KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

1.   Kerajaan-Kerajaan Islam

Agama Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Agama Islam membawa banyak sekali pengaruh dan perubahan bagi masyarakat Indonesia di berbagai bidang. Kedatangannya yang melalui berbagai saluran islamisasi membuat Agama islam dengan mudah diterima dan dianut oleh para penguasa di daerah-daerah. Akibatnya, rakyat yang  berada  pada  wilayah  kekuasaannya  mengikuti  kepercayaan  rajanya.  Kerajaan- kerajaan bercorak Islam yang terdapat di Indonesia, antara lain sebagai berikut:

a.   Kerajaan Samudra Pasai


1) letak Geografis

Kerajaan pertama di Indonesia yang bercorak Islam adalah Kerajaan Samudra Pasai,yang terletak di pantai utara Aceh,pada muara Sungai Psangan (Pasai). Pada muara sungai tersebut terdapat dua kota, yaitu Samudra (agak jauh dari laut) dan Pasai yang merupakan kota di pesisir pantai.

2) Sumber-Sumber Sejarah

Sumber-sumber  sejarah  yang  dapat  dipakai  untuk  mempelajari  sejarah Samudra Pasai adalah sebagai berikut.

▪   Inskripsi (tulisan) pada nisan makam Sultan Malik As Saleh.

▪   Berita-berita asing dari Marcopolo dan Ibnu Batutah.

▪   Kronika Raja Pasai.

3) Kehidupan Masyarakat 

a) Kehidupan Politik

Kerajaan Samudra Pasai dibangun oleh Marah Silu. Dia berhasil mempersatukan Samudra dan Pasai. Marah silu memeluk agama Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Makkah. Pada tahun 1285, Marah silu kemudian dinobatkan menjadi sultan dengan gelar Sultan Malik As Saleh.

Setelah Sultan Malik As Saleh wafat pada tahun 1297, jabatan sultan kemudian diteruskan oleh putranya yaitu Sultan Malik At Thahir. Sultan Malik At Thahir memiliki dua orang putra, yaitu Mahmud dan Malik Al Mansyur. Kedua orang putranya itulah yang kemudian mewarisi tahta kerajaan, kemudian ibu kota kerajaan dipindahkan ke Lhokseumawe. Pemegang kekuasaan selanjutnya adalah Sultan Ahmad Perumadat Perumal. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai telah menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan Delhi (India). Hal tersebut  dibuktikan ketika Muhammad Tughlug dari India pada tahun 1345 mengirimkan utusannya, Ibnu Batutah ke Cina. Ia singgah terlebih dahulu di Samudra Pasai. Sekembalinya dari Cina pada tahun 1346, Ibnu Batutah singgah lagi di Samudra Pasai dan diterima dengan baik oleh Sultan Ahmad.

b)  Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Budaya

Karena letaknya yang sangat setrategis, Samudra Pasai berkembang dengan cepat menjadi pusat perdagangan dengan pusat studi Islam yang ramai. Banyak pedagang dari berbagai daerah seperti di Benggala, Gujarat, Arab, dan Cina yang berdatangan di Samudra Pasai.

Kerajaan Samudra Pasai mengalami kemunduran setelah mendapat serangan dari Majapahit yang ingin menyatukan Nusantara. Setelah majapahit meyakini adanya hubungan antara Samudra Pasai dengan Kesultanan Delhi di India, pada tahun 1349 Samudra Pasai diserang dan mengalami kehancuran. Sejak itu, samudra Pasai makin mundur dan diperparah dengan berpindahnya pusat perdagangan ke Pulau Bintan dan Aceh Utara. Pada akhirnya Samudra Pasai dapat ditaklukkan oleh Kesultanan Aceh.


b.   Kerajaan Malaka

1) Letak Geografi

Letak Kerajaan Malaka sangat strategis, yaitu berada di Semenanjung Malaya dengan ibu kotanya di Malaka. Letak yang sangat strategis itu berpengaruh besar terhadap perkembangan kehidupan pemerintahan, kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara, ketika Kerajaan Malaka mengalami masa kejayaan.

2) Kehidupan Politik

Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Malaka adalah Iskandar Syah. nama Iskandar Syah merupakan nama islam yang diperoleh setelah memeluk agama Islam. Pada masa pemerintahannya, Kerjaan Malaka berkembang sebagai salah satu Kerajaan Islam terbesar yang disegani di Asia Tenggara. Wilayah kekuasaan Malaka diperluas hingga mencapai wilayah Semenanjung Malaka pada masa pemerintahan Mehammad Iskandar Syah. Untuk memajukan perekonomiannya, Muhammad Iskandar Syah berupaya menjadikan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur perdagangan di Selat Malaka.

Untuk mencapai cita-citanya tersebut, ia harus terlebih dahulu menguasai Samudra Pasai. Muhammad Iskandar Syah memiliki politik perkawinan, yaitu dengan mengawini putri dari raja Samudra Pasai.

Kerajaan Malaka dapat mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Mansyur Syah. pada masa pemerintahannya, Malaka berhasil menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di Asia Tenggara. Sultan Mansyur Syah melanjutkan politik ayahnya dengan memperluas wilayah kekuasaanya baik di Semenanjung Malaka maupun di wilayah Sumatra Tengah

Perkembangan politik Kerajaan Malak mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Syah. Banyak daerah taklukan Kerajaan Malaka yang melepaskan diri. Perang dan pemberontakan banyak terjadi di Kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Malaka.

Kerajaan Malaka semakin melemah pada saat Sulta Mahmud Syah memerintah. Daerah kekuasaanya hanya meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaya. Hingga pada akhirnya bangsa portugis berhasil menduduki Malaka pada tahun 1511 dan mengakhiri kekuasaan di Malaka. 

3) Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Budaya Masyarakat Malaka

Kehidupan perekonomian masyarakat Malaka bertumpu pada perdagangan dan pelayaran. Masyarakat Malaka dapat disebut sebagai masyarakat maritim. Masyarakatnya banyak yang berprofesi sebagai pedagang dan nelayan. Sebagai masyarakat yang hidup dalam dunia maritim, hubungan sosial masyarakatnya sangat terbatas. Bahkan diantara mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme. Oleh karena itu, hubungan sosial masyarakat maritim sangat jauh berbeda dengan masyarakat agraris.

Kehidupan sosial masyarakat Malaka juga sudah diatur dengan sistem undang- undang yang baik. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Malaka mengguanakan bahasa   Melayu   sebagai   bahasa   pengantar.   Kebudayaan   masyarakat   Malaka dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan agama Islam. Agama yang dianut adalah agama Islam yang dijadikan agama negara.

c.    Kerajaan Aceh

1)   Letak Geografis


Secara Geografis letak dan kedudukan Kerajaan Aceh sangat strategis di sekitar Selat Malaka. Kerajaan Aceh terletak di pulau Sumatra bagian utara dan dekat dengan jalur pelayaran dan perdagangan internasional. Ramainya aktivitas  pelayaran dan perdagangan melalui bandar-bandar perdagangan, Kerajaan Aceh mempunyai perkembangan kehidupan dalam segala bidang.

2)    Kehidupan Politik

Sultan pertama yang memerintah sekaligus pendiri Kerajaan Aceh adalah SultanAli Mughayat Syah. Kerajaan Aceh mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan  Iskandar  Muda.  Bandar  Aceh  dibuka menjadi  bandar internasional dengan jaminan pengamanan gangguan laut dari kapal perang Portugis. Wilayah Aceh terbentang dari daerah Deli sampai ke Semenanjung Malaka. Namun belum dapat menguasai Malaka karena diduduki oleh Portugis.

Pengganti   Sultan   Iskandar   Muda   adalah   Sultan   Iskandar   Thani.   Masa pemerintahannya tidak lama karena ia tidak memiliki kepribadian dan kecakapan yang kuat seperti Sultan Iskandar Muda. Kerajaan Aceh terus mengalami kemunduran karena beberapa faktor sebagai berikut:

a.  Kerajaan Aceh mengalami kekalahan dengan perang melawan Portugis di Malaka. Dalam perang tersebut jatuh banyak korban jiwa dan harta benda.

b.  Tidak adanya tokoh yang cakap yang memerintah Aceh sepeninggal Sultan Iskandar Muda.

c.  Daerah-daerah taklukan yang jauh dari pemerintahan pusat mulai melepaskan diri dari pengaruh Aceh seperti Johor, Perlak, Pahang, Minangkabau, dan Siak.

3)    Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Dilihat dari segi kehidupan sosial, kemakmuran rakyat semakin meningkat sehingga menyebabkan berkembangnya  sistem  feodalisme. Kaum  bangsawan  yang memegang kekuasaanya dalam pemerintahan sipil disebut golongan teuku. Persaingan kedua golongan itu mengakibatkan lemahnya kedudukan Aceh. Di samping itu, kehidupan sosial dalam masyarakat Aceh lebih banyak didasarkan pada ajaran agama Islam.

Pada masa kejayaan Aceh, perekonomian Aceh mengalami perkembangan yang sangat  pesat,  Daerah  Aceh  yang  subur  banyak  menghasilkan  lada.  Pada  masa  itu,

aktivitas perekonomian Kerajaan Aceh telah berkembang sampai jauh keluar wilayah kerajaan. Bahkan negara-negara Barat telah melakukan perdagangan di wilayah Aceh. Kapal-kapal dagang Aceh juga aktif dalam pelayaran dan perdagangan sampai ke wilayah Laut Merah. 

Aceh juga mengalami kemajuan dalam bidang sosial-budaya. hal ini terlihat dengan disusunnya suatu undang-undang tentang tata pemerintahan yang disebut dengan "Adat Makuta Alam". Sastra dan filsafat di Aceh juga mengalami kemajuan. Pada masa itu muncul nama Hamzah Fansuri, seorang ulama besar yang mengajarkan ilmu tasawuf dan mengarang buku tentang filsafat agama Islam dan syiar keagamaan. Ajaranya diteruskan dan disebarkan oleh muridnya yaitu Syamsuddin Pasai.

Di sisi lain ada seorang ulama besar yang bernama Nuruddin Ar Raniri. pengarang buku sejarah Aceh yang sangta menentang ajaran Hamzah Fansuri. Dalam buku sejarah Aceh yang diberi nama Bustanussalatin (Taman Segala Raja) menguraikan tentang adat istiadat masyarakat Aceh dan ajaran agama Islam.


d.   Kerajaan Demak

1)    Letak Geografis


Secara geografis Kerajaan Demak terletak di Jawa Tengah, Kerajaan Demak berkembang  dari  sebuah  daerah  yang  bernama  Bintoro  yang  merupakan  daerah bawahan dari Majapahit. Kekuasaan pemerintahanya diberikan kepada Raden Patah, salah seorang keturunan Raja brawijaya V (raja Majapahit) dan ibunya menganut Islam serta berasal dari Jeumpa. Pada awal munculnya, Kerajaan Demak mendapat bantuan dari bupati pesisir pantai utara Jawa bagian tengah dah timur yang telah menganut Islam. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.

2)    Kehidupan Politik

Raja pertama dan pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah (1500-1518). Pada masa  pemerintahanya,  wilayah  kekuasaan  Demak  meliputi  daerah  Jepara,  Tuban, Sedayu,   Palembang,   Jambi,   dan   beberapa   daerah   di   Kalimantan.   Pada   masa pemerintahanya dibangunu Masjid Agung Demak yang pembangunannya dibantu para wali dan sunan.

Pengganti Raden Patah adalah Pati Unus yang memerintah dari 1518-1521. Masa pemerintahan Pati Unus tidak begitu lama, namun namanya cukup dikenal sebagai panglima perang yang memimpin pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka. Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaanya pada masa pemerintahan Sultan Trenggono. Daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah itu bertujuan untuk menggagalkan terjalinya hubungan antara Kerajaan Pajajaran dengan Portugis. Akhirnya armada

Portugis  dapat  dihancurkan oleh  armada  Demak  dan  nama  Sunda  Kelapa  diganti menjadi  jayakarta.  Kerajaan  Demak  mulai  mengalami  kemunduran  pada  masa pemerintahan Sultan Prawoto karena terjadinya perebutan kekuasaan antara Sunan Prawoto dengan Arya Panangsang. Arya Panangsang adalah bupati Demak yang merasa   lebuh   berhak   atas   tahta   Kerajaan   Demak.   Perebutan   kekuasaan   ini berkembang  menjadi  konflik  berdarah  dengan  terbunuhnya  Sunan  Prawoto  dan Pangeran hadiri. Konflik berdarah ini akhirnya berkembang menjadi perang saudara. Dalam perang tersebut, Arya Panangsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Jaka Tingkir (menantu Sultan Trenggono). Jaka Tingkir menjadi Raja Kerajaan Demak ke daerah Pajang.

3)    Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Kehidupan Sosial masyarakat Demak jauh berbeda dengan kehidupan sosial pada masa Kerajaan Majapahit. Pada masa kekuasaan kerajaan Demak, kehidupan sosial masyarakatnya  diatur  sesuai  ajaran  islam.  Namun,  masih  ada  masyarakat  yang menjalankan tradisi lama. Dengan demikian muncullah kehidupan sosial masyarakat yang merupakan perpaduan antara agama Islam dengan tradisi Hindu-Buddha. Kehidupan perekonomian Kerajaan Demak berkembang pada sektor perdagangan dan pertanian dengan lebih menitikberatkan pada sektor perdagangan karena letak Kerajaan Demak yang sangat strategis, yaitu berada pada jalur lalu lintas pelayaran dan  perdagangan antara pengahsil rempah-rempah di wilayah Indonesia bagian timur dan Malaka sebagai pasar di indonesia bagian barat.

Perekonomian Kerajaan Demak berkembang dengan pesat dalam dunia maritim. Hal tersebut didukung oleh sektor pertanian yang cukup besar di Kerajaan Demak. Di samping itu, Kerajaan Demak juga mengusahakan kerja sama dengan daerah di pantai utara Jawa yang telah menganut agama Islam sehingga tercipta persekutuan di bawah pimpinan Demak.

Kehidupan budaya masyarakat Demak dapat terlihat dari peninggalan- peninggalan Kerajaan Demak. Budaya Islam yang baru masuk ke Indonesia berpadu sempurna dengan budaya asli masyarakat setempat. Masjid Agung Demak adalah karya

besar para wali yang menggunakan gaya asli Indonesia yaitu atapnya bertingkat tiga dan memiliki pendapa. Di kompleks masjid pada bagian belakang terdapat makam. Di tempat itu dimakamkan raja-raja Demak dan sangat dikeramatkan oleh masyarakat setempat.


e.  Kerajaan Mataram Islam

1)    Letak Geografis


Pada awal perkembanganya, Mataram Islam (Mataram) adalah sebuah daerah kadipaten yang berada dibawah kekuasaan Pajang. Mataram terletak di daerah Jawa Tengah bagian selatan dengan pusatnya di Kotagede, daerah Jogjakarta sekarang. Dari daerah itulah Mataram terus berkembang hingga menjadi sebuah kerajaan besar yang wilayahnya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat.

2)    Kehidupan Politik

Raja   pertama   dan   pendiri   Kerajaan   Mataram   adalah   Sutawijaya.   Setelah Sutawijaya meletakkan dasar-dasar pemerintahan Kerajaan Mataram, selanjutnya Sutawijaya bergelar panembahan Senopati ing Sayidin Alogo Panatagama artinya kepala bala tentara dan pengatur agama. Wilayah kekuasaan Mataram diperluas hingga sampai Surabaya, Madiun, Ponorogo, Pasuruan, dan Kediri.

Pada masa pemerintahan Mas Jolang wilayah Mataram diperluas dengan mengadakan pendudukan terhadap daerah di sekitarnya. Pada tahun 1612, Mas Jolang berhasil menguasai Gresik, Mas Jolang wafat di desa Krapyak sehingga dikenal dengan sebutan Panembahan Seda ing Krapyak.

Pengganti Mas Jolang adalah Raden Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan. Tujuan pemerintahan Sultan Agung adalah mempertahankan seluruh tanah jawa dan mengusir orang-orang Belanda di Batavia, sehingga di bawah pemerintahannya Belanda sulit menembus daerah Mataram. Prestasi Sultan Agung antara lain antara lain dapat menundukkan para bupati yang tidak mengakui kekuasaan pusat mataram, menyusun kitab undang-undang Surya Alam yang merupakan perpaduan hukum Islam dan adat istiadat Jawa serta mengirim armada dan pasukannya untuk menyerang Batavia yang dikuasai VOC

Setelah wafatnya Sultan Agung, Belanda dapat masuk wilayah Mataram pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat I. Beliau bekerja sama dengan pihak Belanda. Hal tersebut membuat ketidaksenangan rakyat Mataram sehingga menimbulkan banyak pemberontakan. Namun semua dipadamkan karena Sunan Amangkurat I dibantu oleh Belanda.

Wilayah kekuasaan Mataram menjadi semakin sempit pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat II. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar wilayah kekuasaanya diambil oleh belanda. Amangkurat II mendirikan ibu kota baru di daerah Wonokerto yang kemudian dikenal dengan nama Kartasura. Di daerah Kartasura Amangkurat II menjalankan pemerintahan di atas sisa-sisa Kerajaan Mataram. Setelah Sunan Amangkurat II wafat,wilayah Mataram terbagi menjadi dua melalui perjanjian Giyanti. Isi perjanjian Giyanti adalah Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua, yaitu Daerah  Kasultana Jogjakarta yang diperintah oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Daerah Kasuhunan Surakarta, yang diperintah Susuhunan Pakubuwono I.


f.    Kerajaan Banten

1)    Letak Geografis

Secara geografis Banten terletak di Jawa Barat bagian utara (sekarang provinsi

Banten). Kerajaan Banten terletak di wilayah Banten, di ujung barat Pulau Jawa. Setelah Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa pada tahun 1527, daerah Banten dikembangkan sebagai pusat perdagangan dan persebaran agama Islam. Dasar-dasar Kerajaan banten diletakkan oleh Hasanuddin (putra Fatahillah). perkembangan Kerajaan Banten sangat pesat dan mencapai puncak kejayaan pada msa pemerintahan Sultan Ageng Tritayasa.

Letak Kerajaan Banten sangat strategis, sehingga menjadikan Banten sebagai penguasa jalur pelayaran dan perdagangan yang memiliki Selat Sunda. Banten berkembang menjadi sebuah Kerajaan besar di Jawa Barat dan bahkan saingan berat VOC (Belanda) yang berkedudukan di Batavia.

2)    Kehidupan Politik

Raja pertama (pendiri) Kerajaan Banten adalah Hasanuddin. Pada masa pemerintahanya  penyiaran  agama  islam  dan  perdagangan  di  Banten  berkembang pesat. Hasanuddin juga menjalin persahabatan yang erat dengan Kerajaan Indrapura di  Sumatra. Hubungan diplomatik ini diperkuat melalui  pernikahan politik antara Hasanuddin dengan putri raja Indrapura. Pengganti Raja Hasanuddin adalah Panembahan Yusuf  (1570-1580). Panembahan Yusuf masih berusaha memperluas wilayah Banten sekaligus menyebarkan agama Islam. Dia menyerang Pajajaran yang merupakan Benteng terakhir Kerajaan Hindu di Pulau Jawa. Dengan demikian, terbuka kesempatan bagi Banten untuk menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat.

Banten juga melakukan serangan terhadap Kerajaan Palembang pada masa pemerintahan Maulana Muhammad. Palembang akan dijadikan sebagai batu loncatan untuk menguasai bandar di pesisir Selat Malaka. Palembang tidak berhasil dikuasai dan bahkan Maulana Muhammad tewas dalam pertempuran tersebut. Pengganti Maulana Muhammad adalah Abu Mufakir. Namun berita tentang Raja Abu Mufakir tidak banyak diketahui, kecuali berita tentang kedatangan orang Belanda untuk pertama kalinya di Indonesia di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Banten mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam upaya mempertahankan Banten sebagai salah satu pusat perdagangan di Indonesia, Sultan Ageng Tirtayasa berani bersikap tegas terhadap persekutuan dagang Belanda (VOC) yang berkedudukan di Batavia. Jarak antara Banten dan Batavia yang dekat membuka peluang meletusnya konflik antara Banten dan Batavia.

Namun sikap tegas Sultan Ageng tirtayasa tersebut tidak diteruskan oleh putranya,  Sultan  Haji.  Ia  cenderung  berkomprimi  dengan  VOC.  Perbedaan  sikap tersebut memuncak menjadi perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji. Dalam perang tersebut, Sultan Haji dibantu oleh VOC, akibatnya Sultan Ageng Tirtayasa terdesak dan kemudian tertangkap. Peristiwa kemenangan Sultan haji menandai berakhirnya kejayaan Kerajaan Banten, karena setelah itu Banten berada di bawah pengaruh VOC.


g.    Kerajaan Gowa Tallo

1)    Letak Geografis

Kerajaan  gowa  dan  Tallo  merupakan dua Kerajaan  yang  terletak  di  Sulawesi Selatan dan saling berhubungan baik. Kedua Kerajaan tersebut kemudian lebih dikenal dengan Kerajaan Makasar. Makasar sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang juga disebut sebagai Ujung Pandang. 

2)    Kehidupan Politik

Perkembangan pesat kerajaan Makasar tidak terlepas dari raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makasar.

Berikut ini adalah raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makasar, di antaranya sebagai beikut.

1.     Sultan Alaudin

2.     Sultan Hasanuddin

3.     Raja Mapasomba

3)    Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Makasar diwarnai dengan ajaran agama islam. Mayoritas masyarakat Makasar beragama Islam sampai sekarang. Pada masa pemerintahan Sultan Alaudin, ia sangat giat mengislamkan rakyatnya. Ia memperluas daerah kekuasaan bukan hanya pada daerah dan pulau di sekitarnya, melainkan juga sampai di bagian timur Pulau Sumbawa dan Lombok. Mereka juga berusaha meningkatkan  kesejahteraan  masyarakatnya  dengan  berpegang  teguh  pada keyakinan, bahwa Tuhan menciptakan lautan untuk semua hamba-Nya.

Kehidupan ekonomi masyarakat Makasar bertumpu pada sistem kelautan yang dimilikinya. Makasar yang berkembang sebagai pelabuhan internasional banyak dikunjungi oleh pedagang asing seperti Portugis, Inggris, dan Denmark. Mereka datang ke Makasar melaksanakan kegiatan dalam bidang perdagangan. Pedagang-pedagang Makasar memegang peranan penting dalam perdagangan di Indonesia dan mereka menggunakan perahu seperti penisi dan lambo. Hal itu menyebabkan mereka berhadapan dengan belanda dan menimbulkan perlawanan di mana-mana. Belanda yang merasa berkuasa atas daerah maluku sebagai sumber rempah-rempah menganggap Makasar sebagai pelabuhan gelap. Di pelabuhan Makasar diperjualbelikan   rempah-rempah   yang   berasal   dari   Maluku.   Untuk   mengatur pelayaran dan perniagaan dalam wilayahnya, disusunlah hukum perniagaan yang disebut "Ade Allopiloping Bicaranna Pabbalu'e" pada sebuah naskah lontar tentang hukum laut karya Amanna Gappa. Kehidupan budaya masyarakat Makasar sangat dipengaruhi oleh keadaan Kerajaan Makasar yang bersifat maritim. Hasil budayanya seperti alat penangkap ikan dan kapal pinisi. Sampai sekarang kapal penisi dari Sulawesi Selatan menjadi salah satu kebanggan bangsa Indonesia. Di samping itu, masyarakat Kerajaan Makasar juga mengembangkan seni sastra yaitu Kitab Lontar.


h.   Kerajaan Ternate dan Tidore di Maluku

1)    Letak Geografis

Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di sebelah barat Pulau Halmahera (Maluku Utara). Wilayah kekuasaan kedua kerajaan ini meliputi Kepulauan Maluku dan sebagian Papua. Tanah Maluku yang kaya akan rempah-rempah menjadikannya dikenal didunia internasional dengan sebutan "The Spicy Island". Dari wilayah Kerajaan ini banyak dihasilkan rempah-rempah terutama cengkih dan pala yang banyak dicari para pedagang internasional. Maluku menjadi "Ladang Emas" yang tidak ternilai harganya bagi mereka.

2)    Kehidupan Politik

Di  Kepulauan  Maluku  banyak  terdapat  Kerajaan  kecil,  di  antaranya  Kerajaan Ternate sebagai pemimpin uli lima, yaitu lima bersaudara yang wilayahnya mencakup Pulau Ternate, Obi, Bacan, dan Ambon. Uli siwa yang berarti persekutuan sembilan bersaudara yang wilayahnya mencakup Pulau Makayan, Jailolo atau Halmahera dan pulau-pulau di antara daerah itu sampai dengan Pulau Papua. Di antara Kerajaan- kerajaan kecil di daerah tersebut merupakan bagian dari dua kerajaan yang memegang peranan penting, yaitu Kerajaan Ternate dan Tidore. kedua Kerajaan itu saling bermusuhan dan ingin menduduki kekuasaan tertinggi atas seluruh daerah maluku  sebagai penghasil rempah-rempah. Kerajaan Ternate mendapatkan bantuan dari Portugis. Sebaliknya Kerajaan tidore dibantu oleh bangsa spanyol yang juga telah sampai di pusat rempah-rempah. Maka terjadilah peperangan antara Kerajaan Ternate yang dibantu Portugis dan Kerajaan tidore yang dibantu Spanyol. Untuk mengatasi pertikaian antara kedua bangsa eropa tersebut, Paus turun tangan dan mengadakan perjanjian untuk perdamaian keduanya. Perjanjian tersebut disebut Perjanjian Saragosa yang isinya "Spanyol harus meninggalkan Maluku dan Portugis tetap dapat melaksanakan kegiatanya di Maluku".

Keberadaan Portugis dalam perjanjian itu juga merupakan kemenangan Kerajaan Ternate atas Kerajaan tidore. Kerajaan Ternate berkembang pesat di bawah kekuasaan raja-raja sebagai berikut.

1.     Sultan Zainal Abidin

2.     Sultan Tabariji

3.     Sultan Hairun

4.     Sultan Baabullah

3)    Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Daerah Maluku memiliki posisi penting sebagai sumber atau penghasil rempah- rempah sehingga selalu menjadi pusat perhatian dunia. Setiap bangsa selalu berusaha untuk melakukan kegiatan perdagangan di daerah Maluku. Kehidupan seperti itu sangat besar pengaruhnya terhadap hubungan sosial di antara masyarakat di Maluku. Masyarakat Maluku dapat hidup aman dan tenteram, hal itu dipengaruhi oleh kuatnya hubungan sosial antar masyarakat Ternate dan Tidore.

Kehidupan ekonomi Kerajaan Ternate dan Tidore menitikberatkan pada kegiatan perdagangan sebagai sumber pendapatan pekerjaan. Secara ekonomi, Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah seperti cengkih dan pala. Kedua komoditi itu merupakan barang dagangan yang diperlukan oleh bangsa Eropa. Akibatnya Maluku sering didatangi oleh para pedagang baik dari Jawa, Sulawesi, Persia, dan Eropa. Pusat perkembangan   perdagangan di Maluku mengakibatkan terbentuknya persaingan antarpersekutuan itu. Persaingan menjadi semakin tajam setelah datangnya bangsa Eropa ke Maluku. Sebagian besar hasil budaya masyarakat Ternate dan Tidore dipengaruhi oleh keadaan kerajaan yang merupakan kerajaan maritim. hasil kebudayaan yang terkenal adalah perau kora-kora. Selain itu, jenis-jenis kebudayaan Maluku tidak banyak diketahui.

2.   Bukti Peninggalan

Bukti peninggalan yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat indonesia masa kini Kerajaan Islam telah berkuasa di Indonesia untuk waktu yang lama dan memiliki  pengaruh  besar.  Peran  orang-orang  suci  atau  pengkhotbah  Islam  juga memainkan peran utama. Setelah terjadinya suatu kejatuhan dan keruntuhannya, dalam kerajaan Islam di wilayah Indonesia telah meninggalkan berbagai macam peninggalan sejarah. Peninggalan tersebut termasuk arsitektur, berbagai tulisan dan seni.

Apa sajakah peninggalan dalam sejarah islam ini? Dalam pembahasan modul ini, akan dijelaskan secara singkat dan jelas mengenai peninggalan islam. baca ulasan selanjutnya.


a.   Masjid

Masjid  yang  merupakan  tempat  beribadah  atau  rumah  tempat  bersembayang orang-orang  Islam. Pada umumnya masjid-masjid pada awal penyebaran Islam  di Indonesia  memiliki  ciri-ciri  khusus  antara  lain  atap  bertingkat  dan  berbentuk bujursangkar, ada bangunan serambi, di depan atau disamping terdapat kolam berair, memiliki menara, dan pada umumnya terletak di kota menghadap alun-alun. Salah satu contoh Masjid peninggalan masa Islam yakni Masjid Demak di Kadilangu, merupakan  masjid yang didirikan oleh Walisanga untuk menghormati berdirinya Kerajaan Demak. Di dalam masjid itu terdapat salah satu tiang utama yang disusun dari sepihan kayu sehingga disebut Soko Tatal.

b.   Keraton

Keraton dibangun sebagai lambang pusat kekuasaan pemerintahan. Pada umumnya,   keraton dibangun   mengarah   ke   utara.   Bangunan   keraton   biasanya dikelilingi oleh pagar tembok, parit, atau sungai kecil buatan. Halaman keraton terdiri atas tiga bagian. Bagian paling belakang amat disakralkan dan tidak boleh sembarangan orang memasukinya. Di depan keraton terdapat lapangan luas yang disebut alun-alun. Di tengah halaman itu, biasanya terdapat pohon beringin sebagai lambang raja yang mengayomi rakyatnya. Contoh keraton kesultanan-kesultanan Islam, antara lain Keraton Kasepuhan, dan Keraton Kanoman di Cirebon, Keraton Surosowan di Banten, Keraton Mangkunegaraan, Keraton Raja Gowa, Keraton Demak, Keraton Yogyakarta, dan Keraton Surakarta.

c.     Makam

Makam adalah tempat dikebumikannya seseorang setelah meninggal dunia. makan kuno yang bercorak Islam biasanya terdiri atas jirat (kijing), nisan, dan cungkup. Jirat atau kijing adalah bangunan yang terbuat dari batu atau tembok yang berbentuk persegi panjang dengan arah lintang utara-selatan. Nisan adalah tonggak pendek yang terbuat dari batu yang ditanam di atas gundukan tanah sebagai tanda kuburan. Umumnya, dipasang di ujung utara dan selatan jirat. Cungkup adalah bangunan mirip rumah yang berada di atas jirat. Contoh makam kuno bercorak Islam, yakni makam Maulana Malik  Ibrahim  di  Gresik, makam  Fatimah  binti  Maimun  di  Leran  Gresik, makam Sultan Malik as-Saleh di Pasai Aceh, makam sultan-sultan Mataram di Imogiri, makam Sunan Giri di Giri, makam sultan-sultan Gowa dan Tallo di Sulawesi Selatan, dan makam Sunan Gunung Jati di Cirebon.

d.   Seni Rupa

Bentuk peninggalan sejarah bercorak Islam yang termasuk dalam seni rupa, yakni Kaligrafi dan pahatan atau ukiran pada kayu atau batu. Kaligrafi adalah seni menulis indah dengan merangkaikan huruf-huruf Arab, baik berupa ayat-ayat suci Al-Quran ataupun kata-kata mutiara. Kaligrafi ini hiasan yang biasa kita jumpai dalam sebuah masjid dan batu nisan. Misalnya, kaligrafi yang terdapat pada nisan Ratu Nahrarsiyah di Aceh, kaligrafi yang terdapat pada nisan Sultan Malik as-Saleh di Aceh, dan kaligrafi yang terdapat pada dinding Masjid Kalimayat di Jepara.

e.   Seni Sastra

Salah satu bentuk peninggalan sejarah bercorak Islam adalah seni Sastra. Contoh seni sastra, yakni:

1)  Hikayat

Hikayat adalah karya sastra yang berisi ceritera tentang kehidupan manusia. Pada dasarnya,  hikayat  mengandung  nilai  untuk  membangkitkan  semangat  hidup manusia, meskpun ada beberapa hikayat yang menceritakan tentang kesedihan. Misal; Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Nabi-Nabi, Hikayat Sultan-Sultan Aceh, serta Hikayat Penjelasan Penciptaan Langit dan Bumi. 

2)  Babad

Babad adalah karya sastra berupa cerita berlatar belakang sejarah. Karya ini umumnya berupa cerita semata dari pada uraian sejarah yang disertai bukti-bukti dan fakta. Contoh Babad Cirebon, Babad Tanah Jawi, dan Babad Giyanti.

3)  Suluk

Suluk adalah kitab-kitab yang berisi masalah gaib, ramalan tentang hari baik atau buruk, dan makna atau simbol tertentu yang dihadapi manusia. Suluk-suluk itu merupakan bagian dari ajaran tasawuf. Suluk merupakan karya sastra tertua peninggalan kesultanan Islam di Indonesia. Contoh Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang, dan Suluk Sukarsa.

4)  Syair

Syair adalah puisi lama yang setiap baitnya terdiri atas empat baris yang berakhir dengan bunyi yang sama. Contohnya Syair Perahu dan Syair Si Burung Pingkai karya Hamzah Fansuri.

5)  Seni Pertunjukan

Bentuk peninggalan sejarah bercorak Islam yang termasuk dalam seni pertunjukan, misalnya; permainan debus di Banten, Minangkabau, dan Aceh, Tari Seudati di Aceh, rebana, dan Kasidahan.

f.    Upacara dan Tradisi

Di masyarakat saat ini berkembang juga bentuk peninggalan sejarah bercorak Islam yang termasuk dalam tradisi dan upacara. Misal; selamatan orang meninggal hari ke-1 sampai  ke-7,  ziarah  ke makam, acara grebeg  Mulud, sekaten,  upacara  Isra’  Miraj, upacara Nifsu Syaban, upacara kelahiran, perkawinan, maupun kematian.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama