PEMIKIRAN-PEMIKIRAN YANG MELANDASI REVOLUSI-REVOLUSI BESAR DUNIA (AMERIKA, PERANCIS, DAN CINA)

 1. Revolusi Amerika


a.  Pemikiran-Pemikiran yang Melandasi Revolusi

1) Paham Kebebasan dalam Perdagangan (Ekonomi)

Rakyat Amerika atau kaum koloni menganut paham kebebasan dalam perdagangan. Mereka bebas menjual dan membeli barang dagangan dengan siapa saja dengan harga yang disepakati bersama tanpa tekanan. Hal ini bertentangan dengan kehendak Inggris yang memerintahkan orang-orang di Amerika hanya menjual barang dan membeli barang kepada Inggris.

2) Paham kebebasan dalam Politik

Koloni Inggris di Amerika tidak didirikan oleh pemerintah Inggris, melainkan diciptakan  oleh    pelarian-pelarian  agama  yang  tidak  tahan  hidup  tertekan  di Inggris, karena agamanya dilaang oleh pemerintah Inggris. Kaum koloni ini menyatakan bahwa mereka adalah manusia merdeka yang membangun koloni di dunia baru. Paham kebebasan kaum koloni ini bertentangan dengan pendapat Inggris yang mengklaim bahwa koloni adalah jajahannya. Faktor ini yang juga menyebabkan Amerika Serikat menjunjung tertinggi Hak Asasi Manusia dalam konstitusinya

b.  Sebab dan Jalannya Revolusi Amerika

Sebelum kedatangan orang kulit putih telah dihuni oleh penduduk asli yaitu suku bangsa Maya di Amerika Tengah, Aztecs di Mexico, Inka di Peru, Cibcha di Colombia, Sioux-Apache-Cheyenne di Amerika Utara. Orang kulit putih pertama yang datang dan mendiami Amerika adalah bangsa Noor dari Norwegia yang dikenal dengan nama Viking sekitar tahun 981 M. Pada tahun 1492, Columbus sampai di Kepulauan Bahama,  Cuba  dan  Santo  Dominggo.  Ia mengira telah  sampai  di  India,  sehingga penduduk pulau itu disebut Indian. Semua pulau-pulau ini dimasukkannya dalam daerah kerajaan Spanyol. Setelah kedatangan Columbus itu, banyak orang Spanyol dan juga Portugis yang datang ke Amerika. Hingga akhirnya Mexico, Amerika Tengah, dan  Amerika  Selatan  menjadi  jajahan  Spanyol.  Brazil  menjadi  jajahan  Portugis.

Tinggal Amerika Utara yang belum ada pemiliknya. Mulailah pada abad ke-17, perebutan Amerika Utara oleh Perancis, Inggris, dan Belanda.

1.      Perancis

Tahun 1603 Samuel de Champlain menduduki Canada. 1682 La Salle menduduki daerah Sungai Misisipi. Tahun 1699 Berville menduduki daerah MuaRa Sungai Misisipi. Dengan ini Perancis mempunyai jajahan bagian tengah Amerika Utara (dari Canada ke New Odeans).

2.      Inggris

Tahun 1584 Baleigh menduduki Virginia. Tahun 1620 Pilgrimfathers (Mayflower) menduduki Massachusetts. Tahun 1623 Calvert menduduki Meryland. Dengan ini timbul jajahan Inggris di sepanjang pantai Timur Amerika Utara.

3.      Belanda

Tahun 1609 Hudson menduduki Sungai Hudson. Tahun 1626 Belanda menduduki Nieuw Amsterdam (sekarang New York). Tahun 1674 Inggris merebut Nieuw Amsterdam yang kemudian mengganti namanya menjadi New York. Dalam perang tujuh tahun (1756-1763) Inggris   merebut dari Prancis wilayah Canada   dan Louisiana (daerah Missisippi) sebelah Timur Sungai Missisippi. Lousiana sebelah Barat Missisippi dibeli dari Perancis pada tahun 1803. Florida dibeli dari Spanyol tahun 1819. Texas diduduki tahun 1845. California diambil dari Mexico 1848. Alaska dibeli dari Rusia tahun 1867 (diduduki Rusia pada tahun 1825). Dengan ini terjadi apa yang kita kenal sekarang sebagai Canada dan USA.

 

c.  Perang Tujuan Tahun (1756 - 1763)

Jajahan Inggris di Amerika Utara terletak di sepanjang pantai timur. Dibelakang jajahan Inggris ini (di tanah pedalaman) terletak jajahan Perancis yang memanjang dari pantai selatan sepanjang sungai Missisippi (louisiana) sampai Canada.

Sebab-sebab:

Tembak menembak antara pasukan Perancis dan Inggris di dekat benteng Perancis Duquesne (Pittsburgh). Dalam tembak menembak ini nampak untuk pertama kali keberanian besar dari George Washington. Dalam perang ini Perancis kalah. Dilakukanlah perdamaian Paris yang isinya:

a.       Canada dan Lousiana di sebelah timur Missisippi diberikan kepada Inggris, Lousiana sebelah Barat Missisippi diberikan kepada Perancis.

b.      Perancis menyerahkan semua jajahannya kepada Inggris

Akibatnya:

Perancis  mengakhiri  penguasaan  di  Amerika,  sementara  Inggris  timbul  sebagai penjajah di Amerika Utara.

 

d. Perang Kemerdekaan Amerika (1771 - 1783)

Sebab-sebab Umum :

1.        Jajahan Inggris di Amerika tidak didirikan oleh pemerintah Inggris tetapi diciptakan pelarian-pelarian agama yang tidak tahan hidup tertekan di Inggris, karena agamanya dilarang pemerintah Inggris. Mereka keluar dari Inggris untuk mencari  kebebasan  hidup  dan  mendarat  di Amerika.  Diantara mereka  yang terkenal adalah the pilgrimfather yang mendarat pada tahun 1620 dengan kapal Mayflower dan mendirikan Massachusetts. Orang Amerika sekarang menganggap the pilgrimfather sebagai pendiri-pendiri Amerika. Karena itu maka orang-orang Amerika sangat mencintai kebebasan dan kemerdekaan. Tetapi Inggris menganggap Amerika itu sebagai tanah jajahannya dalam arti kata yang kolot.

2.        Inggris  memerintahkan  bahwa  hasil  bumi  Amerika  seperti  tembakau,  gula, kapas,   boleh dijual hanya kepada Inggris dan Amerika diperbolehkan hanya membeli barang-barang kebutuhannya dari Inggris saja. Dengan ini harga dapat dipermainkan oleh Inggris. Orang-orang Amerika yang menganut faham kebebasan juga dalam perdagangan menentang aturan Inggris itu

3.        Inggris yang butuh uang untuk mengisi kas Negara yang kosong karena biaya untuk perang tujuh tahun memaksa Amerika untuk membayar pajak. Karena perang tujuh tahun itu berarti juga perluasan daerah dan perlindungan bagi Amerika.

Amerika mau membayar pajak asalkan Amerika mendapat perwakilan parlemen Inggris. “No Taxation without representation” jawab mereka kepada Pemerintah Inggris, namun Inggris terus memaksa dan timbullah ketegangan.

Sebab Khusus :

Pada tahun 1773 berlabuhlah di Boston 3 kapal Inggris yang memuat teh untuk Amerika. Atas teh ini Amerika harus membayar pajak kepada Inggris. Orang Amerika menolak. Pada malam hari orang-orang Amerika menyamar sebagai orang Indian dan melemparkan teh-teh itu ke dalam laut. Inggris marah dan menghukum Boston. Orang Amerika lainnya membela Boston dan pecahlah perang antara Inggris dan Amerika yang dipimpin oleh George Washington. Peristiwa ini sering disebut dengan ‘The Boston Tea Party’, 16 Desember 1773.

Jalan Perang (1775 - 1778)

1. Pertempuran pertama meletus di Lexington, kemudian di Boston. Inggris memerintahkan Canada untuk membantu tentara Inggris. Permintaan ini ditoleh Canada. Inggris menggempur Canada untuk memaksa orang-orang di Canada dan timbullah pertempuran-pertempuran di Canada yang member kesempatan bagi Washington untuk mengatur tentaranya.

Pada waktu itu orang-orang Amerika sesungguhnya belum menyadari apakah tujuan peperangan itu. Mereka bertempur melawan Inggris karena mereka merasa tertindas oleh aturan-aturan Inggris dan tidak untuk merdeka. Tetapi ini segera berubah menjadi perang kemerdekaan yang sesungguhnya ketika orang Amerika di tahun 1776 membaca tulisan Thomas Paine yang berjudul “ Common Snese. Tujuan menjadi terang yaitu “ kemerdekaan. Pada tahun itu juga meraka mengumumkan “ Decralation of Independence”

2.  Declaration of Independence (4 Juli 1776)

Amerika menyatakan dirinya merdeka. Proklamasi ini disusun oleh Thomas Jefferson dalam Kongres di Philadelpia dari 13 negara bagian. Dan terkenal di dalamnya terkandung pernyataan hak-hak manusia (human rights).

3.  Articles of Confederation (1777)

Kongres dari Negara-negara bagian menyetujui dan menerima rencana konfederasi dan terbentuklah The United States of America (USA). Negara pertama yang mengakuinya dapah Perancis (1778) yang kemudian membantu USA melawan Inggris dengan mengirimkan Jenderal Lafayette ke Amerika. Tindakan Perancis ini disebabkan oleh:

a.  Perancis  ingin  membalas  dendam  kepada  Inggris,  karena  dulu  kalah terhadap Inggris dalam perang tujuh tahun

b.  Hasil diplomasi dari Benjamin Franklin di Eropa.

Pada tahun 1779 Spanyol membantu USA (ingin mendadapkan kembali Gilbaltar dan Florida) dan mengumumkan perang kepada Inggris. Dengan bantuan-bantuan ini kedudukan USA menjadi kuat.

4.  Perdamaian Paris (1784)

Inggris akhirnya kalah. Jenderal Inggris Cornwellis menyerah dengan 7000 orang tentaranya di Yorktown kepada Washington dan Lavayette. Perang berakhir. Perjanjian perdamaian diadakan di Paris yang isinya:” Inggris mengakui kemerdekaan USA”.

 

e.     Pembentukaan Undang-Undang Dasar (1787 - 1789)

Tahun-tahun terakhir perang kemerdekaan sampai dengan pembentukan UUD merupakan masa pertentangan dan perselisihan antara 13 negara bagian. Nampak di sini  adanya 2 blok:  Selatan (9 negara bagian) dan  Utara (4  negara bagian). Negara-negara bagian Selatan dipimpin oleh Thomas Jefferson dan Utara oleh Hamilton. Selatan menghendaki kekuasaan terbesar pada masing-masing Negara, Utara menghendai kekuasaan terbesar pada pemerintahan pusat.

Pada tahun 1787 semua wakil Negara-negara berkumpul di Philadelpia untuk menyusun UUD. Antara Utara dan Selatan akhirnya didapat kompromi, yaitu Negara masing-masing bersumpah setia pada UUD dan tidak akan melanggarnya. Sebaliknya pemerintah pusat tidak akan campur tangan dalam negeri Negara-negara bagian. Urusan dalam negeri dipegang negara masing-masing. Urusan umum, luar negeri, pertahanan, dan lain-lain mengenai negara-negara Amerika itu semuanya dipegang oleh pemerintah pusat, yang terdiri dari:

1) Presiden  (untuk  4  tahun)  dibantu  oleh  state  Departement  (9  kementrian- kementrian)

2) Congress (parlemen) teridiri dari:

a. Senate; tiap Negara bagian mengirim 2 orang

b. House of representatives; jumlah wakil atas dasar  jumlah penduduk tiap-tiap Negara.

Dengan adanya kesepakatan dalam penyusunan Undang-Undang Dasar dan Perangkat Negara lain, Amerika Serikat akhirnya berdiri sebagai sebuah negara yang lepas dari Inggris, dengan Presiden pertamanya adalah George Washington (1789 – 1797) untuk masa jabatan 2 periode.

 

2.  Revolusi Perancis


a. Pemikiran-Pemikiran yang Melandasi Revolusi Perancis

Revolusi Perancis bukan peristiwa yang sekonyong-konyong terjadi meletus begitu saja, tetapi terikat pada kejadian-kejadian sebelumnya. Revolusi Perancis hanya suatu detik saja di mana fikiran-fikiran sebelumnya meledak menjadi tindakan- tindakan. Demikian juga Revolusi Perancis itu tidak merupakan semcam keistimewaan Perancis  saja tetapi revolusi semacam  itu dapat meletus  juga di mana-mana di seluruh Eropa ketika itu, karena keadaan di seluruh Eropa menyerupai di Perancis, hanya mempunyai perbedaan gradueel saja. Justru perbedaan yang gradueel inilah yang menyebabkan revolusi itu meletus di Perancis.

1)  Rasionalisme dan Aufklarung

Abad XVIII adalah abad yang sangat kaya akan aliran-aliran faham yang bersimpang siur   memenuhi   alam   fikiran   manuisa   sebagai   akibat   dari   Renaissance   dan Humanisme. Rasionalisme dan Aufklarung memegang peranan yang terpenting dalam hal ini. Pikiran yang sehat memancarkan sinarnya yang gemilang hingga

Nampak dengan jelas kepincangan-kepincangan dan kesalahan-kesalahan yang sampai ketika itu tidak dirasakan oleh umat manusia. Dengan kritik-kritik yang pedas orang-orang Rasionalisme dan Aufklarung menghantam segala kepincangan dan kesalahan untuk dilenyapkan. Dalam hal ini besar pengaruhnya Rasionalisme dan Aufklarung sebagai pendorong timbulnya Revolusi Perancis, karena Perancis ketika itu memang penuh kepincangan-kepincangan dan kesalahan. Tokoh-tokoh Rasionalisme dan Aufklarung di Perancis (di Perancis lazimnya disebut : Philosophes) antara lain :

a)      Denis Diderot (1713-1784) dan J.d’ Alembert (1717-1784)

Dua   orang   ini   menciptakan   Encyclopedia   bagi   Perancis   yang   memuat pengetahuan tentang segala hal yang diterangkan secara nasionalistis hingga sering merupakan kritik-kritik terhadap dogma-dogma yang kolot.

b)      Charles Secondat, Baron de la Brede et de Montesquieu (1689 – 1755)

Pendapat-pendapat Montesquieu sangat dipengaruhi oleh pendapat-pendapat John Locke (1685 – 1753) dari Inggris, terutama  dalam lapangan tatanegara. Teori-teori Montesquieu tentang “pemisahan kekuasaan” dalam tatanegara yang menjelmakan “Trias Politica”  adalah pada asalnya teori dari John Locke . jika John Locke mengemukakan “executive power”, legislative power, attributive power”  sebagai  pemisahan  kekuasaan,  maka  ini  dirubah  oleh  Montesquieu menjadi executive power, legislative power, judicative power”. Dengan melalui Montesquieu  (dan  beberapa  penulis-penulis  Perancis  lainnya  a.l.  Voltaire, Rousseau)  maka  besar  pengaruh  Inggris  dalam  Revolusi  Perancis,  karena Montesquieu ingin merubah absolute monarchie Perancis menjadi Constituante Monarchie semacam di Inggris. Dan pendapat-pendapat Montesquie inilah yang nanti dilaksanakan dalam bentuk pertama Revolusi Perancis.

c)      Francois Marie Arouet (1694-1778), lebih terkenal sebagai Voltaire.

Absolute Monarchie mengekang segala-galanya hingga tidak ada kemerdekaan di dalam segala lapangan. Sensor yang keras dan kejam diadakan. Despotisme merajalela. Terhadap inilah Voltaire mengarahkan serangan-serangannya yang dahsyat. Ia adalah seorang kritikus yang pedas lagi tepat. Sindiran-sindirannya selalu tepat mengenai sasarannya, jauh lebih tepat dari pada uraian-uraian atau tulisan-tulisan yang panjang lebar.

2)  Romantisme

Romantisme yang mulai timbul pada tahun 1750 sebagai reaksi dari rasionalisme, juga  banyak  pengaruhnya  dalam  Revolusi  Perancis.  romantisme  menjunjung perasaan  dan  menghargai  insting.  Justru  insting  inilah  yang  nanti  merajalela diantara rakyat jelata dan meneruskan perjuangan dimana kaum rasionalis tidak berani  lagi  karena  menruut  perhitungan  secara  rational  tidak  mungkin  dapat diselesaikan. Bukan perhitungan secara rasional, secara kepala dingin, tetapi tekad yang  irasional  dari  rakyat  jelata  (digerakkan  oleh  pemimpin-pemimpin  rakyat penganut    Rousseau,    seperti    Marat)    yang    nanti    pada    tahun    1792-1794 menyelamatkan   Revolusi   dari   ancaman   dahsyat   tentara-tentara   asing   yang mengepung Perancis. Sentimen pun terbukti merupakan faktor yang penting dalam

Revolusi Perancis.

Seorang romantic yang banyak pengaruhnya dalam Revolusi Perancis adalah :

Jean Jacques Rousseau (1712-1778)

Rousseau mengatakan bahwa alam semula adalah sempurna, tetapi kemudian salah bertumbuh menjadi dunia yang penuh kesengsaraan, karena masyarakat mendapatkan hak-hak asasi manusia berupa kebebasan dan persamaan, manusia dilahirkan bebas, tetapi ia sekarang terikat.  Apa  sebabnya?  Kata Rousseau dalam bukunya yang terkenal “ Du Contrat Social”. Pendapat Rousseau tentang hak-hak asasi manusia ini nanti dicantumkan sebagai  “Hak-Hak  manusia  dan warga negara dalam UUD 1789 yang mengatakan    “manusia    dilahirkan  bebas dan dengan hak yang sama. Perbedaan dalam masyarakat hanya didasarkan atas kepentingan umum”.

Manusia dilahirkan dengan hak yang sama. Tidak ada seorangpun yang mempunyai hak yang melebihi orang lain. Karena itu tidak mungkin barang sesuatu dapat ditentukan oleh serang saja untuk semuanya (seperti dalam absolute monarchie). Segala sesuatu harus ditentukan bersama hingga keputusan itu merupakan kehendak umum. Paham Rousseau ini kemudian menimbulkan paham demokrasi modern.

 

3)  Paham-Paham Dalam Perang Kemerdekaan Amerika

Pada tahun 1771 meletuslah Perang Kemerdekaan Amerika (1774-1783). Dalam perang ini Perancis membantu Amerika dan mengirimkan tentara Perancis dibawah Lafayette ke Amerika. Setelah perang selesai, tentara Perancis pulang ke Perancis.

Tentara Perancis yang kembali dari Amerika ini selama berperang di Amerika telah mengenal dan meresapkan faham-faham baru tentang hak-hak asasi manusia dan demokrasi. Bukankah mereka mereka bertempur bersama-sama orang-orang Amerika untuk mempertahankan Declaration of Independence yang mengatakan bahwa manusia itu dilahirkan sama dan dengan hak-hak asasi: bahwa pemeritnahan dibentuk untuk menjamin hak-hak itu dan mendapatkan kekuasaannya dari rakyat: bahwa rakyat berhak menggantikan sesuatu pemerintahan yang melanggar asasi ini dengann pemerintahan lain yang lebih sesuai dengan kehendak rakyat.

Dan apakah yang mereka dapatkan sekembali mereka di Perancis ? suatu pemerintahan yang tidak mengenal hak-hak asasi manusia. Tidak mengherankan jika prajurit-prajurit Perancis dari Amerika ini ingin merubah pemerintahan absolute monarchi Perancis yang kolot itu.

 

b.  Kondisi Perancis Menjelang Revolusi

1)  Feodalisme

Feodalisme di Eropa berasal dari zaman Abad Pertengahan, ketika raja sebagai pemilik dari tanah seluruhnya membagi-bagi tanhanya kepada orang-orang yang dianggapnya berjasa kepadanya sebagai pinjaman tanah. peminjam-peminjam tanah ini kemudian menjelma menjadi golongan yang berkuasa (yang kemudian disebut bangsawan juga disamping keluarga raja) dan selalu berusaha untuk mengurangi kekuasaan raja bagi kepentingannya sendiri. Timbullah akhirnya pertentangan dan perebutan kekuasaan antara raja dan golongan bangsawan. jika di Inggris raja gagal dalam usahanya untuk mematahkan kekuasaan bangsawan- bangsawan (ingat magna charta) hingga akhirnya menjelma menjadi constituante monarchie, maka lain halnya di Perancis.

Kondisi di Perancis, Raja berhasil mengalahkan bangsawan-bangsawan, hingga akhirnya menjelma absolute monarchie ( ingat Louis XIV). Tetapi kalah tidak berarti lenyap. Bangsawan-bangsawan Perancis yang telah dilucuti senajatanya berusaha menggunakan  kekuasaan raja  untuk memperbesar  kekuasaan  bangsawan, baik terhadap raja sendiri maupun terhadap rakyat. Mereka berusaha untuk mendapatkan atau membeli hak-hak istimewa sebanyak mungkin yang pada hakekatnya untuk memblokir kekuasaan raja. Terhadap rakyat hak-hak istimewa itu digunakan oleh bangsawan untuk memperkaya diri sendiri, yang juga berarti memperbesar  kekuasaannya.  Disamping  ini  bangsawan  juga  merembes  masuk

dalam kalangan agama. Lambat laun mereka berhasil juga menduduki kedudukan- kedudukan yang tinggi dalam agama dan yang berhak istimewa. Pangkat-pangkat yang rendah dipegang oleh rakyat jelata. Akhirnya bangsawan menghisap semua hak dan kepada rakyat hanya ditinggalkan kewajiban saja.

Ketidakadilan inilah yang makin lama makin dirasakan oleh rakyat (terutama kaun terpelajar dikalangan rakyat), yang nanti meletuskan Revolusi Perancis.

a.       Ketidakadilan dalam lapangan politik

Jabatan-jabatan yang penting dipegang oleh bangsawan dan raja (Louis  XVI adalah raja yang lemah) tinggal menandatangani saja. Tidak menurut kepandaian, tetapi menurut keturunan pegawai-pegawai negeri yang dipilihnya, hingga administrasi negara menjadi kacau dan korup. Rakyat jelata bagaimanapun pandainya tidak diperkenankan ikut dalam pemerintahan.

b.      Ketidakadilan dalam lapangan ekonomi

Bangsawan diberikan hak istimewa yang membebaskan mereka dari pembayaran pajak, padahal merekalah yang sebenarnya golongan yang terkaya. Rakyat jelata (golongan yang sebagian besar sangat miskin) diharuskan membayar segala macam pajak, hingga rakayt jelatalah yang dengan ini mengisi kas negara. Tetapi uang negar tidak digunakan untuk kepentingan rakyat, melainkan untuk bangsawan dan raja saja.

c.       Kecuali bebas pajak, bangsawan bahkan diberi hak-hak istimewa untuk memungut pajak dari rakyat yang merupakan tambahan pendapatan bagi bangsawan (pajak lalu lintas, pajak tanah, pajak penggilingan gandum, pajak penangkapan ikan, pajak anggur, pajak garam dan segala macam pajak lainnya yang  dibuat-buat  oleh  bangsawan).  Disamping  bangsawan,  gerejapun memungut 1/10 dari penghasilan rakyat jelata. Ditambah lagi hak istimewa bangsawan untuk mempekerjakan rakyat jelata dengan percuma.

d.      Ketidakadilan dalam lapangan ekonomi

Feodalisme membagi-bagi masyarakat dalam golongan-golongan yang berhak dan yang tidak berhak. Di Perancis ketika terdapat tiga golongan masyarakat yaitu : golongan ke-1 (bangsawan), golongan ke-II (kaum agama), golongan ke- III (rakyat jelata). Golongan ke-II terdiri atas kaum agama tinggi (berasal dari bangsawan) dan kaum agama rendah (berasal dari rakyat jelata). Bangsawan dan kaum agama tinggi berhak istimewa, kaum agama rendah dan rakyat jelata tidak berhak sama sekali. Dengan ini dapat dimengerti, apa sebabnya dalam Etats Generaux 1789 golongan ke-I dan ke-II menghendaki pemungutan suara secara pergolongan, golongan ke-III secara perorangan. Golongan ke –III terdiri atas : kaum terpelajar, kaum borjuis, rakyat jelata.

Kaum terpelajar merasa tidak adanya keadilan, karena meskipun pandai tetapi tidak mungkin ikut serta menentukan nasib negaranya karena mereka bukan bangsawan. Mereka ingin merubah susunan pemerintahan negara, mereka ingin “a role by law and not by man”.  Mereka menghendaki Constituante Monarchi. Kaum borjuis merasa mereka adalah golongan yang paling berguna bagi negara, karena   merupakan   sendi   sendi   ekonomi   negara.   Tetapi   mereka   selalu dikalahkan terhadap kaum bangsawan yang mereka pandang sebagai golongan yang tidak produktif dan tidak berguna bagi negara karena hanya memikirkan diri sendiri. Kaum borjuislah yang membayar pajak yang terbanyak dan hanya habis dimakan kaum bangsawan. Mereka anti bangsawan, karena itu mereka tidak anti raja (ingat: bangsawan adalah lawan raja) karena raja dipandangnya  sebagai alat yang terpenting yang dapat menindas bangsawan . Mereka menghendaki constituante monarchi.

Rakyat jelata ketika itu masih non aktif, hanya berkeluh kesah saja karena beratnya beban yang dipikul. Mereka mula-mula menaruh harapan pada rajanya untuk meringankan beban mereka, tetapi ketika raja menyia-nyiakan harapan ini, maka rakyat jelata dengan sekaligus menjadi radikal anti raja. Mereka menghendaki Republik.

Dengan ini rakyat jelata menjadi lawan dari kaum terpelajar dan kaum borjuis yang nanti Nampak dalam Revolusi Perancis sebagai pergulatan antara partai Girondin (terpelajar + borjuis) dan partai Jacobin (rakyat jelata).

2)  Absolut Monarchie yang Buruk

Absolute Monarchie adalah kerajaan yang kedaulatannya dipegang sepenuhnya oleh raja. Nasib negara berada dalam tangan raja dan ditentukan menurut nilai orang yang menjadi raja. Nilai Louis XVI sebagai raja tidak tinggi dan karena itu absolute monarchie dibawahnya merupakan absolute monarchie dalam bentuk yang seburuk-buruknya. Sifat absolute monarcie dibawah Louis XVI ialah :

a.       Despotisme

Otokrasi raja (sifat terutama dari tiap absolute monarchie) selama pemerintahan Louis XVI merosot tajam menjadi despotisme belaka. Tujuan pemerintah negara tidak lagi menciptakan suatu negara yang teratur tetapi untuk menanam “gezag” raja saja yang pada hakekatnya untuk memberi kelonggaran saja bagi tindakan-tindakan sewengan-wenang, baik bagi raja maupun bagi bangsawan. Kepentingan raja diutamakan, kepentingan rakyat dilupakan. Rakyat jelata sangat menderita.

Despotisme tidak tahan mendengar kritik, baik kritik destruktif maupun konstruktif ditindas dengan kejam. Hidup menjadi tidak merdeka lagi, segala- galanya terkekang.

b.      Feodalisme

Feodalisme hanya menjamin kenikmatan hidup para bangsawan dan kaum agama tinggi saja. Tidak adanya persamaan hak dan kewajiban berarti tidak ada keadilan sosial.

c.       Substitutie Stelsel (Sistem Perwakilan)

Bangsawan yang menduduki jabatan yang tinggi tidak mau menjalankan sendiri kewajiban-kewajibannya, tetapi menyewa rakyat jelata yang pandai (dengan gaji kecil). Gaji yang besar dari jabatan itu, pujian-pujian dan hadiah- hadiah raja, kehormatan yang tinggi. Semua itu diterima kaum bangsawan sebagai pejabat resmi. Wakilnya yang menjalankan kewajibannya, tidak menerima apa-apa kecuali gajinya yang kecil itu.

d.      Adminstrasi Negara yang Tidak Seragam

Adanya hak-hak istimewa menjadikan administrasi negara tidak seragam. Tidak  adanya  keseragaman  ini  menyebabkan  adminstrasi  negara  menjadi

kacau balau yang memberi kesempatan dan kelonggaran bagi korupsi. Hampir

1/6 pendapatan negara tiap tahun habis dikorup para bangsawan.

 

3) Vacuum of Power

Apa sebabnya Revolusi Perancis meletus dibawah Louis XVI, dan tidak dibawah Louis XIV atau Louis XV ?

Disamping memuncaknya ketidakadilan dan kemunculan paham baru, masih ada satu faktor lagi yang menyebabkan Revolusi Perancis meletus pada masa Louis XVI. Faktor itu ialah the vacuum of power (tidak adanya kekuasaan) dibawah Louis XVI.

Raja Louis XVI adalah raja yang lemah tidak punya kewibawaan sama sekali , baik terhadap bangsawan maupun terhadap rakyat. Rakayt tidak takut padanya. Dulu zaman Louis XIV dan Louis XV, rakyat betul benci terhadap raja, tetapi mereka takut terhdapatnya, dan karena itu tidak timbul revolusi. “vacuum of power” ini merupakan faktor yang sangat berbahaya bagi kehidupan suatu negara, karena merupakan kesempatan yang baik sekali bagi musuh-musuh negara untuk menjatuhkan negara.

 

4)    Soal Keuangan Negara

Sebab khusus meletusnya Revolusi Perancis adalah soal keuangan negara. Sudah menjadi kebiasaan di Perancis (sejak wafatnya Louis XIV) bahwa negara menderita kekuarangan perbelanjaan yang lazimnya ditutup dengan mendapatkan pinjaman negara. Kekuarangan perbelanjaan ini disebabkan karena uang negara dihambur-hamburkan raja dan bangsawan untuk kepentingan dan kesenangan mereka sendiri.

Pada tahun 1789 negara menghadapi bangkrut. Penghasilan negara 500 juta, pengeluaran 625 juta, hutang negara yang harus dibayar 300 juta. Bagaimana cara mendapatkan uang? Menaikkan pajak?. Pajak telah berat sekali. Pinjam uang? Hutang negara telah melampauai batas kekuatan pembayaran kembali. Tidak ada jalan lain kecuali mewajibkan semua bangsawan (bebas dari pajak) membayar pajak. Bangsawan menolak. Timbul kritis antara raja dan bangsawan. Takut terhadap raja, bangsawan mencari dukungan dari rakyat dengan mengatakan bahwa soal pajak adalah soal rakyat seluruhnya. Raja tidak boleh menentukan sendiri. Dengan ini bangswan hendak membatasi kekuasaan raja untuk menyelamatkan diri mereka. Mereka mengusulkan diundangnya kembali “Etats Generaux (Dewan Perwakilan Rakyat) yang sejak tahun 1614 tidak pernah berkumpul lagi. Raja pun menyetujui, dan Etats Generaux kembali berkumpul.

c.  Jalannya Revolusi Perancis

Pada    tanggal    17    Juni    1789    wakil-wakil    golongan    III    (Rakyat    Jelata) memproklamasikan  Etats  Generoux  sebagai  Assemblee  Nationale  (Dewan Nasional= Perwakilan Bangsa Perancis). Tindakan ini mempunyai arti yang sangat penting. Etats Generoux yang merupakan siding golongan-golongan menjelma menjadi siding seluruh rakyat tanpa golongan-golongan. Sungguh suatu revolusi yang besar, karean pada hakekatnya itu berarti bahwa suatu masyarakat yang feodalistis berubah menjadi demokratis. Sesungguhnya tanggal 17 Juni 1789 telah dimulainya revolusi, walaupun secara resmi revolusi Perancis ditandai dengan diserbunya “Penjara Bastile”, Secara politik Revolus Perancis dimulai pada 17 Juni 1789,  militer  pada  14  Juli  1789.  Pada  perkembangan  selanjutnya  Assemble Nationale akan berkembang setelah banyak Golongan I (Pendeta) dan Golongan II (Bangsawan) yang bergabung dan lantas merubah namanya menjadi sebuah dewan bernama Constituante

Pada tanggal 14 Juli 1789 rakyat Prancis menyerbu penjara Bastille, suatu bangunan yang kuat dan megah lambing absolute monarki karena di dalamnya dipenjarakan pemimpin-pemimpin rakyat dan mereka yang berani menentang absolute monarki. Bastille ini dijaga ketat karena merupakan juga gudang persenjataan raja. Sebab-sebab rakyat menyerbu penjara Bastille:

1. Rakyat Paris mendengar desas-desus bahwa raja mengumpulkan tentaranya di sekitar Paris untuk menindas revolusi.

2. Rakyat   Paris   butuh   senjata   untuk   mempertahankan   diri.   Mereka   ingin

mendapatkan senjata yang ada di dalam Bastille.

Serbuan rakyat ke Bastille berhasil baik ketika kesatuan tentara raja yang berada di Paris memihak dan membantu rakyat. Bastille dapat direbut pada tanggal 14 Juli 1789, hari itu dianggap sebagai awal revolusi dan kemudian diresmikan sebagai hari nasional Prancis. Bendera Bourbon (raja) diganti dengan bendera nasional (biru, putih, merah) dan tentara nasional dibentuk (di bawah pimpinan Lafayette, seorang bangsawan yang berpaham baru dan terkenal sebagai pahlawan yang memimpin tentara Prancis di perang kemerdekaan Amerika).

Sejak itu raja dan bangsawan tidak berkuasa lagi. rakyat jelatalah yang berkuasa dan memegang pimpinan negara. Pemimpin-pemimpin rakyat yang terkenal dalam Constituante ialah Mirabeu (bangsawan), Lavayette (bangsawan), Sieyes (kaum agama). Setelah rakyat jelata dapat mengalahkan lawannya yaitu kaum bangsawan dan kaum agama maka tugas rakyat jelata sekarang adalah menghapuskan ancient regime, dan menyusun pemerintahan baru:

 

a.  Menghapuskan ancient regime

Penghapusan ancient regime ini dijalankan secara tegas. Semua hak-hak istimewa dan sebutan-sebutan bangsawan dilenyapkan (orang saling memanggil dengan sebutan “citoyen”; perkataan “bung” di Indonesia). Gilde dihapuskan hingga perdagangan menjadi bebas. Ini merupakan pelaksanaan liberalisme yang dalam ekonomi bersemboyan: laissez faire, laissez passer. Kaum agama dijadikan pegawai negeri biasa dan milik gereja disita. Ini kemudian   menimbulkan pertentangan yang hebat antara kaum Revolusi Perancis dan Paus di Roma. Dengan ini kaum agama dianggap musuh revolusi, dan revolusi bersifat anti-agama Rooms-Kathilick.

b.  Menyusun pemerintahan baru

Setelah pemerintahan lama (ancient regime) dihancurkan kaum revolusi terus menyusun pemerintahan baru.   Dasar dari pemerintahan baru ini adalah “Declaratin des droits de Phomme et du citoyen “ (Perjanjian hak-hak manusia dan warga negara) yang diumumkan pada tanggal 27 Agustus 1789 dan yang merupakan salah satu mata rantai dalam pertumbuhan pengertian tentang hak-hak manusia.

Isinya antara lain:

· Pasal 1: manusia dilahirkan bebas dan mempuyai hak yang sama. Perbedaan dalam masyarakat hanya didasarkan atas kepentingan umum.

· Pasal  2  :  ………  hak-hak  ini  adalah  kemerdekaan,  milik,  keamanan  dan menentang terhadap penindas.

· Pasal 3: ……rakyat adalah sumber dari segala kedaulatan …

· Pasal  4  :  yang  dimaksud  dengan  kemerdekaan  adalah  boleh  bertindak sesukanya asal jangan merugikan orang lain, …..hak atas milik adalah suci dan tidak boleh dilanggar.

· Pasal 17: …..hak atas milik adalah suci dan tidak boleh dilanggar.

Pada tanggal 1790 (14 Juli) UUD Perancis disyahkan. UUD ini tidak menghapuskan kerajaan tetapi membatasinya hingga merupakan Constituaten monarchie. Raja hanya punya veto yang dapat menunda keputusan tetapi tidak dapat membatalkan. Raja setuju dengan UUD dan bersumpah setia kepadanya. Tetapi sekonyong-konyong ia melarikan diri, tertangkap oleh rakyat dan dikembalikan lagi ke Paris.

 

3.  Revolusi Cina


a. Pemikiran-Pemikiran yang Melandasi Revolusi Cina

1) Dinasty Manchu Adalah Dinasty Asing

Dari zaman kuno hingga 1912, Tiongkok selalu diperintah oleh dinasti-dinasti (raja- raja dari satu keturunan). Dynasty yang terakhir adalah Dinasty Manchu atau Dinasti Qing (1644-1912). Dynasty ini dianggap asing oleh bangsa Tionghoa, karena dynasty ini bukan keturunan bangsa Tionghoa. Dinasty Manchu berasal dari Machuria, yaitu daerah yang berbatasan dengan Tiongkok Utara. Dibawah dynasty ini, Tiongkok (Cina) diperintah dengan cara-cara yang kolot. Tiongkok adalah negara yang tertutup rapat-rapat bagi bangsa asing yang dianggapnya lebih rendah dan belum beradab (barbar) daripada bangsa Tinghoa. Adanya anggapan bahwa Dinasty Manchu adalah dynasty asing ini menjadi salah satu pendorong rakyat Cina untuk melawan Kaisar Ratu Tze Syi/Ci-xi (Kaisar Terakhir Dinasty Mansyu).

2) Rasa Malu dalam Kekalahan Perang Candu (1839-1843)

Inggrislah yang pertama kali berjasa membuka Tiongkok bagi orang asing. Jalan yang dipakai adalah “Jalan Candu”. Sejak tahun 1800 Inggris menyeludupkan candu kedalam Tiongkok. Segera perdagangan candu gelap merajalela di Tingokok. Rakyat menjadi korban tetapi Inggris mendapat supaya candu diberantas. Di kota kanton sebagai pusat candu, 20.000 peti candu Inggris seharga $90.000.000 dibakar habis. Inggris marah dan Angkatan Lautnya menyerang Nanking. Tiongkok kalah dan menandatangani Perjanjian Nanking, 1842, yang isinya :

a.  Lima pelabuhan Tiongkok dibuka untuk perdagangan asing (disebut Treaty Ports)

b.  Inggris mendapatkan Hongkong (1842)

c.  Inggris   mendapatkan hak ekstratitorial (kemudian negara-negara lainnya minta juga)

Perjanjian Nanking berarti awal pembukaan Tiongkok untuk dunia luar. Pembukaan Cina bagi dunia luar dianggap merupakan tanda kelemahan pemerintahan Ratu Tze Syi.

 

3)  Keinginan untuk Membangun Masyarakat Baru yang Bahagia

Hung-Siu-Tsjwan  adalah  seorang  Tionghoa  yang  beragama  masehi.  Menurut Hung-Siu-Tsjwan, agamanya mengajarkan bahwa masyarakat Masehi pertama dibawah  pimpinan  Petrus  merupakan  masyarakat  yang  sosialistis,  dimana berlaku sama rata sama rasa. Hung-Siu-Tsjwan ingin mendirikan Tiongkok yang sangat menderita itu, menjadi suatu masyarakat Masehi zaman Petrus itu. Oleh karena itu Hung-Siu-Tjwan menggalakkan pertanian dan memajukan kemiliteran yang memegang disiplin dan tanggung jawab yang tinggi. Hung-Siu-Tjwan bergerak melawan Kaisar Manchu dan bangsa asing.

4)  Paham Moderanisasi Tiongkok Selatan

Di Tiongkok Selatan telah masuk dan meresap faham baru dari Barat. Menurut mereka, pemberontakan bukan satu-satunya jalan untuk membebaskan diri dari bangsa asing. Bangsa asing terbukti lebih kuat karena lebih maju. Jika ingin mengusir bangsa asing dari Tiongkok jalan yang harus dipakai adalah memodernisasi Tiongkok agar dapat mengimbangi kekuatan asing.

b.  Jalannya Revolusi Cina

1) Perang Tiongkok - Inggris / Perancis (1856-1860) Sebab-sebab:

a. Kapal Tiongkok dengan bendera Inggris ditahan

b. Pendeta Perancis dibunuh di Kwangsi karena tidak punya surat izin masuk Tiongkok.

 

Dalam perang ini Tiongkok kalah. Terjadilah perjanjian Peking, 1860, yang isinya:

a.  Treaty Ports ditambah dengan 11 pelabuhan lagi (jadi 16 pelabuhan)

b.  Jawatan bea dan cukai dipegang oleh badan Internasional (Inggris, USA, dan Perancis)

c.  Di   Peking   (Kota   istana   kaisar   Tiongkok   tertutup   bagi   bangsa   asing) ditempatkan seorang duta besar Inggris

Dengan perjanjian Peking ini Tiongkok seluruhnya telah dibuka lebar-lebar bagi seluruh dunia. Kemudian timbullah daerah-daerah konsesi yang merupakan sarang  bangsa asing  yang setiap waktu dapat menerkam Tiongkok. (contoh  : Jepang mulai menyerang Tiongkok dari daerah-daerah konsesinya dalam tahun  1937). Bagi kedaulatan Tiongkok daerah konsesi ini berarti pengurangan kedaulatan

2)  Pemberontakan Taiping (1850-1864) Sebab-sebab:

a.  Pemerintahan Kaisar Mansyu lemah terhadap bangsa asing

b.  Kemiskinan rakyat jelatan yang disebabkan oleh pemerintah feodal Mansyu

c.  Keinginan yang timbul diantara rakyat untuk membangun masyarakat yang bahagia

Pemimpin pemberontakan T’aiping adalah Hung Siu Swam yang menginginkan Tiongkok menjadi masyarakat yang sosialis, dimana berlaku “sama rata sama rasa”. Program Hung Siu Swan adalah :

a.  Bahan  makanan,  uang,  pakaian  dijadikan milik  bersama.  Milik  perorangan tidak boleh. Pertanian dikerjakan bersama.

b.  Tentara  harus  memegang  teguh  kesusilaan,  tidak  boleh  mabuk,  merokok, menghisap  candu,  atau  mengganggu  keamanan  rumah  tangga.  Kenaikan pangkat dalam ketentaraan tidak ditentukan oleh atasan tetapi oleh prajurit yang mengusulkannya kepada atasan.

Pada tahun 1851, Hung Siu Swan memulai pemberontakannya melawan kaisar Mansyu dan bangsa asing. Awalnya ia mendapatkan kemenangan karena tentaranya yang memegang teguh disiplin dank arena rakyat yang tertarik dengan program-programnya. Nanking dapat direbut. Namun setelah itu Hung Siu Swan mulai menemui kekalahannya karena lupa dengan tujuan dan cita-cita semula; tentaranya mulai kehilangan disiplin, mabuk kemenangan, dan merajalela dimana-mana, keadaan menjadi kacau balau. Hung Siu Swan memproklamasikan dirinya sebagai raja dari kerajaan Sorga dan Damai Abadi (T’aiping Tin Kuo). Setelah itu tentara Tai Ping menyerbu ke Utara untuk memukul kaisar Mansyu di Peking. Tiensin jatuh ke tangan Tai Ping dan Peking terancam. Bangsa asing di Peking (mereka ini baru saja memenagkan Peking dari tangan Mansyu dengan perjanjian yang sangat menguntungkan itu) merasa terancam dan akan kehilangan segalanya jika pasukan Tai Ping menang. Karena itu, bangsa asing membentuk tentara sukarela dibawah Jenderal Ward dan Gordon. Bersama-sama dengan tentara Kaisar Mansyu mereka melawan Tai Ping dan berhasil  merebut kembali Nanking. Hu Siu Sywan bunuh diri. Kemudian pertempuran terjadi di Sungai Yang-Tse, tentara Tai Ping menenumui kekalahan lagi dan pemberontakan dapat ditindas.

Arti Pemberontakan Tai Ping:

a.  Merupakan pemberontakan sosial (Revolusi Sosial) asli dari Tiongkok yang lepas dari pengaruh sosialisme Barat

b.  Paham komunisme yang timbul di Tiongkok untuk pertama kali

c.  Merupakan pelopor dari Mao Tse Tung dengan Kung Can Tang (Partai Komunis Tiongkok). Apa yang dijalankan Mao Tse Tung sangat mirip dengan apa yang dijalankan Hung Syu Swam dalam Tai Ping Tin Kuo (pembagian tanah, tentara yang bersopan santun terhadap rakyat jelata, dsb)

3)  Perang Jepang - Tiongkok (1896 - 1895)

Sebab-sebab:

1.  Jepang ingin menduduki Korea

2.  Korea adalah yang pada resminya merupakan Negara vassal dari Tiongkok.

Korea sendiri merupakan kerajaan yang pada hakekatnya merdeka penuh. Pada tahun 1892, timbullah perebutan kekuasaan di Korea, kedutan Jepang di sana ikut diserang. Kejadian ini dipergunakan Jepang untuk menyerbu Korea. Tiongkok protes karea Korea adalah wilayahnya. Timbullah perang Jepang – Tiongkok.

Jalan Perang:

Tentara Tiongkok dengan mudah dipatahkan oleh tentara Jepang yang sudah modern itu.  Kekalahan ini ditebus dengan perjanjian Shimonoseki (1895). Yang isinya:

a.  Jepang mendapatkan Port Arthur

b.  Jepang mendapatkan Taiwan (Formosa)

Rusia,   Jerman,   Perancis   protes   dan   mengancam   Jepang.   Jepang   dipaksa menyerahkan Port Arthur. Kemudian:

1) Jepang menyewa Kiatsou

2) Perancis menyewa Kwang Tsu Wan

3) Inggris menyewa Wei Ha Wei

4) Rusia menyewa Port Arthur

Tindakan Negara-negara besar ini dianggap penghinaan bagi Jepang. Jepang ingin membalas dendam, terutama kepada Rusia. Ini merupakan salah satu sebab perang Rusia – Jepang (1905 nanti).

Perang Jepang- Tiongkok membuktikan kelemahan Kaisar Mansyu. Perang ini untuk Tiongkok membawa akibat:

a.  Kekecewaan rakyat terhadap Kaisar Manysu yang lemah b.  Kebencian terhadap Jepang

 

4)  Pemberontakan Boxer (1900 - 1901) 

    Sebab-sebab:

Rakyat   Tiongkok   membenci   bangsa   asing   yang   terbukti   hanya   mengacau Tiongkok  saja,  karena  itu  ingin membersihkan  tanah  airnya  dari  bangsa dan pengaruh asing. Gerakan untuk membersihkan bangsa asiang ini timbul di Tiongkok Utara dan menamakan diri “ Tinju Keadilan. Semua anggotanya memahirkan diri dalam silat untuk membinasakan bangsa asiang. (oleh bangsa asing silat ini dipandang sebagai boxen karena itu pemberontakan ini disebut Boxer Rabellion atau Pemberontakan Boxer).

Ratu Tze Syi (Wali dari Kwang Syu, kaisar resmi Tiongkok) atas anjuran jenderalnya , Yuang Sih Kai seorang warlord yang terbesar , membantu gerakan boxer ini karena ingin melepaskan kerajaannya dari pengaruh asing. Di Peking pemberontakan berkobar. Duta besar Jerman di Peking dibunuh dan kedutaan asing lainnya diserang. Tentara asing menerobos dari mana-mana ke Peking dibawah komando Jenderal Von Waldersee. Peking diduduki dan pemberontakan Boxer ditindas dengan kejam. Ratu Tze Syi menyerah dan menandatangani Boxer Protocol (1902). Tiongkok diharuskan membayar kerugian perang kepada bangsa asing sebesar $ 738.000.000.

Akibat Pemberontakan Boxer adalah:

Ratu Tze Syi telah dapat dilemahkan. Kekuasaannya jatuh ke tangan bangsa asing. Tiongkok tergantung dari belas kasihan bangsa asing. Mereka kemudian berniat

akan  membagi-bagi  Tiongkok  diantara  mereka.  Ini  berarti  habisnya  Riwayat

Tiongkok   sebagai   Negara   merdeka.   Amerika   protes   terhadap   pembagian Tiongkok ini, karena ini berarti akan adanya monopoli oleh bangsa asing pemenang pemberotakan Boxer. Amerika menuntut supaya Tiongkok tetap dijalankan “open Door Policy” bagi seluruh dunia. Pembagian Tiongkok tidak boeh terjadi. Ratu Tze Sye sadar bahwa bangsa asing tidak dapat ditolak dengna kekerasan senjata, karena Tiongkok sendiri masih lemah. Jika Tiongkok tidak mau dijajah, maka Tiongkok harus mempunyai kedudukan yang kuat dan ini dapat dicapai dengan jalan modernisasi Negara Tiongkok. Ratu Tze Syi melakukan tindakan:

a. Akan disusun UUD

b. Ujian pegawai negeri dengan cara-cara kuno dihapuskan diganti dengan cara modern

c. Sekolah-sekolah didirikan dan mengirim para pemuda berbakat ke luar negeri

b.     Pemberantasan pemakaian candu

Tetapi sayang, semua ini terlambat. Kebencian rakyat terhadap Mansyu sudah begitu mendalam. Sebelum Ratu Tze Tyi menjalankan pembaharuannya, ia wafat di tahun 1908. Yang menggantikannya seorang kaisar yang masih kecil yaitu Pu Yi (usia 2 tahun). Sementara itu, Yuan Shih Kai dipecat tahun 1908. Keadaan menjadi kacau balau, orang-orang berebut kedudukan dan korupsi merajalela. Keadaan genting, pemerintah kembali memanggil Yuan Shih Kai untuk menyelamatkan pemerintahan Manchu.

5) Revolusi Nasional Tiongkok (10-10-1911)

Sebab-sebab:

a.       The New Learning

Dengan masuknya bangsa kulit putih, masuklah juga faham-faham Barat.. faham-faham Barat ini merasuk ke dalam jiwa para pelajar dan timbullah angkatan baru yang berfaham modern.

b.      Timbulnya nasionalisme

Rakyat Tiongkok sangat kecewa terhadap pemerintahan Mansyu yang kolot (ratu Tze Syi   mula-mula menangkapi semua orang yang ingin mengadakan pembaharuan seperti kaisar Kwang Syu, yang pada tahun 1808 hendak mengadakan pembaharuan secara modern (pembaharuan kaisar Kwang Syu 1898 yang gagal ini disebut the hundred days of reform) dan yang berakhir dengan penangkapan Kwang Syu oleh Ratu Tze Syi. Ketika Ratu Tze Syi sesudah pemberontakan Boxer mengadakan pembaharuan, maka ini sudah terlambat. Pemerintahan Mansyu yang lemah adalah dalam perang Jepang-Tiongkok (1894-1895), Tiongkok dengan mudah dapat dikalahkan oelh Jepang. Dalam perang Rusia – Jepang (1904-1895) yang terjadi dalam daerah Tiongkok (manyuria, Korea, Shantung), Tiongkok tidak berani protes. Kekecewaan ini akhirnya menjelma menjadi kebencian yang menginginkan lenyapnya pemerintahan Manysu yang merupakan pemerintahan asing bagi rakyat Tiongkok. Tiongkok untuk Tiongkok, timbullah nasionalisme Tiongkok. Kemenangan Jepang atas Ruis 1905 memperkuat semangat nasionalisme Tiongkok, karena terbukti bangsa Timur dapat mengalahkan bangsa Barat, jika sama dalam kemajuannya.

Sebab khusus:

Beberapa orang Tionghoa kaya meminta izin kepada pemerintah Mansyu untuk membuka jalan kereta api di Sze Cwan. Permintaan ditolak bahkan izin itu diberikan kepada kongsi gabungan bangsa asing (kepada Brithis-French-German- American Consortum). Rakyat Tiongkok marah dan pada tanggal 10-10-1911 meletuslan Revolusi di Wunchang. Pemerintahan Mansyu jatuh. Republic Tiongkok lahir.

6) Utara dan Selatan

Tanggal 10-10-1911 revolusi nasional meletus di Wuchang dan dr Sun Yat Sen memproklamasikan Republik Tiongkok.   Republik Tiongkok ini hanya meliputi Tiongkok Selatan (pusatnya Kanton). Tiongkok Utara (pusatnya Peking) masih dikuasai oleh pemerintahan Manchu (Kaisar Pu Yi – Yuan Shih Kai). Dengan ini Tiongkok terbagi atas dua bagian Utara dan Selatan.

Utara

a) Dikuasai oleh warlord (kaisar Pu Yi masih kecil jadi pemerintahan dipegang oleh warlord yaitu Yuan Shih Kai). Warlord atau Tutsun adalah jenderal yang punya  tentara  sendiri,  tidak  mau  tunduk  kepada  pemerintahan  negara.

Bertindak menurut kehendaknya sendiri sebagai raja daerah yang dikuasainya. Warlords saling bertempur berebut kekuasaaan. Warlord terkenal adalah Yuan Shih Kai di Peking. Chan Tze Lin di Mansyuria. Yu Pei Ju dan Feng Yu Hsiang di Tiongkok Tengah.

b) Setelah   dynasty   Mansyu   jatuh   pada   resminya  presiden   Tiongkok   ialah berkedudukan di Peking. Pada prakteknya presden hanya boneka dalam tangan warlord saja (kecuali yuan Sih Kai).

c)  Masyarakat sangat feudal dan reaksioner. Selalu kacau karena peperangan yang dijalankan oleh warlord, Tani sangat menderita.

 

Selatan:

a) Dikuasai kaum nasionalis dibawah dr Sun Yat Sen.

b) Tiongkok   Selatan   yang   pertama-tama   berhubungan   dengan   dunia   luar.

Sehingga pengaruh faham Barat sangat kuat di sini. Oleh karena itu orang- orang Selatan bersifat progresif dan borjuis. Dari Selatanlah nanti datangnya pembaharuan Tiongkok. Komunisme tidak kuat di Selatan, hingga Mao-Tse Tung sampai pindah (long March) dari Selatan ke Utara.

7) Revolusi Oktober

Ø 10-10-1911:

Revolusi Nasional meletus, Republik Tiongkok lahir. Dr Sun Yat Sen menjadi presiden pertama untuk Republik Tiongkok yang hanya meliputi Tiongkok Selatan. Utara tetap dikuasai Manchu dan warlord yang menentang Selatan.

Ø 1912

Yuan Shih Kai yang mengemban amanat dari Kaisar Pu Yi untuk menyelamatkan kerajaan Mansyu dari ancaman Republik Tiongkok nya Sun Yat Sen, berbalik dan berunding dengan dr. Sun Yat Sen untuk menurunkan dan melenyapkan kerajaan Manchu untuk membentuk suatu Republik Tiongkok untuk seluruh Tiongkok, dengan syarat Yuan Shih Kay lah yang menjadi presidennya. Dr Sun Yat Sen menerima syarat ini untuk kepentingan persatuan Tiongkok.

Hasilnya:

a) Yuan Shih Kay menurunkan Pu Yi dari tahta (12 Februari 1912)

b) Republik Tiongkok sekarang meliputi seluruh Tiongkok

c)  Dr Sun Yat Sen mengundurkan diri sebagai presiden

d) Yuan Shih Kay menjadi presiden

Dr Sun Yat Sen mengundurkan diri ke Kanton dan pada 1 Agustus 1912 mendirikan Kuo Min Tang (Partai Nasionalis) untuk melaksanakan San- Min- Chu – I dan menjaga tetap berlangsungnya Republik Tiongkok yang nasionalis, demokratis, dan sosialistis. Yuan Shih Kay mengangkat jenderal-jenderalnya sebagai gubernur-gubernur di beberapa daerah di Tiongkok, gubernur militer inilah  yang  nanti  setelah  Yuan Shih  Kay  meninggal  akan  saling  berperang berebut kekuasaan. Menimbulkan banyak kesengsaraan rakyat Tiongkok.

Ø 1913

Yuan Shih Kay memerintah sebagai diktator. San Min Chu I dikesampingkan. Dr Sun Yat Sen dengan Kuo Min Tang melakukan pemberontakan, tetapi kalah. Kuo Min Tang dilarang dan pengikut-pengikutnya dibinasakan. Dr Sun Yat Sen lari ke Sang Haai dan bersembunyi di daerah konsesi Perancis.

Ø 1914

Perang Dunia I meletus. Perhatian bangsa Barat dipusatkan ke Eropa. Jepang Tahu tentang hal itu. Bagi Jepang kesempatan baik untuk masuk dan menguasai Tiongkok. Untuk itu Jepang memihak sekutu.

Ø 1915

Jepang mengajukan 21 tuntutan kepada Tiongkok, antara lain:

a)      Shiantung dipinjamkan kepada Jepang

b)      Jepang merdeka bertindak di Manchuria

c)      c) Pertambangan di Tiongkok harus dikerjakan oleh Tiongkok dan Jepang

d)      Tiongkok  tidak  boleh  meminjamkan  sesuatu  pelabuhan  di  sepanjang pantai Tiongkok kepada Negara lain kecuali Jepang

e)      Pemerintah Tiongkok harus mengguankan penasehat-penasehat Jepang dan kepolisian di Tiongkok harus dijalankan bersama oleh Tiongkok Jepang.

Tuntutan yang menghina Tiongkok ini diajukan oleh Jepang pada tanggal 4 Mei 1915.  Yuan  Shih  Kay menerimanya. Dengan  ini Tiongkok menjadi  setegah jajahan Jepang. 4 Mei 1915 ini dianggap oleh rakyat Tiongkok sebagai hari celaka. Pada tahun 1915 ini juga Yuan Shih Kay menghianati Republik Tiongkok dengan memproklamasikan dirinya sebagai Kaisar Tiongkok. Rakyat gelisah. Takut akan pemberontakan, ia kemudian menarik kembali proklamasi ini.

 

C.  Rangkuman

1.    Revolusi Amerika terjadi karena adanya penindasan ekonomi dan politik yang dilakukan oleh Inggris. Inggris memaksakan penduduk Amerika untuk menjual dan membeli barang-barang hanya kepada Inggris. Bagi rakyat Amerika, hal ini dirasakan sebagai bentuk penindasan. Kemudian lahirlah pemikiran-pemikiran baru yang melatarbelakangi meletussnya Revolusi di Amerika, yaitu   pemikiran tentang perdagangan bebas, dimana mereka bebas menjual dan membeli barang-barang dengan siapa saja sesuai dengan kesepakatan bersama. Berkembangnya faham kebebasan bagi rakyat Amerika untuk berpolitik. Adanya berbagai macam pajak yang dipaksakan oleh Inggris turut memicu kemarahan rakyat Amerika. Rakyat Amerika melawan dominasi Inggris dan mencapai kemerdekaannya paa tanggal 4 Juli 1776.

2.    Revolusi Perancis terjadi karena didorong oleh adanya feodalisme dan absolut monarchi yang buruk. Rakyat merasa tertindas dan dijajah oleh rajanya sendiri. Muncul dan berkembanglah faham-faham baru di tengah-tengah masyarakat Perancis, seperti rationalism, aufklarung, romantic, dan faham-faham perang kemerdekaan Amerika. Rasa tertindas dan semangat yang tercipta dari merasuknya faham-faham baru yang berkembang itu, ditambah dengan adanya vacuum of Power Louis XVI yang lemah merupakan kesempatan bagi rakyat untuk memberontak dan melawan. Akhirnya Kekaisaran absolut Louis XVI runtuh, ditandai dengan jatuhnya penjara Bastille ke tangan rakyat 14 Juli 1789.

3.    Revolusi Tiongkok (Cina) terjadi karena adanya rasa menderita akibat kekuasaan Dinasty Mansyu dan bangsa asing. Bagi rakyat Tiongkok, Dynasty Mansyu Adalah dynasty asing bagi rakyat Tiongkok (cina). Pemerintahan Dinasty merupakan pemerintahan yang kolot yang telah membuat rakyat Tiongkok menderita. Simpati terhadap Dinasty Manchu semakin menipis setelah terjadinya kekalahan Tiongkok dalam Perang Candu melawan Inggris, bagi rakyat Tiongkok merupakan suatu kelemahan yang memalukan. Dipihak lain di kalangan rakyat Tiongkok telah berkembang suatu keinginan untuk membangun masyarakat Tiongkok yang bahagia, yaitu suatu masyarakat yang menganut faham sama rata sama rasa seperti masyarakat zaman Petrus. Disamping itu telah masuk dan berkembang pula faham modernisasi di Tiongkok Selatan. Oleh karena itu munculah di mana-mana perlawanan rakyat terhadap kekuasaan Dinasty Mansyu dan banga asing ini.

4.    Rakyat Cina melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Dinasty mansyu yang kolot dan lemah. Pemberontakan juga dilakukan Rakyat Tionghoa terhadap kekuasaan bangsa asing seperti Inggris, Jepang, dan Perancis. Sebut saja pemberontakan Taiping (1850-1861), Perang Jepang-Tiongkok (1894-1895), pemberontakan Boxer (1900-1901), hingga akhirnya Dinasty Masnyu jatuh pada tanggal 10 - 10- 1911 (Revolusi Wuchang). Dr. Sun Yat Sen memproklamasikan berdirinya Republik Tiongkok (meliputi wilayah Tiongkok Selatan).

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama