Pengertian, Sifat, dan Bentuk Sumber Sejarah

Pengertian Sumber Sejarah

Sumber sejarah adalah segala warisan kebudayaan yang berbentuk lisan, tertulis, visual, serta dapat digunakan untuk mencari kebenaran. baik yang terdapat di Indonesia maupun di luar Indonesia sejak zaman praaksara hingga sekarang. Suatu sumber baru dapat dijadikan sebagai sumber sejarah jika bersifat reliabel, kredibel, dan valid.


Sifat Sumber Sejarah

Berdasarkan sifatnya sumber-sumber sejarah dapat dibagi menjadi sumber primer, sumber sekunder, dan sumber tersier.

  1. Sumber primer (sumber utama/sumber pertama), sumber-sumber sejarah yang asli dan berasal dari zamannya, seperti prasasti, kronik, piagam, bangunan (candi dan masjid), serta paling balk digunakan untuk menyusun kisah sejarah.
  2. Sumber sekunder (sumber kedua), sumber sejarah yang berasal dari sumber kepustakaan kuno (babad, naskah, dan karya sastra) atau berupa sumber tiruan dari benda aslinya. Contoh sumber sekunder adalah prasasti tiruan, laporan penelitian, dan terjemahan kitab-kitab kuno.
  3. Sumber tarsier (sumber ketiga). merupakan sumber berupa buku-buku sejarah yang telah disusun dalam hal ini si pengarang tidak melakukan penelitian langsung, tetapi berdasarkan pada hasil penelitian ahli sejarah (para sejarawan).

Bentuk Sumber Sejarah

Berdasarkan bentuknya, sumber sejarah dapat dibagi menjadi empat, yaitu sumber tertulis, sumber benda, sumber lisan, dan sumber rekaman.

1. Sumber Benda

Sumber benda adalah sumber yang berhubungan dengan aktivitas dan kreativitas manusia pada masa lampau yang berwujud benda. Beberapa contoh sumber benda antara lain kapak batu, perhiasan, manik-manik, gerabah, candi, patung, relief, rumah adat, alat cetak, perahu, rumah ibadah, senjata, peralatan sehari-hari, mata uang dan lain sebagainya.

Manik-manik

Senjata keris, biasanya dipergunakan oleh Raja-raja dan bangsawan di Nusantara




Rumah Limas dari Sumatera Selatan


Mata uang logam zaman Hindia Belanda

2. Sumber Visual

Pengunaan kamera untuk menghasilkan foto

Sumber visual nontkstual dari masa lalu memberikan banyak informasi berharga bagi sejarawan. Seringkai kesaksian sejarah itu ‘tanpa kata’, seorang sejarawan membutuhkan peninggalan-peninggalan yang ada untuk mendukung penulisan peristiwa sejarah.

Ketika sumber tertulis dirasakan masih kurang mencukupi dijadikan sebagai fakta untuk mengungkap peristiwa masa lalu, maka dalam perspektif baru penulisan sejarah, paa sejarawan mulai mencari sumber-sumber sejarah baru, seperti gambar- gambar visual dalam bentuk foto. Sebuah lembaga yang banyak menimpan arsip foto sejarah di Indoensia adalah Koninklijk Instituut voor Taal, Land, en Volkenkunde (KITLV). 

Arsip foto memiliki potensi yang penting untuk melengkapi data penelitian sejarah. Pada tahun 1841,  pemerintah colonial mulai memesan foto-foto  Borobudur dan peninggalan-peninggalan masa lampau lainnya yang ada di Nusantara kepada paa arkeolog. Kegiatan fotografi berkembang dengan cepat sebagi industry baru di Jawa. Juru foto keliling banyak yang mengkuti kegiatan paa penjelajah. Serdadu colonial dna pedagang yang melakukan perjalanan keliling Nusantara. kamera mulai menggantikan fungsi pensil dan lukisan untuk mengabadikan semua pengalaman tentang kehidupan masyaakat di tempat-tempat yang berbeda. Sekitar tahun 1860- an, paa fotografi Eropa perama kali datang ke Nusantara dam menghasilkan foto-foto pribumi untuk menyingkap semua keindahan dan eksotisme dari Timur.

Pada akhir tahun 1920-an, banyak foto yang bertema antropologi mengambil lokasi foto di dalam studio dan menggunakan gambar dekorasi lukisan sebagai latarnya. Dekorasi lukisan tersebut dibuat cenderung sama, yaitu pemandangan alam dengan tambahan pagar kayu, rumput, dan pepohonan, serta di tengah lukisan terdapat terdapat beberpa pohon palem.

Saat ini, pemanfaatan sumber visual banyak digunakan untuk melengkapi kekurangan data dari sumber tertulis, terutama hal-hal yang terkait dengan kehidupan sosial-budaya dari kehidupan masyarakat di masa lampau. Dalam koleksi kartu pos, banyak juga ditampilkan model menggunakan berbagai jenis pakaian tradisional di masa lalu.

Jadi dari hasil foto-foto dapat dilihat gerak dinamis budaya masyarakat yang terjadi pada masa itu. ini meupakan keterangan yang sangat penting dalam suatu penulisan sejarah.


3. Sumber Audiovisual

Sumber  audiovisual  adalah  segala  keterangan  yang  dijelaskan  atau  dibuktikan dengan adanya rekaman suara. Bila keterangan suara itu disertai pula dengan gambar, maka disebut dengan sumber audiovisual. Arsip audiovisual di Gedung Arsip Nasional cukup banyak menyimpan rekaman/audiovisual jejak-jejak   sejarah, terutama rekam jejak masa kolonial Belanda dan masa pendudukan Jepang. 

Film-film documenter yang dibuat pemerintah colonial Belanda lebih banyak diambil dari lokasi pertempuran dan menunjukkan pelaksanaan program-program pemerintah, seperti politik pintu terbuka dan tanam paksa. Adapun masa pendudukan Jepang lebih menonjolkan kegiatan propaganda Jepang tentang program-program pemerintah pendudukan di wilayah Asia Timur. Film documenter akan mememberikan banyak informasi tentang hal-hal kecil yang sering terlewatkan dalam dokumen tertulis.

Film Soekarno


4. Sumber Lisan

Sumber lisan adalah sumber sejarah yang datanya diperoleh secara lisan, baik dari pelaku atau saksi dari suatu peristiwa sejarah. Menurut Kuntowijoyo, tradisi lisan merupakan salah satu sumber sejarah. Alaannya adalah dalam tradisi lisan erekam maa lampau manusia yang belum mengenal tulisan, terkait dengan kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai, atau pengalaman sehari-hari mereka. Tradisi lisan terangkum dalam folklore. Jejak sejarah masyarkat praaksara dalam bentuk dongeng, legenda, mitos, musik, upacara, pepatah, lelucon, takhyul, lagu rakyat, kebaiaan-kebiasaan, kepercayaan, alat musik rakyat, pakaian dan perhiasan tradisional, obat-obatan tradisional, artisitektur rakyat, dan kerajinan tangan merupakan bagian dari folklore (dari kata bahasa Inggris folklore berarti rakyat da lore yang berarti tradisi atau ilmu pengetahuan). Ciri-ciri folklore adalah:

  • Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan
  • Bersift tradisional, artinya terkait dalam bentuk dan aturan yan gbaku
  • Bersifat anonym, artinya nama penciptanya tidka diketahui
  • Memiliki  gaya  bahasa  yang  suka  melebih-lebihkan  (hiperbola),  serta  sering menggunakan   kata-kata   klise,   misalnya   ingin   menggambarkan   kecantikan seorang wanita dikatakan ‘wajahnya bersinar bagaikan bulan purnama’.

Tradisi lisan dapat dianggap sebagai sebuah kesaksian sejarah yang berguna bagi penulisan sejarah karena memuat pewarisan ingatan tentang peristiwa maa lampau dari generasi ke generasi. Namun, sebagai sebuah karya sejarah tradisional, tradisi lisan tidak menggunakan prosedur penulisan sejarah ilmiah. Karya-karya yang disebutkan melalui tradisi lisan seringkali memuat sesuatu yang bersifat supranatural sehingga antara fakta, imajinasi, dan fantasi bercampur aduk. 

Dalam tradisi lisan seringkali tokoh-tokoh dan waktu terjadinya peristiwa itu memang benar-benar terjadi. Namun, keseluruhan kisahnya telah banyak mengalami perubahan. Beberapa bentuk tradisi lisan dianaranya berupa cerita rakyat, legenda, kidung, tradisi, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, dan upacara adat.

Cindy Adams Ungkap Pesan Penting Bung Karno ke Rakyat Indonesia

Sumber lisan dalam sejarah lisan merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam penulisansejarah karena menggunakan kesaksian sezaman dari paa saksi dan pelaku sejarah. Sejah lisan telah berkembang sejak lama. Herodatus, sejarawan Yunani pertama, telah mengembara ke tempat-tempat yang jauh untuk mengumpulkan bahan-bahan sejarah lisan. Thucydides telah menggunakan kisah kesaksian langsung paa prajurit yang ikut dalam perang Peloponesus antara Sparta dan Athena untuk menyusun sejarah lisan.

Sejarah lisan memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

a.  Pengumpulan data dalam sejarah lisan dilakukan dengan komunikasi dua arah. Bila ada bagian yang kurang jelas, sejarawan dapat langsung menanyakannya. Sebaliknya bila sejaraan salah mengerti, naa sumber dapat memberikan koreksi.

b.  Penulisan   sejarah   menjadi   lebih   demokratis.   Kebanyakan   sejarah   hanya mengisahkan tokoh-tokoh atau kelompok yang terjangkau oleh dokumen.

c.  Sejarah   lisan   membuka   kemungkinan   lebih   besar   untuk   mengembangkan penelitian mengenai sejarah keluarga, hubungan antartetangga, peran suami-istri, emosi, konflik, dan prilaku

d.  Sejarah lisan menjangkau kejiwaan pelaku sejarah sehingga sejarwan tidak hanya mendapatkan kisah perjuangan para pelaku sejarah, melainkan juga ide-ide, dan

harapan-harapan mereka

e.  Melengkapi kekurangan dokumen


Sebagai salah satu metode penelitian sejarah, sejarah lisan memerlukan sumber- sumber lain untuk memperkuat dan mendukung objektifitas cerita sejarah. Hal itu disebabkan sumber lisan masih memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

a.  Memiliki  subjektifitas yang sangat tinggi

b.  Terbatasnya daya ingat pelakudan saksi sejarah





Post a Comment

Lebih baru Lebih lama