1. Revolusi Rusia
a. Pemikiran-Pemikiran yang Melandasi Revolusi Rusia
1) Liberalisme
Pada permulaan abad XIX (masa sesudah Kongres Wina) keadaan Rusia masih
sangat terbelakang jika dibandingkan dengan keadaan Eropa Barat. Masyarakat Rusia
terbagi atas dua golongan saja, ialah : tuan tanah (bangsawan) dan petani (rakyat
jelata). Industry belum ada dan karena itu belum ada kaum pertengahan (atau
kaum borjuis). Rusia masih merupakan negara agraris yang kolot. Tidak adanya
kaum pertengahan ini mempersukar masuknya liberialisme ke Rusia, karena
lazimnya kaum pertengahanlah yang meruakan pendukung liberialisme.
Keadaan masyarakat Rusia masih kolot. Dipandangan mata rakyat yang kolot
itu Tsar Rusia lebih merupakan seorang dewa yang keramat. Bangsawan yang
berdekatan denga raja, mempunyai kedudukan yang istimewa di atas rakyat. Mereka
merupakan tuan tanah besar yang mengekang hidup rakyat jelaata sebagai petani.
Rakyat jelata sebagaian besar merupakan petani miskin yang tidak
memiliki tanah sendiri, tetapi hanya
mengerjakan tanah dari tuan
tanah. Mereka diharuskan tunduk kepada segala kehendak tuan tanahnya dan
tidak boleh pindah ke lain tempat (ke lain daerah). Terikat kepada tempat
tinggalnya dan terpaksa tunduk kepada tuan tanahnya, petani merupakan budak
belaka dari tuan tanahnya. Status petani sebagai budak dari tuan tanah ini
memang status yang disyahkan oleh pemerintah Rusia sejak Undang-Undang Perbudakan
tahun 1646 dari Tsar Alexis
walaupun pada tahun 1861 Tsar Alexander II menghapuskan perbudakan,
hidup petani belum mengalami kemajuan yang nyata. Di dalam kebijakan
penghapusan perbudakan ini (Undang-Undang Emansipasi), Tsar II menyatakan bahwa
bekas budak mendapat tanah sebagai miliknya, tetapi sebagai milik bersama
(kolektif) dari suatu desa (mir). Satu
tanah desa dikepalai satu orang kepala
mir (lurah desa). Lama kelamaan Mir ini bertindak sebagai tuan tanah saja
terhadap petani- petani anggaota mir. Kepala mir akhirnya menjadi petani besar
dan kaya yang disebut kulak. Hidup petani biasa tetap sengsara.
Pada tahun 1906 dibawah pemerintahan Tsar Nicolas II oleh menteri
Stolypin sistim mir dihapuskan. Tanah tidak lagi merupakan milik kolektif dari
mir, tetapi diberikan kepada petani sebagai milik perseorangan. Tetapi
perubahan agrarian dari menteri Stolypin agak terlambat diadakannya, karena ketika
itu revolusi Rusia sudah mulai mendidih dan tindakan Stolypin itu oleh kaum
revolusioner dianggap sebagai tanda kelemahan pemerintahan tsar (baru kalah
dalam perang Rusia-Jepang 1905) dan tidak sebagai perbaikan nasib petani.
Menyikapi kondisi Rusia yang semakin terpuruk, berkembang pemikiran
liberal dikalangan pelajar Rusia, mereka Ingin membangun Rusia atas dasar
konsepsi Barat. Menurut pendapatnya, Negara itu adalah badan politik belaka
untuk mencapai kesejahteraan rakyat, dan karena politik itu adalah soal ratio,
maka Negara harus disusun atas dasar ratio pula. Menurut pendapat mereka, Rusia
merupakan sebagian dari dunia lainnya dan tidak sebagai Negara yang berdiri
tersendiri lepas dari dunia lainnya, dan karena itu harus mengikuti jejak dunia
lainnnya. Mereka berfaham internasional dan liberal.
2) Pan-Slavisme
Rakyat Rusia Ingin membangun Rusia atas dasar kulutur Slavia. Menurut
pendapatnya, Negara itu adalah badan moral. Dan karena moral bangsa Slavia
terletak dalam agama Katholik –Yunani, maka Negara harus disusun menurut
konsepsi agama Katholik-Yunani. Menurut pendapat mereka, pemerintahan Rusia
yang terbaik adalah pemerintahan otokrasi, karena bentuk pemeritnahan inilah
yang sejak dulu selalu dipakai oelh bangsa Slavia. Aliran Slavia atau Slavophil
ini merupakan pendekar dari faham
otokrasi, orthodoxy dan nasioanlisme. Slavophil inilah yang nanti menimbulkan
gerakan Pan-Zlavisme.
Pan-Slavisme ialah gerakan utnuk mempersatukan bangsa-bangsa Slavisme
dan menjunjung tinggi kebudayaan Slavisme. Bangsa Slavia adalah bangsa
Indo-Jerman. Pusat kedudukan mereka yang Pertama dikenal dalam sejarah ialah
Ukraina dan sekitarnya. Mereka kemudian bergerak keutara sampai laut Timur
(Laut Baltik), ke timur sampai Siberia, ke Selatan sampai Balkan, Laut Hitam,
Laut Kaspia, dan ke Barat samapi di perbatasan Jerman. Termasuk bangsa Slavia
ialah: bangsa Polandia, Tsjeeh, Slovak, Bohemia, Moravia (semua termasuk bangsa
Slovia Barat), bangsa Rusia, Ukraina, Rumania, Bulgaria, (Bangsa Bulgaria
Timur). Bangsa Slavia Barat beragama Roos-Katholik bangsa Slavia Timur dan
Slavia Selatan beragama Katholik Yunani. Bangsa Slavia Barat berfaham Eropa
Barat, bangsa Slavia Timur dan Slavia Selatan berfaham Eropa Timur. Disinilah
letaknya rintangan yang terbesar dalam gerakan Pan- Slavisme.
3) Nihilisme
Nihilism adalah faham yang mengatakan bahwa masyarakat ini telah
terlanjur rusak dan tidak mungkin lagi dapat diperbaiki, karena itu harus
dilenyapkan sama sekali (nihil=nol=lenyap sama sekali). Kemudian setealh lenyap
sama sekali, baru disusun masyarakat baru berdasarkan atas ratio.
4) Anarchisme
Anarchism adalah faham yang mengatakan bahwa masyarakat yang bahagia itu
adalah masyarakat yang
tidak berpemerintahan (anarchi=an-archi=tidak –pemerintah=tidak berpemerintahan). Pokok
dari kebahagiaan adalah kebebasan . dalam masyarakat yang berpemerintahan orang
belum bebas sama sekali, sebab pemerintah itu merupakan badan yang memaksa
terhadap warga Negara. Karena itu pemerintah harus dilenyapkan. “ Dunia yang
bahagia”. Kata Bakunin adalah dunia tanpa tuhan dan tanpa hukum.
5) Sosialisme dan Komunisme
Dengan timbulnya industry, timbullah golongan buruh (proletar) dan
timbul pula gerakan sosialisme. Pemerintahan Nicholas II yang bermuka dua
(reaksioner dalam politik, namun progresif dalam ekonomi) menimbulkan
ketegangan di dalam negeri. Rekasionalisme politik tidak mengakui adanya
hak-hak politik bagi rakyat,
sebaliknya progresivisme ekonomi
dengan industrialisasinya
menciptakan golongan buruh yang menuntut hak-hak politik bagi rakyat.
Ketegangan makin berkembang
dengan semakin majunya
industry, bertambahnya jumlah kaum buruh dan tetap tidak maunya Nichola
II melepaskan politik reaksionernya. Revolusi tinggal soal waktu saja.
Terorisme mulai timbul lagi pada tahun 1900.
George Plekanov pada tahun 1898 mendirikan Partai Sosial-Demokrat dengan
program yang moderat, ialah : persamaan dalam hokum, kemerdekaan pers,
berbicara, berkumpul, dan perbaikan nasib buruh dan tani.
Tujuan ini hendak dicapainya dengan jalan politik (indirect action) dan
dengan jalan pemogokan (direct action). Tetapi sayap radikal dalam partai
Sosial- Demokrat menghendaki direct action saja yang berupa revolusi. Pecahlah
Partai Sosialis-Demokrat menjadi dua;
Mensjewiki (sosial-demokrat ata dengan singkat boleh disebut sosial) dan Bolsjewiki
(radikal-revolusioner, atau kelak disebut komunis).
Perpecahan ini terjadi pada
tahun 1903 dalam kongres
partai-demokrat dari seluruh dunia di London. Mensjewiki dipimpin oleh
George Plekhanov, kemudian oleh Kerensky dan Bolsjewiki dipimpin oleh Vladimir
Ulyanov (terkenal dengan nama samarannya; Lenin), kemudian Josef Dschugaschvili
(terkenal sebagai Stalin). Komunisme akan menghapuskan milik perseorangan dan
menjelmakannya kembali menjadi milik kolektif, yaitu Negara
b. Revolusi Tahun 1917
Sebab-sebab:
1.
Pemerintahan Tsar (Nicholas II) yang Reaksioner
Di zaman negara-negara lainnya mengakui hak-hak
politik bagi warganegaranya, tsar masih saja segan atau tidak mau member
hak-hak politik yang sungguh- sungguh kepada warganegaranya. Betul Duma
diadakan tetapi tsar tidak pernah menghiraukannya. Pemilihannya pun adalah
palsu karena mereka yang pro tsar yang dipilih duduk dalam Duma, hingga Duma
lebih merupakan dewan penasehat tsar daripada dewan perwakolan rakyat yang
sesungguhnya.
2.
Susunan Pemerintahan Tsar yang Buruk
Pemeritnahan tidak disusun secara rationil, tetapi
atas dasar pavoritisme. Tsar tidak memilih orang-orang yang cakap utnuk
pemerintahannya, tetapi orang- orang yang disukainya. Dalam hal ini Nicholas II sangat dipengaruhi
oleh Tsarina Alexandra, dan Alexandra dibawah pengaruh dari orang yang menyebut
dirinya “utusan tuhan” yaitu Gregory Rasputin. Alexandara dan Rasputin adalah
orang- orang yang sangat kolot dan benci terhadap segala macam faham baru.
3.
Perbedaan Sosial yang Mencolok Mata
Tsar dengan bangsawan-bangsawan hidup mewah dan kaya
raya. Rakyat terutama petani dan buruh hidup sangat miskin dan sengsara.
Bangsawan memiliki semua hak, sementara rakyat jelata tidak mempunyai hak sama
sekali. Meskipun perbudakan telah dihapuskan tetapi dalam hidup sehari-hari
bangsawan memandang rakyat tidak lebih daripada budak mereka belaka.
4.
Soal Tanah
Perubahan agrarian 1906 dari menteri Stolypin hanya
menjelmakan tanah-tanah mir menjadi milik perseorang dari anggota-anggota mir
saja. Tetapi di lur mir itu masih terdapat tanah-tanah yang luas sekali dari
tuan-tuan tanah besar, yaitu bangsawan-bangswan dan kulak-kulak (petani-petani
besar). Tanah-tanah ini kekerjakan oleh petani-petani kecil sebagai pekerja-pekerja.
Mereka inilah yang menuntut tanah sebagai miliknya.
5.
Aliran-Aliran yang Menentang Tsar
Dalam revolusi 1905, aliran-aliran yang menentang tsar
dapat ditindas tetapi tidak lenyap. Mereka bergerak secara gelap dan
mengumpulkan kekuatan mereka kembali sambil menunggu kesempatan untuk timbul
kembali.
Aliran-aliran
yang menentang tsar ini ialah:
a. Kaum liberal
(disebut kadet =
konstitusionil democrat) menghnendaki kerajaan yang berundang-undang
b. Kaum sosialis
menghendaki susunan masyarakat
yang sosialistis dan pemerintahan yang modern dan demokratis.
Kaum sosialis merupakan anasir yang revolusioner dan terbagi atas dua aliran:
Mesjewiki (moderat, atau sosial- demokrat) dan Besjewiki (radikal, kelak
dikenal dengan komunis). Pemimpin Mensjewiki ialah Kerensky, dan pemimpin
Bolsjewiki ialah lenin dan Trotsky.
6.
Kekalahan Perang
Ketika Rusia masuk Perang Dunia I, maka sebenarnya
Rusia tidak mempunyai tujuan perang yang tertentu. Rusia ikut perang karena
terikat dan terseret oelh perjanjian-perjanjiannya dengan Negara-negara lain.,
terutama oleh Triple Entente. Karena itu ikut serta Rusia dalam Perang Dunia I
tidak mendapat sambutan rakyat yang hangat. Dan perang yang tidak dapat backing
rakyat sukar mendapatkan kemenangan. Kekalahan-kekalahan Rusia yang besar
(Tanneberg, danau-danau Masuri) mengecewakan hati rakyat dan lenyaplah
kepercayaan terhadap tsar. Akhirnya rakyat jemu melihat perang, merek aingin
damai.
7.
Bahaya Kelaparan Mengancam
Lima belas juta orang dimobilisir untuk perang. Timbullah
kekurangan tenaga kerja baik dalam industry maupun dalam pertanian. Lima belas
juta tentara harus dijamin penuh. Timbullah kekurangan bahan makanan . ekonomi
Negara kacau dan bahaya kelaparan mengancam Rusia. Revolus telah diambang pintu.
Jalannya
Revolusi
Revolusi tahun
1917dapat dibagi dalam dua fase yaitu Revolusi Februari 1917 (fase pertama) dan
Revolusi Oktober 1917 (fase kedua)
a.
Revolusi Februari 1917
Kadet, Mensjewiki menggulingkan tsar.
Revolusi dimulai
di Leningrad. Para
demonstran menunut bahan
makanan, kemudian diilkuti oleh pemogokan di perusahaan-perusahaan.
Tentara yang diperintahkan
menembaki pemogokan berbalik
memblokir dan menembaki opsir-opsirnya sendiri. Revolusi
meletus. Sar ditawan dan dipaksa turun tahta. Pemerintahan sementara dibentuk.
Kaum kadet memegang pimpinan. Tetapi kaum kadet tidak mengadakan
perubahan-perubahan seperti yang dituntut oleh rakyat, karena takut bahwa
perubahan-perubahan itu hanya akan menambah kekacauan.
Kaum Mensjewiki dibawah Kerensky
menggulingkan kaum kadet dan memegang pimpinan pemerintahan. Program kaum
Menjsewiki adalah : “ pertama-tama menjunjung kembali kehormatan Rusia (telah
merosot karena
kekalahan-kekalahan perang)
kemudian baru mengadakan perubahan- perubahan pemerintahan dalam negeri. Segera
bentuk Republik diumumkan bagi Rusia (1917)”. Serangan besar-besaran
dilangsungkan terhadap Jerman, tetapi gagal sama sekali. Rakyat yang telah jemu
perang, kehilangan kepercayaannya terhadap pemerintahan Mensjewiki. Segera kaum
Bolsjewiki tampil ke muka dan menjanjikan kepada rakyat : keadaan yang damai,
bahan makan, pembagian tanah.
b.
Revolusi Oktober 1917 (Revolusi Komunis)
Bosjewiki menggulingkan Menjewiki.
Pada tahun 1917 (April) Lenin kembali ke Rusia dari
perantauannya (sejak 1907) diJerman, Perncis, Inggris, Austria, Swiss. Pada
tahun itu juga tiba di Rusia Leon Trorski (sebenarnya Bronstein) dari Amerika.
Dua orang ini adalah jago- jagi yang akan memimpin gerakan komunis (Bosjewiki)
di Rusia. Diam-diam kaum Bonsjewiki mengadakan persiapan-persiapan untuk
menimbulkan Revolusi Bolsjewiki. Mereka membentuk pemerintahan sendiri, tentara
sendiri (pasukan merah) dan menyebarkan propaganda anti- pemerintaha-borjuis.
Ketika pemerintah Mensjewiki (Kerensky) kehilangan kepercayaan rakyat (karena
gagalnya serangan besar-besaran) maka kaum Bolsjewiki lekas-lekas memeluk
rakyat dan menganjurkan petani-petani membagi-bagi tanah dan kaum buruh mensita
pabri-pabrik. Dengan sekaligus mereka mendapatkan simati dan backing dari
rakyat. Tibalah waktunya untuk meletuskan revolusi. Revolsui dimulai dari
Petrograd lagi, tentara dan angkatan laut di Petrograd memihak Lenin dan
kemudian juga tentara-tentara di front. Pada tanggal 25 Oktober 1917
pemerintahan Mensjewiki (Kerensky) digulingkan dan Bolsjewiki (lenin) memegang
pemerintahan. Segera diadakan perubahan-perubahan yang besar;
1.
Perundingan
peardamaian dengan Jerman
dimulai dan akhirnya menciptakan “perjanjian Perdamaian
Brest Litowsk (1918)”
2.
Segala hutang piutang dari pemerintahan tsar
dihapuskan dan bank menjaid monopoli negara
3.
Tanah dibagi-bagikan kepada petani dan buruh
menyita pabrik-pabrik
4.
Bahan makanan dikerahkan dan dibagi-bagikan
kepada rakyat
Revolusi
berjalan dan berhasil baik dan kaum Belsjewiki (Lenin) erat-erat memegang
pemerintahan yang telah digenggamannya.
2. Revolusi Indonesia
a. Pemikiran-Pemikiran yang Melandasi Revolusi
Indonesia
1)
Nasionalisme
Nasionalisme
lahir dan berkembang di Indonesia didorong oleh berbagai faktor baik faktor
internal maupun eksternal.
Faktor
internal pendorong lahirnya nasionalisme di Indonesia antara lain:
a. Adanya kenangan
kejayaan masa lampau
di masa kerajaan
Sriwijaya, Majapahit, Demak, Mataram
Islam yang menjadi
sumber inspirasi untuk mencapai kemajuan, kemegahan, dan
kemakmuran yang sama
b. Penderitaan dan
kesengsaraan akibat kolonialisme dan imperalisme asing
c. Munculnya golongan
terpelajar yang berfikir
kritis dan berani
menentang kekuasaan para penjajah
Faktor eksternal pendorong lahirnya nasionalisme di Indonesia antara
lain:
a. Kemenangan perang
Jepang terhadap Rusia
(1905) telah memberikan semangat dan kepercayaan diri
bangsa Indonesia untuk berani menentang kekejaman penjajah asing
b. Pergerakan kebangsaan
India, Philipina, Cina, Turki, nasionalisme Mesir telah menginspirasi bangsa
Indonesia untuk bangkit melawan penjajah
c. Masuknya paham-paman
liberalisme, demokrasi, nasionalisme, Pan-Islamisme
Rasa
kebangsaan (nasionalisme) ini telah menyatukan bangsa Indonesia untuk
bersama-sama berjuang merebut kemerdekaan demi tanah air yang sama. Bangkitnya
semangat nasionalisme di Indonesia ditandai dengan tumbuhnya Pergerakan-Pergerakan
Nasional, baik yang bersifat politik maupun sosial- keagamaan. Pergerakan
nasional yang tumbuh seperti Budi Utomo, Indische Partij, Sarekat Islam, Partai
Nasional Indonesia, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Kayu Tanam, Taman Siswa, dan
lain -lain. Rasa kebangsaan itu juga telah disepakati di dalam kongres sumpah
pemuda yang melahirkan komitmen bersama seluruh pemuda Indonesia dalam ‘Sumpah
Pemuda’ tanggal 28 Oktober 1928.
2) Demokrasi
Dominasi dan otoriter pemerintah penjajahan di Indonesia mendorong
orang- orang Indonesia untuk dapat bersuara, berpendapat, menyerukan ide-ide
dan fikiran untuk kemajuan bangsanya. Di dalam pemerintahan Belanda telah ada sebuah
lembaga semacam Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad) yang berdiri tahun 1918.
Sejatinya DPR buatan Belanda itu berisi perwakilan-perwakilan dari seluruh
rakyat Indonesia, namun keanggotaan Volksraad didasarkan atas penunjukan oleh
Gubernur Jenderal bukan atas pilihan rakyat. keanggotan Volksraad didominasi
oleh bangsa Eropa terutama Belanda. Volksraad didirikan bukan sebagai parlemen
perwakilan rakyat melainkan hanya sebagai penasehat Gubernur Jenderal Hindia
Belanda. Para tokoh politik terus berjuang agar ada perwakilan dari rakyat
Indonesia yang duduk dalam dewan Volksraad yang mensuarakan kehendak rakyat.
b. Jalannya Revolusi
1) Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945
Transisi dari menyerahnya Jepang dalam Perang Dunia II dan belum datangnya
Sekutu ke Indonesia merupakan keadaan Vacum of Power (kekosongan kekusasaan) di
Indonesia. Jepang berkewajiban untuk menjaga status quo (tidak adanya perubahan
politik apapun) di Indonesia. Di tengah keadaan itu, pemuda Indonesia bersama
para tokoh politik bangsa mengambil keputusan untuk segera memproklamasikan
Kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan di
Jakarta disaksikan oleh para tokoh politik, para pemuda, dan rakyat. Berita
proklamasi itu kemudian disebarluarkan ke seluruh penjuru tanah air melalui
siaran-siaran radio, spanduk, selebaran, coretan-coretan di dinding,
penyampaian secara lisan, dan media lainnya
Peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945. (1) Bom Atom dii Hirosima
dan Nagasaki; (2) Naskah Teks Proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik; (3)
Ir. Soekarno tengah membaca teks Proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada hari
Jumat sekitar jam 10 pagi di Jl Pegangsaan Timur 56 Jakarta; (4) Pengibaran
bendera Merah Putih; (5). Coretan-coretan di dinding-dinding tembok bertema proklamasi kemerdekaan yang dilakukan
oleh para pemuda pejuang 1945.
2) Perjuangan Bersenjata
Bulan September 1945, pasukan sekutu di bawah pimpinan Inggris
(Chritison) memasuki Indonesia untuk wiayah Jawa dan Sumatera. Untuk wilayah
Indonesia Timur diduduki tentara Australia. Mereka mengemban tugas; melucuti
tentara Jepang, membebaskan tawanan perang, dan pengembalian pemerintahan
sipil. Masuknya tentara sekutu ini membawa pula NICA. Kemunculan tentara sekutu
dan Belanda ini menimbulkan ketegangan dan pertempuran di wilayah-wilayah yang
disinggahinya. Seperti pertempuran di Surabaya (10 - 28 November 1945), pertempuran di Ambarawa(20 November - 15
Desember 1945), Bandung Lautan Api (29 November 1945 - 24 Maret 1946),
pertempuran Medan Area (18 Oktober 1945-15 Februari 1947), Agresi
Militer Belanda I (21 Juli - 5 Agustus 1947), Agresi Militer Belanda II (19
Desember 1948 - Juli 1949), Serangan Umum 1 Maret 1949 di Jogjakarta,
pertempuran di Bali, Manado, Palembang, dan daerah-daerah lainnya.
Jadi di awal perjuangan mempertahankan kemerdekaannya, rakyat Indonesia harus berhadapan dan
bertempur menghadapi tentara Jepang dan tentara Sekutu- Belanda. Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran
tentara dan milisi
pro- kemerdekaan Indonesia dan tentara Britania Raya dan India Britania.
Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Pertempuran ini adalah perang
pertama pasukan Indonesia dengan
pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran
terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi
simbol nasional atas
perlawanan Indonesia terhadap
kolonialisme. Sikap Heroisme, dahsyatnya
pertempuran, dan jumlah pahlawan yang
gugur telah menjadikan pertempuran 10 November di Surabaya ini diperingati
sebagai Hari Pahlawan di Indonesia.
3) Perjuangan Diplomatik
a. Perjanjian Linggarjati (15 November 1946)
Pertempuran yang terus menerus terjadi antara pihak pemuda Indonesia
dan Sekutu-NICA menjadi perhatian dunia internasional. Atas prakarsa Inggris,
Belanda dan RI mengadakan perundingan. Belanda mengingjnkan Indomesia menjadi
negara persemakmuran Belanda melalui masa peralihan 10 tahun. Namun Indoneisa
menginginkan sebuah negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas jajahan
Belanda. Usulan pihak RI ini ditolak Belanda. Untuk menyelesaikan keteangan
Indonesia -Belanda ini, pada tanggal 14 Oktober 1946 diadakan
perundingan di Linggarjati. Pihak Indonesia dipimpin Sutan Syahrir,
pihak Belanda oleh Wim Schermerhorn dan H.J Van Mook. Ingris diwakili oleh Lord
Killerm sebagai penengah.
Isi Pokok perjanjian Linggarjati :
1. Pemerintah Belanda mengakui
kekuasaan de facto RI atas Sumatera, Jawa, dan Madura. Belanda sudah harus meninggalkan daerah de
facto paling lambat 1 Januari 1949
2. Akan dibentuknya
Negara Indonesia Serikat
yang meliputi seluruh wilayah Hindia-Belanda
3. Akan dibentuk Uni
Indonesia-Belanda yang diketuai oleh Belanda
b. Perjanjian Renville (17
Januari 1948 dan 19 Januari 1948)
Setelah perjanjian Linggarjati,
Belanda kembali menggempur RI melalui Agresi Militer Belanda I (21 Juli - 5 Agustus
1947). Dalam pertempuran ini Belanda berhasil menguasai Jakarta, Sumatera, Jawa
Barat, Madura, dan Jawa Timur. RI
kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke Yogyakarta. Dunia internasional
mengutuk tindakan Belanda ini. Australia, India, Uni Sovyet, dan Amerika
Serikat mendukung Indonesia. PBB kemudian membentuk Komisi Tina Negara (KTN)
untuk memediasi sengketa Indonesia-Belanda. PBB mengeluarkan resolusi gencatan
senjata.
Pada tanggal 17
Januari 1948, berlangsung
perundingan di atas kapal
Perang Amerika Serikat, Renville. Isi pokok perjanjian Renville :
1. Wilayah Indonesia terdiri
dari Sumatera, Jawa Tengah, dan Jogjakarta. Daerah yang diduduki Belanda
melalui agresinya diakui oleh pihak RI sampai dengan diadakannya plebisit (penentuan
pendapat) untuk menentukan aspirasi rakyat di daerah itu, apakah berhasrat
bergabung dengan RI ataukah tidak
2. Pihak RI menyetujui dibentuknya Uni Indonesia-Belanda
3. Pemeirntah RI bersedia
menarik semua pasukan dari daerah-daerah kantong grilya di daerah-daerah yang
diduduki Belanda dan masuk ke wilayah RI
Perjanjian Renville ditandatangani pada tanggal 19 Januari 1948.
c. Perjanjian Room-Royen
Pada tanggal
19 Desember 1948 - Juli 1949, Belanda kembali menyerang pihak RI melalui Agresi
Militer Belanda II. Dalam
agresi II ini, Belanda berhasil menguasai ibu kota RI
di Yogyakarta. Akibat serangan ini, pihak internasional melakukan tekanan
kepada Belanda. Amerika Serikat bahkan mengancam akan menghentikan bantuan
Marshall Plan kepada Belanda.
Pada tanggal
28 Januari 1949 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusinya. Salah satu isinya
adalah mengubah KTN menjadi Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
Indonesia (United Nation Commission for
Indonesia-UNCI). Tugasnya adalah untuk membantu kelancaran perundingan,
mengurus pengembalian kekuasaan RI, mengamati pemilihan umum, dan berhak
mengajukan usul untuk menyelesaikan konflik.
Pada tanggal 7
Mei 1949 disepakatilah Perjanjian Room-Royen, yang isinya:
1. Penghentian tembak menembak
2. Kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta
3. Akan diselenggarakannya Konferensi Meja
Bundar
d. Konferensi Inter Indonesia (19-22 Juli
1949 dan 30 Juli - 2 Agustus 1949)
Untuk
mempersiapkan diri mengahadapi Konferensi Meja Bundar (KMB), Indonesia
melaksankaan Konferensi Inter-Indonesia (KII). Konferensi ini dilakukan antara
RI dengan Organisasi Negara-Negara Bagian (BFO).
KII
berlangsung dua kali. Konferensi pertama pada tanggal 19 - 22 Juli 1949
diadakah di Yogyakarta dipimpin oleh Moh, Hatta dan Komferensi kedua pada
tanggal 30 Juli - 2 Agsutus 1949 di Jakarta dipimpin oleh Sultan Hamid II.
Secara umum
hasil Konferensi Inter-Indonesia antara lain :
1. BFO mendukung tuntutan RI agar pengakuan
kedaulatan dilakukan tanpa ada ikatan pokitik maupun ekonomi dengan Belanda
2. RI dan BFO membentuk komite persiapan
dalam mengkoordinasikan kegiatan sebelum dan setelah KMB berlangsung
3. Negara
Indonesia Serikat (NIS)
berganti anma menjadi
Republik Indonesia Serikat.
4. Bendera kebangsaan, bahasa nasioanl, dan
hari nasional RIS adalah Merah Putih, Bahasa Indonesia, dan 17 Agustus
5. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat
(APRIS) adalah angkatan perang nasioanl yang berintikan kekuatan TNI
e. Konferensi Meja Bundar (KMB), 23 Agustus -
2 November 1949
Menindaklanjuti
perundingan RooM-Roijen, maka pada tanggal 23 Agustus dimulailah Konferensi
Meja Bundar (KMB). Perundingan berakhir pada tanggal 2 November 1949 dengan
tercapainya kata sepakat :
1.
Kerajaan Belanda mengakui kedautalan RIS secara
penuh dan tanpa syarat
2.
Pelaksanaan
penyerahan kedaulatan akan
dilakukan paling lambat tanggal 30 Desember 1949
3.
Masalah Irian Barat akan dibicarakan lagi 1
tahun setelah penyerahan kedaulatan kepada RIS
4.
RIS dan kerajaan Belanda terikat dala suatu Uni
Indonesia-Belanda berdasarkan keraja sam asukarela dan sederajat
5.
RIS mengembalikan hak milik Belanda dan
memeberikan hak konsesi dan izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda
6.
RIS harus membayar semua utang Belanda yang ada
sejak tahun 1942
7.
Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari
Indonesia dan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS
Posting Komentar