman sebelumnya. Dengan Kapak Corong yang tajam ini mereka bisa menggunakan untuk membalik tanah seperti halnya fungsi cangkul, luku atau tractor pada jaman modern sekarang. Dapat dikatan Kapak Corong adalah prototype dari cangkul, sehingga pada masa ini mereka mengembangkan pola bercocoktanam dengan tekhnik bersawah.

Sistem pertanian yang dikenal oleh masyarakat prasejarah pada awalnya adalah perladangan/huma, yang hanya mengandalkan pada humus, sehingga bentuk pertanian

ini wujudnya berpindah tempat

Selanjutnya masyarakat mulai mengembangkan system persawahan, sehingga tidak lagi bergantung pada humus , dan berusaha mengatasi kesuburan tanahnya melalui

kegiatan  pengolahan  tanah,  irigasi  dan  pemupukan.    Sehingga  pada  masa  ini  mata

pencaharian utama masyarakat adalah bertani yang dilakukan secara lebih teratur dan maju yaitu dengan menggunakan sistem pengairan dan sistem terasering dalam membuat sawah sawah. Kemakmuran masyarakat dapat dilihat dari telah berkembangnya teknik pertanian, hal ini mengakibatkan sektor pertanian mengalami perkembangan yang pesat dan berdampak pada kemajuan perekonomian. Kemajuan perekonomian ditandai dengan berkembangnya perdagangan.

Aspek teknologi merupakan unsur yang penting pada masa perundagian dalam kaitannya dengan perkembangan ekonomi, terutama ketika teknik peleburan logam untuk membuat perkakas telah dikenal. Selain itu juga teknologi untuk membuat gerabah juga mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari semakin kompleks dan beragam bentuk maupun motif hiasanya.

Peternakan pada zaman ini juga telah maju, hal ini  dapat dibuktikan dengan banyak ditemukan tulang hewan seperti kerbau, kudam babi, anjing dan  unggas di

dalam situs- situs pemukiman.

 

 2)       Sistem Kemasyarakatan

Dengan semakin kompleksnya aktivitas manusia dalam suatu kelompok, maka memerlukan adanya suatu sistem pengawasan, sehingga konsep tentang pimpinan dalam masyarakat semakin terlihat. Pada masa perundagian pola kehidupan perkampungan atau desa-desa mengalami perkembangan semakin besar, karena mulai bersatunya beberapa kampung. Kemunculan perkampungan besar ini disebabkan karena semakin tingginya frekuaensi perdagangan antar perkampungan dalam bentuk barter (tukar menukar barang). Jenis barang yang diperdagangkan pun semakin beraneka ragam karena perdagangan telah mencakup wilayah yang lebih luas bahkan mencakup Asia Tenggara.


3)       Sistem Kepercayaan

Sistem kepercayaan pada masa perundagian kurang lebih sama dengan sistem kepercayaan  pada  masa  sebelumnya  yaitu  Animisme  dan  Dinamisme.  Kehidupan

beragama pada zaman perundagian juga mengalami perkembangan yang pesat, dapat

dilihat dari banyaknya bangunan megalitikum yang dibuat sebagai tempat pemujaan dan penghormatan terhadap roh nenek moyang.

 

Berikut ini adalah ciri – ciri kehidupan pada masa perundagian, antara lain:

1.         Kehidupan  sosial  ekonomi  masa  perundagian  telah  meningkat  dibandingkan dengankehidupan masa sebelumnya. Kemampuan mengolah logam khususnya

perungg dan   bes adalah   sala satu   seg yan membedakan   dari   masa

sebelumnya yang sama sekali belum mengenal logam.

2.        Masyarakatnya sudah teratur.

3.         Dalam masyarakat perundagian terdapat kelompok yang mempunyai keahlian khusus, satu bukti bahwa dalam masyarakat terdapat pembagian kerja yang baik.

4.         Bahan untuk membuat perkakas logam seperti seprunggu, timah, dan besi harus didatangkan  dari  suatu  tempat  sehingga  terdapat  suatu  perdagangan  yang

meliputi berbagai daerah

5.         Kemakmuran   pada   waktu   itu   antar   lai disebabkan   perkembngan   tehnik pertanian khusunya alat-alat besi seperti cangkul dll dan merek telah mengenal

bersawah.

6.         Kepercayaan,     tidak     berbeda     dengan     masa     bercocok     tanam     yang membedakannnya hanyalah upacara-upacara lebih mewah dan lebih rumit, benda yang dipergunakanya lebih indah karena terbuat dari perunggu

 

 

3.      Pengaruh Hasil Dan  Nilai Budaya masyarakat Praaksara Pada Masa

Sekarang

Nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki konsep konsep umum budaya mas prasejarah   yang   sangat   pentin dan  bernilai   bag kehidupan   masyarakat

prasejarah  di  Indonesia.  Konsep-konsep  umum  dan  penting  itu  hingga  kini  masih

tersebar luas di kalangan masyarakat Indonesia. Seperti hasil penelitian DR. JL. Brandes bahwa sebelum datangnya budaya Hindu Budha dari India sesungguhnya masyarakat Indonesia sudah memiliki dasar dasar kebudayaan yang cukup tinggi. Terdapat 10 unsur pokok kebudayaan asli Indonesia sebelum datangnya budaya dari India, yang menunjukan bahwa nilai-nilai budaya masa prasejarah Indonesia itu masih terpelihara hingga saat ini dalam bentuk kegiatan-kegiatan berikut:

 

a.        Mengenal Astronomi

Pengetahuan tentang astronomi sangat penting dalam kehidupan mereka terutama pada saat berlayar waktu malam hari. Astronomi juga, penting artinya

dalam menentukan musim untuk keperluan pertanian.

 

b.       Mengatur Masyarakat

Dalam kehidupan kelompok masyarakat yang sudah menetap diperlukan adanya aturan-aturan dalam masyarakat. Pada masyarakat dari desa-desa kuno di Indonesia telah memiliki aturan kehidupan yang demokratis. Hal ini dapat ditunjukkan dalam musyawarah dan mufakat memilih seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang dipilih itu diharapkan dapat melindungi masyarakat dari gangguan masyarakat luar maupun roh jahat dan dapat mengatur masyarakat dengan baik. Bila seorang pemimpin meninggal, makamnya dipuja oleh penduduk daerah itu
c.        Sistem Macapat

Anak anak hebat Indonesia pernahkah kalian memperhatikan struktur tata kota di daerah tempat tinggal   kalian… ? coba kalian perhatikan apakah di kota kalian terdapat alun alun yang di keempat penjurunya terdapat pusat kantor pemerintahan, rumah ibadah, pasar dan penjara , jika ada maka struktur tata kota di daerah kalian masih menggunakan system tata kota warisan nenek moyang bangsa Indonesia. System tata kota seperti itu disebut macapat

Sistem macapat merupakan suatu tatacara yang didasarkan pada jumlah empat   dan   pusa pemerintah   terletak   d tengah-tengah   wilayah   yang

dikuasainya. Pada pusat pemerintahan terdapat tanah lapang (alun-alun) dan di

empat penjuru terdapat bangunan-bangunan yang penting seperti keraton, tempat pemujaan, pasar, penjara. Susunan seperti itu masih banyak ditemukan pada kota-kota lama.

 

 

d.       Kesenian Wayang

Pernah kalian menonton pertunjukan wayang, dan tahukah kalia asal mula

diadakannya seni pertunjukan wayang … ?

Munculnya kesenian wayang berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Jenis wayang yang dipertunjukkan adalah wayang kulit, wayang orang dan wayang

golek (boneka). Cerita dalam pertunjukkan wayang mengambil tema tentang kehidupan pada masa itu dengan tokohnya Semar, Petruk, gareng atau yang sering  dikenal  sebagai  punakawan  dan  setelah  mendapat  pengaruh  bangsa

Hindu muncul cerita Mahabarata dan Ramayana dengan tokoh tokoh dari cerittersebut seperti Bima , Gatot Kaca, Rama, Shinta dan lain lain.


e.        Seni Gamelan

Seni  gamelan menggunakan perangkat alat musik yang terdiri dari satu set peralatan musik terbuat dari logam yang dicetak sedemikian rupa, sehingga menghasilkan bunyi bunyian yang serasi. Penggunaaan perangkat gamelan tersebut merupakan warisan dari jaman logam . untuk mengiringi pertunjukkan wayang dan dapat mengiringi pelaksanaan upacara.

f.         Seni   Membatik

Seni membatik merupakan kerajinan        untuk menghiasi     kain                                             dengan menggunakan     alat   yang   disebut canting.     Hiasan                                                      gambar              yang diambil sebagianbesar  berasal  dari alam  lingkungan                              tempat   tinggalnya. Di   samping   itu  ada seni  menenun dengan beraneka ragam corak. 

g.        Seni  Logam


Seni   membuat barang- barang        dari logam     menggunakan teknik a    Cire   Perdue. Teknik a   Cire Perdueadalah cara membuat barangbarang  dari          logam dengan                  terlebih     dulu membentuk  tempat    untuk mencetak    logam     sesuai

dengan benda yang dibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam itu ada yang terbuat dari batu, tanah liat, dan sebagainya. Pada tempat cetakan itu dituang logam yang sudah dicairkan dan setelah dingin cetakan itu dipecahkan, sehingga terbentuk

benda yang dibutuhkannya. Barang-barang logam yang ditemukan sebagian besar terbuat dari perunggu.


h.       Bercocok tanam padi di sawah

Bercocok tanam sudah menjadi bagian penting bangsa ini sejak dahulu kala. Kemampuan menanam padi dengan tekhnik bersawah sudah dikuasai sejak Zaman Logam dengan dengan dihasilkannya kapak Corong yang memiliki fungsi seperti cangkul . Dapat dikatakan kapak Corong adalah protype dari cangkul. Hal inilah yang menyebabkan indonesia menjadi salah satu negara agraris. 


i.         Mengenal alat tukar dalam perdagangan

Sebelum mengenal alat tukar seperti uang, emas, perak, masyrakat Indonesia menggunakan sistem barter dalam kegiatan perdagangannya yang dimulai sejak Zaman Neolithikum . Yaitu menukar barang dengan barang.


j.        Memiliki kemampuan yang tinggi dalam pelayaran

Saat masih duduk di Sekolah Dasar tentu kalian pernah mendengar bahkan menyanyikan lagu "Nenek moyangku seorang pelaut" . Hal tersebut bukan hanya sekedar nyanyian namun memang sejak jaman dahulu nenek moyang bangsa

Indonesia sudah mahir dalam mengarungi lautan dengan mengandalkan ilmu astronomi sederhana. Hal ini mereka lakukan untuk melakukan perpindahan dari daratan Yunan , Tiongkok sebagai tempat asal ras Melayu Autronesia (

Deutro Melayu )  yang merupakan nenk moyang bangsa Indonesia pada Jaman Logam . Bukti keberadaan perahu bercadik sebagai alat transportasi nenek moyang bangsa Indonesia juga terdapat pada salah satu relief candi Borobudur Setelah kalian menyimak uraian materi diatas , maka berarti uraian materi tentang corak kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia telah  usai  kalian pelajari. Untuk selanjutnya kalian dapat mengerjakan latihan soal kegiatan belajar 2 ini.


Rangkuman
Nenek moyang bangsa Indonesia yang menurunkan generasi paling banyak sekarang ini diduga berasal dari daerah Yunan, China Selatan. Kedatangan nenek moyang  bangsa  Indonesia  terbagi  menjadi  dua  gelombang,  yaitu  gelombang  Proto 

Melayu dan Deutro Melayu (Melayu Muda). Dalam buku Sejarah (2007) karya Anwar Kurnia, bangsa Proto Melayu membawa kebudayaan neolitikum (batu baru) dengan arah persebarannya ras Papua-Melanosoid dan ras Austronesia. Sedangkan bangsa Deutro Melayu tiba di Kepulauan Indonesia setelah bangsa Proto Melayu. Gelombang ini masih tergolong ras Austronesia. Pada perkembangannya, ras Papua-Melanosoid, Austronesia, dan sisa ras Austro-Melanosoid melahirkan berbagai macam suku bangsa yang tersebar di seluruh Indonesia.
Seiring perkembangan zaman, corak kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia juga  berubah.  Corak  kehidupan  nenek  moyang  bangsa  Indonesia  menjelang  zaman
sejarah dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.           Masyarakat agraris
Pada zaman neolitikum akhir, masyarakat Indonesia sudah pandai bercocok tanam  dan  beternak.  Cara  bercocok  tanam  yang  pertama  dilakukan  adalah  sistem
berkebun, meningkat menjadi berladang , lambat laun sistem tersebut berubah menjadi
bersawah.
Cara bercocok tanam dengan bersawah kemudian menjadi bagian hidup mereka. Oleh karena  itu,  masyarakat  mencari  tempat  tinggal  dan  tempat  bercocok  tanam  yang
terletak  di  sepanjang  aliran  sungai.  Akhirnya,  mereka  mampu  menghatur  irigasi
sederhana. Mereka juga bisa menentukan jenis tanaman yang cocok ditanam pada suatu musim. Hal ini karena masyrakat zaman itu sudah mempelajari astronomi (ilmu perbintangan).
Peralatan pertanian yang dipakai adalah cangkul dari perunggu, kapak persegi, dan kapak   lonjong.   Mereka   menggunakan   ani-ani   untuk   memotong   padi.   Hal   ini
memperlihatkan adanya corak kebudayaan sungai.

2.           Masyarakat bahari
Kemampuan nenek moyang dalm mengarungi lautan sudah ada sejak dahulu. Ketika memasuki Kepulauan Indonesia, mereka menggunakan perahu bercadik. Perahu
bercadik adalah jenis perahu yang di kanan kirinya menggunakan bambu dan kayu
supaya tetap seimbang. Masyarakat bahari bertenmpat tinggal di  sepanjang  pantai. Mereka menangkap ikan dan kerang. Pengetahuan arah angin dan astronomi didapat dari pengalaman berlayar selama bertahun-tahun. Kemampuan dan pengetahuan bahari kemudian dianut oleh masyarakat di Kerajaan Sriwijaya dan suku Bugis di Sulawesi Selatan. Kepandaian ini menyebar ke seluruh Indonesia sehingga meninggalkan kebudayaan laut Indonesia.

3.         Masyarakat seni
Nenek moyang Indonesia sudah pandai membuat boneka-boneka untuk kesenian wayang. Alat-alat gamelan sudah sejak lama dibuat untuk menambah kemeriahan seni pertunjukkan. Tak hanya itu, mereka juga sudah membuat batik, kerajinan logam dengan beragam bentuk, dan benda-benda dari batu besar.

4.         Masyarakat religius
Pada saat agama belum masuk ke Indonesia, nenek moyang mempercayai adanya kekuatan yang mahatinggi di luar dirinya. Kekuatan ini terdapat di alam semesta. Hal ini muncul kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan kepada roh nenek moyang, sedangkan dinamisme adalah kepercayaan kepada benda yang memiliki keuatan gaib, kesakitan, atau tuah.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama