Sebelum kita melihat uraian tentang ciri-ciri historiografi tradisional, mari kita memahami dulu apa sih yang dimaksud dengan historiografi?
1. Pengertian dan Perkembangan Historiografi
a. Pengertian Historiografi
Menurut Kuntowijoyo, sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Karena berada di masa lalu, bagaimana kita bisa mengetahui peristiwa atau kejadian yang disebut dengan sejarah? Jawabannya adalah para saksi sejarah menuliskan peristiwa yang dilihat dan dialaminya ke dalam bentuk tulisan.
Penanaman Karakter :
Menghasilkan sebuah karya sejarah dituntut kedisiplinan, kerja keras dan kejujuran para penulis dalam menulis sejarah. Sikap disiplin, kerja keras dan kejujuran menjadi kunci keberhasilan suatu usaha.
Bagaimana tahap lahirnya sebuah tulisan sejarah ? .
Mari melihat kembali langkah-langkah penelitian sejarah :
Pernahkah kamu mendengar/membaca atau mungkin menonton kisah tentang Ken Arok dan Ken Dedes? Kisah ini termuat dalam Kitab Pararaton. Kitab Pararaton adalah salah satu contoh historiografi. Apa itu historiografi? mari menyimak uraian materi berikut.
1) Pengertian historiografi menurut etimologi (Bahasa)
Dalam bahasa Sansekerta, historiografi merupakan gabungan dua kata yaitu history yang berarti sejarah dan grafi yang berarti deskripsi atau penulisan. Jadi historiografi berarti deskripsi (penulisan) sejarah.
Dalam bahasa Yunani, historiografi terdiri atas historia yang artinya penyelidikan tentang gejala alam fisik, dan grafein yang bermakna sebuah gambaran, tulisan atau uraian.
2) Pengertian historiografi menurut terminologi (istilah)
Beberapa ahli yang memberikan pendapatnya tentang pengertian historiografi antara lain adalah :
- Louis Gottschalk; historiografi merupakan suatu bentuk publikasi, baik itu dalam bentuk lisan maupun juga tulisan mengenai peristiwa kejadian atau kombinasi peristiwa-peristiwa di masa lampau.
- Kuntowijoyo; historiografi adalah tahap menuliskan kembali suatu peristiwa sejarah sebagai sebuah bentuk catatan sejarah.
- Prof. Dr. Ismaun, M.Pd: Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada masalalu yang disebut sejarah.
- Soejatmoko; Historiografi atau penulisan sejarah dalam ilmu sejarah merupakan titik puncak dari kegiatan penelitian oleh sejarawan. Dalam metodologi sejarah, historiografi merupakan bagian terakhirnya. Langkah terakhir, tetapi langkah tersebut adalah langkah terberat.
- Abdurahaman Hamid dan Muhammad Saleh Majid; Historiogarafi adalah berbagai peryataan mengenai masa silam yang telah disintesiskan selanjutnya ditulis dalam kisah sejarah
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa historiografi adalah cara untuk merekontruksi suatu gambaran masa lampau berdasarkan data yang telah diperoleh yang didahului dengan penelitian. Historiografi adalah sebuah tahapan terakhir dalam sebuah metodologi penelitian sejarah yang dilakukan oleh seorang sejarawan. Hasil penelitiannya menghasilkan sebuah karya sejarah dapat berupa buku, film, diorama, dan lainnya. Karya sejarah inilah yang disebut Historiografi
Nah demikian pemaparan tentang pengertian historiografi. Gimana, sudah pahamkan apa itu historiografi? Sekarang, mari menyimak tentang perkembangan dan pengelompokan historiografi.
b. Perkembangan Historiografi
Tulisan yang dianggap sebagai tonggak awal penulisan sejarah adalah karya Herodotus (484–425 SM) yang berjudul Historia yang ditulis pada tahun 440 SM. Historia isinya berupa catatan tradisi kuno, politik, kewilayahan, dan bentrokan antar kelompok masyarakat di negeri–negeri seputar Asia Barat, Afrika Utara, dan Yunani pada waktu itu
Penulisan sejarah telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Dari tulisan yang sederhana hingga yang kompleks seperti sekarang ini, dari yang mitos hingga yang kritis.
Bagaimana perkembangan historiografi di Indonesia? Mari kita lihat bagan berikut :
Historiografi di Indonesia diawali dari masa aksara, yakni ketika Indonesia telah mengenal tulisan. Karya –karya awal historiografi Indonesia berupa prasasti. Historiografi Indonesia dalam bentuk tulisan dimulai oleh Mpu Prapanca yang menulis kitab Negarakertagama.
Historiografi tradisonal dianggap berakhir dengan hadirnya buku yang berjudul Cristische Beschouwing Van Sadjarah Van Banten (Sejarah Banten) yang disusun tahun 1662-1663 dalam bentuk tembang macapat, kemudian menjadi obyek penelitian Hoesein Djajadiningrat dan disusun sebagai disertasi doktor dalam bidang Bahasa dan Sastra Nusantara pada Universitas Leiden tahun 1913. Buku ini dianggap telah mulai kritis dan didasari fakta yang ada. Meski ada juga yang menganggap buku tersebut lebih condong untuk kepentingan penjajah Belanda.
Historiografi kolonial berakhir setelah Indonesia merdeka. Waktu yang dianggap sebagai titik tolak historiografi modern Indonesia adalah dimulai sekitar tahun 1957, setelah diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional Indonesia Pertama di Yogyakarta. Bagaimana karakteristik historiografi dari maa ke masa? Mari kita menyimak uraian materi lebih lanjut.
2. Ciri-ciri Historiografi Tradisional
Banyak ahli yang sepakat bahwa penulisan sejarah masa tradisional lebih merupakan ekspresi budaya daripada usaha untuk merekam sejarah. Artinya, penulisan sejarah pada masa ini tidak ditujukan untuk mendapatkan kebenaran sejarah melalui pembuktian fakta-fakta, melainkan diperoleh melalui pengakuan dan untuk diabadikan kepada penguasa. Oleh karena itu, historiografi tradisional tercipta unsur-unsur sastra yang menghasilkan karya mitologi dan imajinatif.
Ciri-ciri historiografi tradisional adalah :
- Istana sentris, artinya karya sejarah hanya dipusatkan pada kehidupan raja atau keluarga raja (keluarga istana), dan tidak mengangkat kehidupan masyarakat jelata (masyarakat umum).
- b. Religius magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib. Seorang raja dianggap sebagai wujud penjelmaan Dewa atau Tuhan,
- sehingga dianggap memiliki kekuatan magis atau gaib. Hal ini dimaksudkan agar rakyat menjadi patuh, takut dan taat pada segala perintah raja.
- Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya dan tidak memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi sosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat
- Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
- Bersifat regio-sentris atau kedaerahan (enocentrisme), artinya historiografi tradisional banyak menekankan pada budaya dan suku bangsa di kerajaan tersebut.
- Dalam penguraiannya banyak terjadi kesalahan-kesalahan, misalnya berkaitan waktu dan kaitannya dengan fakta sejarah, penggunaan kosa kata penggunaan nama dll.
Penulisan Sejarah yang bercorak tradisional di Indonesia dimulai sejak masa kerajaan Hindu-Budha sampai masa perkembangan kerajaan- kerajaan Islam. Karya historiografi umumnya berupa prasasti, dan naskah-naskah kuno (babad dan hikayat) yang bertujuan supaya generasi penerus dapat mengetahui peristiwa di masa lalu terutama di zaman kerajaan saat seorang raja memerintah suatu kerajaan.
Prasasti biasanya berkaitan dengan ritual di suatu kerajaan, atau sebagai tanda peringatan sebuah momen peristiwa pada suatu kerajaan. Contohnya adalah Prasasti Yupa, Prasasti Ciareteun, Prasasti Kedukan Bukit, dll.
Babad merupakan nama yang digunakan di buku cerita sejarah atau kronik dalam tradisi penulisan sejarah suku bangsa. Biasanya penulis babad merupakan seorang pujangga keraton. Babad berisi unsur irasional, cerita bercampur mitos yang kadang-kadang dipenuhi dengan kiasan dan isyarat. Babad banyak menceritakan tentang sejarah kerajaan-kerajaan, pahlawan-pahlawan atau kejadian-kejadian tertentu. Babad berkembang pada masa Hindu-Budha dan Islam.
Contoh karya tulisan historiografi masa Hindu-Budha adalah Babad Tanah Jawa, Babad Parahiangan, Kitab Pararaton, Babad Tanah Pasundan, Babad Sriwijaya, Kitab Negarakertagama, Babad Galuh, Kitab Ramayana, Mahabharata, dll.
Prasasti Kedukan Bukit, berangka tahun 682 ini merupakan proklamasi pembentukan Kerajaan Sriwijaya. |
Selain babad, pada masa Islam juga berkembang hikayat. Hikayat merupakan kesusastraan Melayu yang keseluruhan ceritanya didominasi oleh karya-karya yang bernuansa Islam. Hikayat memiliki dua arti dalam sastra Indonesia. Hikayat berarti cerita rekaan yang berbentuk prosa cerita yang panjang. Sedangkan dalam sastra Melayu, hikayat berarti sifat dari sastra lama yang sebagian besar mengisahkan mengenai kehebatan serta kepahlawanan tokoh tokoh besar.
Pada masa Islam, karya historiografi sudah mulai mengenal kronologi, yakni menempatkan fakta peristiwa sejarah menurut urutan waktu kejadian, meskipun belum sepenuhnya diterapkan. Seperti halnya masa Hindu Budha, historiografi masa Islam masih sangat terlihat unsur mitos dan menekankan pada unsur kedaerahan.
Contoh karya historiografi masa Islam adalah Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Aceh, Babad Demak, dan Babad Giyanti. Berdasarkan ciri-cirinya, Historiografi memiliki kelebihan dan kekurangan, yakni
Kelebihan:
- Penulisan bertujuan untuk meninggikan dan menghormati kedudukan raja, sehingga raja tetap dihormati, dipatuhi, dan dijunjung tinggi oleh rakyatnya.
- Raja dianggap sebagai keturunan dewa dan penjelmaan dewa, sehingga memunculkan anggapan bahwa setiap perkataan raja adalah benar (sabda), sehingga segala perintah raja ditaati dan dituruti oleh rakyat.
Kekurangan:
- Dari isi penulisannya, raja dianggap memiliki kekuatan gaib (sakti).
- Penulisan selalu dihubungkan dengan hal-hal gaib dan kepercayaan.
- Penulisan hanya membahas tentang kehidupan bangsawan, sementara kehidupan rakyat sama sekali tidak dibahas.
Posting Komentar