REVOLUSI RUSIA DAN REVOLUSI INDONESIA

 1.   Revolusi Rusia


a.   Pemikiran-Pemikiran yang Melandasi Revolusi Rusia

1) Liberalisme

Pada permulaan abad XIX (masa sesudah Kongres Wina) keadaan Rusia masih sangat terbelakang jika dibandingkan dengan keadaan Eropa Barat. Masyarakat Rusia terbagi atas dua golongan saja, ialah : tuan tanah (bangsawan) dan petani (rakyat jelata). Industry belum ada dan karena itu belum ada kaum pertengahan (atau kaum borjuis). Rusia masih merupakan negara agraris yang kolot. Tidak adanya kaum pertengahan ini mempersukar masuknya liberialisme ke Rusia, karena lazimnya kaum pertengahanlah yang meruakan pendukung liberialisme.

Keadaan masyarakat Rusia masih kolot. Dipandangan mata rakyat yang kolot itu Tsar Rusia lebih merupakan seorang dewa yang keramat. Bangsawan yang berdekatan denga raja, mempunyai kedudukan yang istimewa di atas rakyat. Mereka merupakan tuan tanah besar yang mengekang hidup rakyat jelaata sebagai petani.

Rakyat jelata sebagaian besar merupakan petani miskin yang tidak memiliki tanah sendiri, tetapi  hanya mengerjakan tanah  dari  tuan  tanah. Mereka diharuskan tunduk kepada segala kehendak tuan tanahnya dan tidak boleh pindah ke lain tempat (ke lain daerah). Terikat kepada tempat tinggalnya dan terpaksa tunduk kepada tuan tanahnya, petani merupakan budak belaka dari tuan tanahnya. Status petani sebagai budak dari tuan tanah ini memang status yang disyahkan oleh pemerintah Rusia sejak Undang-Undang Perbudakan tahun 1646 dari Tsar Alexis

walaupun pada tahun 1861 Tsar Alexander II menghapuskan perbudakan, hidup petani belum mengalami kemajuan yang nyata. Di dalam kebijakan penghapusan perbudakan ini (Undang-Undang Emansipasi), Tsar II menyatakan bahwa bekas budak mendapat tanah sebagai miliknya, tetapi sebagai milik bersama (kolektif) dari suatu desa (mir).   Satu tanah desa dikepalai satu orang  kepala mir (lurah desa). Lama kelamaan Mir ini bertindak sebagai tuan tanah saja terhadap petani- petani anggaota mir. Kepala mir akhirnya menjadi petani besar dan kaya yang disebut kulak. Hidup petani biasa tetap sengsara.

Pada tahun 1906 dibawah pemerintahan Tsar Nicolas II oleh menteri Stolypin sistim mir dihapuskan. Tanah tidak lagi merupakan milik kolektif dari mir, tetapi diberikan kepada petani sebagai milik perseorangan. Tetapi perubahan agrarian dari menteri Stolypin agak terlambat diadakannya, karena ketika itu revolusi Rusia sudah mulai mendidih dan tindakan Stolypin itu oleh kaum revolusioner dianggap sebagai tanda kelemahan pemerintahan tsar (baru kalah dalam perang Rusia-Jepang 1905) dan tidak sebagai perbaikan nasib petani.

Menyikapi kondisi Rusia yang semakin terpuruk, berkembang pemikiran liberal dikalangan pelajar Rusia, mereka Ingin membangun Rusia atas dasar konsepsi Barat. Menurut pendapatnya, Negara itu adalah badan politik belaka untuk mencapai kesejahteraan rakyat, dan karena politik itu adalah soal ratio, maka Negara harus disusun atas dasar ratio pula. Menurut pendapat mereka, Rusia merupakan sebagian dari dunia lainnya dan tidak sebagai Negara yang berdiri tersendiri lepas dari dunia lainnya, dan karena itu harus mengikuti jejak dunia lainnnya. Mereka berfaham internasional dan liberal.

2) Pan-Slavisme

Rakyat Rusia Ingin membangun Rusia atas dasar kulutur Slavia. Menurut pendapatnya, Negara itu adalah badan moral. Dan karena moral bangsa Slavia terletak dalam agama Katholik –Yunani, maka Negara harus disusun menurut konsepsi agama Katholik-Yunani. Menurut pendapat mereka, pemerintahan Rusia yang terbaik adalah pemerintahan otokrasi, karena bentuk pemeritnahan inilah yang sejak dulu selalu dipakai oelh bangsa Slavia. Aliran Slavia atau Slavophil ini  merupakan pendekar dari faham otokrasi, orthodoxy dan nasioanlisme. Slavophil inilah yang nanti menimbulkan gerakan Pan-Zlavisme.

Pan-Slavisme ialah gerakan utnuk mempersatukan bangsa-bangsa Slavisme dan menjunjung tinggi kebudayaan Slavisme. Bangsa Slavia adalah bangsa Indo-Jerman. Pusat kedudukan mereka yang Pertama dikenal dalam sejarah ialah Ukraina dan sekitarnya. Mereka kemudian bergerak keutara sampai laut Timur (Laut Baltik), ke timur sampai Siberia, ke Selatan sampai Balkan, Laut Hitam, Laut Kaspia, dan ke Barat samapi di perbatasan Jerman. Termasuk bangsa Slavia ialah: bangsa Polandia, Tsjeeh, Slovak, Bohemia, Moravia (semua termasuk bangsa Slovia Barat), bangsa Rusia, Ukraina, Rumania, Bulgaria, (Bangsa Bulgaria Timur). Bangsa Slavia Barat beragama Roos-Katholik bangsa Slavia Timur dan Slavia Selatan beragama Katholik Yunani. Bangsa Slavia Barat berfaham Eropa Barat, bangsa Slavia Timur dan Slavia Selatan berfaham Eropa Timur. Disinilah letaknya rintangan yang terbesar dalam gerakan Pan- Slavisme.

3) Nihilisme

Nihilism adalah faham yang mengatakan bahwa masyarakat ini telah terlanjur rusak dan tidak mungkin lagi dapat diperbaiki, karena itu harus dilenyapkan sama sekali (nihil=nol=lenyap sama sekali). Kemudian setealh lenyap sama sekali, baru disusun masyarakat baru berdasarkan atas ratio.

4) Anarchisme

Anarchism adalah faham yang mengatakan bahwa masyarakat yang bahagia itu adalah   masyarakat   yang   tidak   berpemerintahan   (anarchi=an-archi=tidak   –pemerintah=tidak berpemerintahan). Pokok dari kebahagiaan adalah kebebasan . dalam masyarakat yang berpemerintahan orang belum bebas sama sekali, sebab pemerintah itu merupakan badan yang memaksa terhadap warga Negara. Karena itu pemerintah harus dilenyapkan. “ Dunia yang bahagia”. Kata Bakunin adalah dunia tanpa tuhan dan tanpa hukum.

5) Sosialisme dan Komunisme

Dengan timbulnya industry, timbullah golongan buruh (proletar) dan timbul pula gerakan sosialisme. Pemerintahan Nicholas II yang bermuka dua (reaksioner dalam politik, namun progresif dalam ekonomi) menimbulkan ketegangan di dalam negeri. Rekasionalisme politik tidak mengakui adanya hak-hak politik bagi rakyat,  sebaliknya  progresivisme  ekonomi  dengan  industrialisasinya menciptakan golongan buruh yang menuntut hak-hak politik bagi rakyat. Ketegangan  makin  berkembang  dengan  semakin  majunya  industry, bertambahnya jumlah kaum buruh dan tetap tidak maunya Nichola II melepaskan politik reaksionernya. Revolusi tinggal soal waktu saja. Terorisme mulai timbul lagi pada tahun 1900.

George Plekanov pada tahun 1898 mendirikan Partai Sosial-Demokrat dengan program yang moderat, ialah : persamaan dalam hokum, kemerdekaan pers, berbicara, berkumpul, dan perbaikan nasib buruh dan tani.

Tujuan ini hendak dicapainya dengan jalan politik (indirect action) dan dengan jalan pemogokan (direct action). Tetapi sayap radikal dalam partai Sosial- Demokrat menghendaki direct action saja yang berupa revolusi. Pecahlah Partai  Sosialis-Demokrat menjadi dua; Mensjewiki (sosial-demokrat ata dengan singkat boleh  disebut sosial) dan Bolsjewiki (radikal-revolusioner, atau kelak disebut komunis).

Perpecahan ini  terjadi  pada  tahun  1903  dalam kongres  partai-demokrat dari seluruh dunia di London. Mensjewiki dipimpin oleh George Plekhanov, kemudian oleh Kerensky dan Bolsjewiki dipimpin oleh Vladimir Ulyanov (terkenal dengan nama samarannya; Lenin), kemudian Josef Dschugaschvili (terkenal sebagai Stalin). Komunisme akan menghapuskan milik perseorangan dan menjelmakannya kembali menjadi milik kolektif, yaitu Negara

 

b.  Revolusi Tahun 1917

Sebab-sebab:

1.       Pemerintahan Tsar (Nicholas II) yang Reaksioner

Di zaman negara-negara lainnya mengakui hak-hak politik bagi warganegaranya, tsar masih saja segan atau tidak mau member hak-hak politik yang sungguh- sungguh kepada warganegaranya. Betul Duma diadakan tetapi tsar tidak pernah menghiraukannya. Pemilihannya pun adalah palsu karena mereka yang pro tsar yang dipilih duduk dalam Duma, hingga Duma lebih merupakan dewan penasehat tsar daripada dewan perwakolan rakyat yang sesungguhnya.

2.       Susunan Pemerintahan Tsar yang Buruk

Pemeritnahan tidak disusun secara rationil, tetapi atas dasar pavoritisme. Tsar tidak memilih orang-orang yang cakap utnuk pemerintahannya, tetapi orang- orang yang disukainya.  Dalam hal ini Nicholas II sangat dipengaruhi oleh Tsarina Alexandra, dan Alexandra dibawah pengaruh dari orang yang menyebut dirinya “utusan tuhan” yaitu Gregory Rasputin. Alexandara dan Rasputin adalah orang- orang yang sangat kolot dan benci terhadap segala macam faham baru.

3.       Perbedaan Sosial yang Mencolok Mata

Tsar dengan bangsawan-bangsawan hidup mewah dan kaya raya. Rakyat terutama petani dan buruh hidup sangat miskin dan sengsara. Bangsawan memiliki semua hak, sementara rakyat jelata tidak mempunyai hak sama sekali. Meskipun perbudakan telah dihapuskan tetapi dalam hidup sehari-hari bangsawan memandang rakyat tidak lebih daripada budak mereka belaka.

4.       Soal Tanah

Perubahan agrarian 1906 dari menteri Stolypin hanya menjelmakan tanah-tanah mir menjadi milik perseorang dari anggota-anggota mir saja. Tetapi di lur mir itu masih terdapat tanah-tanah yang luas sekali dari tuan-tuan tanah besar, yaitu bangsawan-bangswan dan kulak-kulak (petani-petani besar). Tanah-tanah ini kekerjakan oleh petani-petani kecil sebagai pekerja-pekerja. Mereka inilah yang menuntut tanah sebagai miliknya.

5.       Aliran-Aliran yang Menentang Tsar

Dalam revolusi 1905, aliran-aliran yang menentang tsar dapat ditindas tetapi tidak lenyap. Mereka bergerak secara gelap dan mengumpulkan kekuatan mereka kembali sambil menunggu kesempatan untuk timbul kembali.

Aliran-aliran yang menentang tsar ini ialah:

a.   Kaum  liberal  (disebut  kadet  =  konstitusionil  democrat)  menghnendaki kerajaan yang berundang-undang

b.  Kaum   sosialis   menghendaki   susunan   masyarakat   yang   sosialistis   dan pemerintahan yang modern dan demokratis. Kaum sosialis merupakan anasir yang revolusioner dan terbagi atas dua aliran: Mesjewiki (moderat, atau sosial- demokrat) dan Besjewiki (radikal, kelak dikenal dengan komunis). Pemimpin Mensjewiki ialah Kerensky, dan pemimpin Bolsjewiki ialah lenin dan Trotsky.

6.       Kekalahan Perang

Ketika Rusia masuk Perang Dunia I, maka sebenarnya Rusia tidak mempunyai tujuan perang yang tertentu. Rusia ikut perang karena terikat dan terseret oelh perjanjian-perjanjiannya dengan Negara-negara lain., terutama oleh Triple Entente. Karena itu ikut serta Rusia dalam Perang Dunia I tidak mendapat sambutan rakyat yang hangat. Dan perang yang tidak dapat backing rakyat sukar mendapatkan kemenangan. Kekalahan-kekalahan Rusia yang besar (Tanneberg, danau-danau Masuri) mengecewakan hati rakyat dan lenyaplah kepercayaan terhadap tsar. Akhirnya rakyat jemu melihat perang, merek aingin damai.

7.       Bahaya Kelaparan Mengancam

Lima belas juta orang dimobilisir untuk perang. Timbullah kekurangan tenaga kerja baik dalam industry maupun dalam pertanian. Lima belas juta tentara harus dijamin penuh. Timbullah kekurangan bahan makanan . ekonomi Negara kacau dan bahaya kelaparan mengancam Rusia. Revolus telah diambang pintu.

Jalannya Revolusi

Revolusi tahun 1917dapat dibagi dalam dua fase yaitu Revolusi Februari 1917 (fase pertama) dan Revolusi Oktober 1917 (fase kedua)

a.        Revolusi Februari 1917

Kadet, Mensjewiki menggulingkan tsar.

Revolusi  dimulai  di  Leningrad.  Para  demonstran  menunut  bahan  makanan, kemudian diilkuti oleh pemogokan di perusahaan-perusahaan. Tentara yang diperintahkan  menembaki  pemogokan  berbalik  memblokir  dan  menembaki opsir-opsirnya sendiri. Revolusi meletus. Sar ditawan dan dipaksa turun tahta. Pemerintahan sementara dibentuk. Kaum kadet memegang pimpinan. Tetapi kaum kadet tidak mengadakan perubahan-perubahan seperti yang dituntut oleh rakyat, karena takut bahwa perubahan-perubahan itu hanya akan menambah kekacauan.

Kaum Mensjewiki dibawah Kerensky menggulingkan kaum kadet dan memegang pimpinan pemerintahan. Program kaum Menjsewiki adalah : “ pertama-tama menjunjung kembali kehormatan Rusia (telah merosot karena

kekalahan-kekalahan perang) kemudian baru mengadakan perubahan- perubahan pemerintahan dalam negeri. Segera bentuk Republik diumumkan bagi Rusia (1917)”. Serangan besar-besaran dilangsungkan terhadap Jerman, tetapi gagal sama sekali. Rakyat yang telah jemu perang, kehilangan kepercayaannya terhadap pemerintahan Mensjewiki. Segera kaum Bolsjewiki tampil ke muka dan menjanjikan kepada rakyat : keadaan yang damai, bahan makan, pembagian tanah.

b.        Revolusi Oktober 1917 (Revolusi Komunis)

Bosjewiki menggulingkan Menjewiki.

Pada tahun 1917 (April) Lenin kembali ke Rusia dari perantauannya (sejak 1907) diJerman, Perncis, Inggris, Austria, Swiss. Pada tahun itu juga tiba di Rusia Leon Trorski (sebenarnya Bronstein) dari Amerika. Dua orang ini adalah jago- jagi yang akan memimpin gerakan komunis (Bosjewiki) di Rusia. Diam-diam kaum Bonsjewiki mengadakan persiapan-persiapan untuk menimbulkan Revolusi Bolsjewiki. Mereka membentuk pemerintahan sendiri, tentara sendiri (pasukan merah) dan menyebarkan propaganda anti- pemerintaha-borjuis. Ketika pemerintah Mensjewiki (Kerensky) kehilangan kepercayaan rakyat (karena gagalnya serangan besar-besaran) maka kaum Bolsjewiki lekas-lekas memeluk rakyat dan menganjurkan petani-petani membagi-bagi tanah dan kaum buruh mensita pabri-pabrik. Dengan sekaligus mereka mendapatkan simati dan backing dari rakyat. Tibalah waktunya untuk meletuskan revolusi. Revolsui dimulai dari Petrograd lagi, tentara dan angkatan laut di Petrograd memihak Lenin dan kemudian juga tentara-tentara di front. Pada tanggal 25 Oktober 1917 pemerintahan Mensjewiki (Kerensky) digulingkan dan Bolsjewiki (lenin) memegang pemerintahan. Segera diadakan perubahan-perubahan yang besar;

1.    Perundingan    peardamaian    dengan    Jerman    dimulai    dan    akhirnya menciptakan “perjanjian Perdamaian Brest Litowsk (1918)”

2.    Segala hutang piutang dari pemerintahan tsar dihapuskan dan bank menjaid monopoli negara

3.    Tanah dibagi-bagikan kepada petani dan buruh menyita pabrik-pabrik

4.    Bahan makanan dikerahkan dan dibagi-bagikan kepada rakyat

Revolusi berjalan dan berhasil baik dan kaum Belsjewiki (Lenin) erat-erat memegang pemerintahan yang telah digenggamannya.

 

2.   Revolusi Indonesia

a.  Pemikiran-Pemikiran yang Melandasi Revolusi Indonesia

1) Nasionalisme

Nasionalisme lahir dan berkembang di Indonesia didorong oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun eksternal.

Faktor internal pendorong lahirnya nasionalisme di Indonesia antara lain:

a.  Adanya   kenangan   kejayaan   masa   lampau   di   masa   kerajaan   Sriwijaya, Majapahit,  Demak,  Mataram  Islam  yang  menjadi  sumber  inspirasi  untuk mencapai kemajuan, kemegahan, dan kemakmuran yang sama

b.  Penderitaan dan kesengsaraan akibat kolonialisme dan imperalisme asing

c.  Munculnya  golongan  terpelajar  yang  berfikir  kritis  dan  berani  menentang kekuasaan para penjajah

Faktor eksternal pendorong lahirnya nasionalisme di Indonesia antara lain:

a.  Kemenangan   perang   Jepang   terhadap   Rusia   (1905)   telah   memberikan semangat dan kepercayaan diri bangsa Indonesia untuk berani menentang kekejaman penjajah asing

b.  Pergerakan kebangsaan India, Philipina, Cina, Turki, nasionalisme Mesir telah menginspirasi bangsa Indonesia untuk bangkit melawan penjajah

c.  Masuknya paham-paman liberalisme, demokrasi, nasionalisme, Pan-Islamisme

Rasa kebangsaan (nasionalisme) ini telah menyatukan bangsa Indonesia untuk bersama-sama berjuang merebut kemerdekaan demi tanah air yang sama. Bangkitnya semangat nasionalisme di Indonesia ditandai dengan tumbuhnya Pergerakan-Pergerakan Nasional, baik yang bersifat politik maupun sosial- keagamaan. Pergerakan nasional yang tumbuh seperti Budi Utomo, Indische Partij, Sarekat Islam, Partai Nasional Indonesia, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Kayu Tanam, Taman Siswa, dan lain -lain. Rasa kebangsaan itu juga telah disepakati di dalam kongres sumpah pemuda yang melahirkan komitmen bersama seluruh pemuda Indonesia dalam ‘Sumpah Pemuda’ tanggal 28 Oktober 1928.

2) Demokrasi

Dominasi dan otoriter pemerintah penjajahan di Indonesia mendorong orang- orang Indonesia untuk dapat bersuara, berpendapat, menyerukan ide-ide dan fikiran untuk kemajuan bangsanya. Di dalam pemerintahan Belanda telah ada sebuah lembaga semacam Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad) yang berdiri tahun 1918. Sejatinya DPR buatan Belanda itu berisi perwakilan-perwakilan dari seluruh rakyat Indonesia, namun keanggotaan Volksraad didasarkan atas penunjukan oleh Gubernur Jenderal bukan atas pilihan rakyat. keanggotan Volksraad didominasi oleh bangsa Eropa terutama Belanda. Volksraad didirikan bukan sebagai parlemen perwakilan rakyat melainkan hanya sebagai penasehat Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Para tokoh politik terus berjuang agar ada perwakilan dari rakyat Indonesia yang duduk dalam dewan Volksraad yang mensuarakan kehendak rakyat.

 

b.  Jalannya Revolusi

1) Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945

Transisi dari menyerahnya Jepang dalam Perang Dunia II dan belum datangnya Sekutu ke Indonesia merupakan keadaan Vacum of Power (kekosongan kekusasaan) di Indonesia. Jepang berkewajiban untuk menjaga status quo (tidak adanya perubahan politik apapun) di Indonesia. Di tengah keadaan itu, pemuda Indonesia bersama para tokoh politik bangsa mengambil keputusan untuk segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan di Jakarta disaksikan oleh para tokoh politik, para pemuda, dan rakyat. Berita proklamasi itu kemudian disebarluarkan ke seluruh penjuru tanah air melalui siaran-siaran radio, spanduk, selebaran, coretan-coretan di dinding, penyampaian secara lisan, dan media lainnya

Peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945. (1) Bom Atom dii Hirosima dan Nagasaki; (2) Naskah Teks Proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik; (3) Ir. Soekarno tengah membaca teks Proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada hari Jumat sekitar jam 10 pagi di Jl Pegangsaan Timur 56 Jakarta; (4) Pengibaran bendera Merah Putih; (5). Coretan-coretan di dinding-dinding tembok  bertema proklamasi kemerdekaan yang dilakukan oleh para pemuda pejuang 1945.

2) Perjuangan Bersenjata

Bulan September 1945, pasukan sekutu di bawah pimpinan Inggris (Chritison) memasuki Indonesia untuk wiayah Jawa dan Sumatera. Untuk wilayah Indonesia Timur diduduki tentara Australia. Mereka mengemban tugas; melucuti tentara Jepang, membebaskan tawanan perang, dan pengembalian pemerintahan sipil. Masuknya tentara sekutu ini membawa pula NICA. Kemunculan tentara sekutu dan Belanda ini menimbulkan ketegangan dan pertempuran di wilayah-wilayah yang disinggahinya. Seperti pertempuran di Surabaya (10 - 28 November 1945),  pertempuran di Ambarawa(20 November - 15 Desember 1945), Bandung Lautan Api (29 November 1945 - 24 Maret 1946), pertempuran Medan Area (18 Oktober 1945-15 Februari 1947), Agresi Militer Belanda I (21 Juli - 5 Agustus 1947), Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948 - Juli 1949), Serangan Umum 1 Maret 1949 di Jogjakarta, pertempuran di Bali, Manado, Palembang, dan daerah-daerah lainnya.

Jadi di awal perjuangan mempertahankan kemerdekaannya,   rakyat Indonesia harus berhadapan dan bertempur menghadapi tentara Jepang dan tentara Sekutu- Belanda. Pertempuran   Surabaya merupakan   pertempuran   tentara   dan   milisi   pro- kemerdekaan Indonesia dan tentara Britania Raya dan India Britania. Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan  Indonesia  dengan  pasukan  asing  setelah Proklamasi  Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional  Indonesia yang  menjadi  simbol  nasional  atas  perlawanan  Indonesia terhadap kolonialisme.  Sikap Heroisme, dahsyatnya pertempuran, dan   jumlah pahlawan yang gugur telah menjadikan pertempuran 10 November di Surabaya ini diperingati sebagai   Hari Pahlawan di Indonesia.

3) Perjuangan Diplomatik

a.     Perjanjian Linggarjati (15 November 1946)

Pertempuran yang terus menerus terjadi antara pihak pemuda Indonesia dan Sekutu-NICA menjadi perhatian dunia internasional. Atas prakarsa Inggris, Belanda dan RI mengadakan perundingan. Belanda mengingjnkan Indomesia menjadi negara persemakmuran Belanda melalui masa peralihan 10 tahun. Namun Indoneisa menginginkan sebuah negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas jajahan Belanda. Usulan pihak RI ini ditolak Belanda. Untuk menyelesaikan keteangan Indonesia -Belanda ini, pada tanggal 14 Oktober 1946 diadakan perundingan di Linggarjati. Pihak Indonesia dipimpin Sutan Syahrir, pihak Belanda oleh Wim Schermerhorn dan H.J Van Mook. Ingris diwakili oleh Lord Killerm sebagai penengah.

Isi Pokok perjanjian Linggarjati :

1.  Pemerintah Belanda mengakui kekuasaan de facto RI atas Sumatera, Jawa, dan Madura.  Belanda sudah harus meninggalkan daerah de facto paling lambat 1 Januari 1949

2.  Akan   dibentuknya   Negara   Indonesia  Serikat  yang   meliputi   seluruh wilayah Hindia-Belanda

3.  Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda yang diketuai oleh Belanda

b.     Perjanjian Renville (17 Januari 1948 dan 19 Januari 1948)

Setelah  perjanjian Linggarjati, Belanda kembali menggempur RI melalui Agresi Militer Belanda I (21 Juli - 5 Agustus 1947). Dalam pertempuran ini Belanda berhasil menguasai Jakarta, Sumatera, Jawa Barat, Madura,   dan Jawa Timur. RI kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke Yogyakarta. Dunia internasional mengutuk tindakan Belanda ini. Australia, India, Uni Sovyet, dan Amerika Serikat mendukung Indonesia. PBB kemudian membentuk Komisi Tina Negara (KTN) untuk memediasi sengketa Indonesia-Belanda. PBB mengeluarkan resolusi gencatan senjata.

Pada  tanggal  17  Januari  1948,  berlangsung  perundingan  di  atas  kapal Perang Amerika Serikat, Renville. Isi pokok perjanjian Renville :

1.  Wilayah Indonesia terdiri dari Sumatera, Jawa Tengah, dan Jogjakarta. Daerah yang diduduki Belanda melalui agresinya diakui oleh pihak RI sampai dengan diadakannya plebisit (penentuan pendapat) untuk menentukan aspirasi rakyat di daerah itu, apakah berhasrat bergabung dengan RI ataukah tidak

2. Pihak RI menyetujui dibentuknya Uni Indonesia-Belanda

3.  Pemeirntah RI bersedia menarik semua pasukan dari daerah-daerah kantong grilya di daerah-daerah yang diduduki Belanda dan masuk ke wilayah RI

Perjanjian Renville ditandatangani pada tanggal 19 Januari 1948.

c.  Perjanjian Room-Royen

Pada tanggal 19 Desember 1948 - Juli 1949, Belanda kembali menyerang pihak RI melalui  Agresi  Militer Belanda II.  Dalam agresi  II  ini, Belanda berhasil menguasai ibu kota RI di Yogyakarta. Akibat serangan ini, pihak internasional melakukan tekanan kepada Belanda. Amerika Serikat bahkan mengancam akan menghentikan bantuan Marshall Plan kepada Belanda.

Pada tanggal 28 Januari 1949 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusinya. Salah satu isinya adalah mengubah KTN menjadi Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Indonesia   (United Nation Commission for Indonesia-UNCI). Tugasnya adalah untuk membantu kelancaran perundingan, mengurus pengembalian kekuasaan RI, mengamati pemilihan umum, dan berhak mengajukan usul untuk menyelesaikan konflik.

Pada tanggal 7 Mei 1949 disepakatilah Perjanjian Room-Royen, yang isinya:

1.     Penghentian tembak menembak

2.     Kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta

3.     Akan diselenggarakannya Konferensi Meja Bundar

 

d.     Konferensi Inter Indonesia (19-22 Juli 1949 dan 30 Juli - 2 Agustus 1949)

Untuk mempersiapkan diri mengahadapi Konferensi Meja Bundar (KMB), Indonesia melaksankaan Konferensi Inter-Indonesia (KII). Konferensi ini dilakukan antara RI dengan Organisasi Negara-Negara Bagian (BFO).

KII berlangsung dua kali. Konferensi pertama pada tanggal 19 - 22 Juli 1949 diadakah di Yogyakarta dipimpin oleh Moh, Hatta dan Komferensi kedua pada tanggal 30 Juli - 2 Agsutus 1949 di Jakarta dipimpin oleh Sultan Hamid II.

Secara umum hasil Konferensi Inter-Indonesia antara lain :

1.      BFO mendukung tuntutan RI agar pengakuan kedaulatan dilakukan tanpa ada ikatan pokitik maupun ekonomi dengan Belanda

2.      RI dan BFO membentuk komite persiapan dalam mengkoordinasikan kegiatan sebelum dan setelah KMB berlangsung

3.     Negara  Indonesia  Serikat  (NIS)  berganti  anma  menjadi  Republik Indonesia Serikat.

4.     Bendera kebangsaan, bahasa nasioanl, dan hari nasional RIS adalah Merah Putih, Bahasa Indonesia, dan 17 Agustus

5.      Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah angkatan perang nasioanl yang berintikan kekuatan TNI

e.     Konferensi Meja Bundar (KMB), 23 Agustus - 2 November 1949

Menindaklanjuti perundingan RooM-Roijen, maka pada tanggal 23 Agustus dimulailah Konferensi Meja Bundar (KMB). Perundingan berakhir pada tanggal 2 November 1949 dengan tercapainya kata sepakat :

1.      Kerajaan Belanda mengakui kedautalan RIS secara penuh dan tanpa syarat

2.      Pelaksanaan  penyerahan  kedaulatan  akan  dilakukan  paling  lambat tanggal 30 Desember 1949

3.      Masalah Irian Barat akan dibicarakan lagi 1 tahun setelah penyerahan kedaulatan kepada RIS

4.      RIS dan kerajaan Belanda terikat dala suatu Uni Indonesia-Belanda berdasarkan keraja sam asukarela dan sederajat

5.      RIS mengembalikan hak milik Belanda dan memeberikan hak konsesi dan izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda

6.      RIS harus membayar semua utang Belanda yang ada sejak tahun 1942

7.      Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS

Pada tanggal 27 Desember 1949 dilaksanakan serah terima kedaulatan dari pemerintah kerajaan Belanda kepada RIS. Serah terima dilaksanakan di Am

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama