Mempelajarari sejarah seperti halnya
mempelajari sesuatu yang terus berjalan dengan pijakan masa lampau kemudian
menarik garis ke masa sekarang dan ke masa yang akan datang. Dengan demikian
kita perlu mempelajari cara berfikir sejarah dalam mempelajari peristiwa-peristiwa
sejarah, didasarkan pada konsep :
Mempelajari peristiwa-peristiwa bersejarah akan selalu
terkait dengan waktu (time). Waktu
merupakan sesuatu yang bergerak dari masa ke masa. Sebagaimana waktu yang terus
bergerak, maka peristiwa sejarah terus ada dan terjadi. Sehingga perjalanan
sejarah tidak akan berhenti (stagnan).
2.
Kesinambungan
Berarti dalam mempelajari sejarah kita harus menyadari
bahwa rangkaian peristiwa sejarah sejak adanya manusia sampai sekarang adalah
peristiwa-peristiwa yang berkelanjutan. Kehidupan manusia sekarang merupakan
mata rantai tak terpisahkan dari kehidupan manusia generasi sebelumnya dan
generasi yang akan datang. Sebab demikian lah setiap peristiwa yang tertadi
tidaklah berdiri sendiri dan tidak terpisah dari peristiwa lain. Sebaliknya
setiap peristiwa yang terjadi karena adanya peristiwa yang mendahului dan akan
melahirkan peristiwa-peristiwa baru.
Ruslan Abdulgani
(2008) mengatakan bahwa ilmu sejarah ibarat penglihatan tiga dimensi, yaitu
penglihatan ke masa silam, ke msa sekarang dan ke masa depan. Arnold J. Toynbee
(dalam McNeill, 1989) menyatakan, mempelajari sejarah adalah mempelajari masa
lampau, untuk membangun masa depan (to
study history is to study the past to bulid the future).
3.
Perubahan
Artinya, segala
aspek kehidupan yang terus bergerak seiring dengan perjalanan waktu dan selama
itu pula terus terjadi perubahan-perubahan. Heraclius (dalam Graham, 2008)
mengatakan “Panta rei” yang berarti
tidak ada yang tidak berubah, semuanya mengalir, masyarakat sewaktu-waktu
begerak dan berubah.
Perkembangan
kehidupan sejak adanya manusi sampai sekarang, mulai dari taraf kehidupan yang
sederhana sampai kepada taraf kehidupan yang kompleks. Ada perubahan yang
berlangsung dengan lambat (evolusi), ada pula perubahan yang berlangsung dengan
cepat dan mendasar (revolusi). Jika perubahan mengarah kepada yang lebih baik
disebut progresif, sedangkan
perubahan yang mengarah kepada keadaan yang lebih buruk regresif.
4.
Kronologi
Kronologi
berarti sesuai dengan urutan waktu. Peristiwa
sejarah akan selalu berlangsung sesuai dengan urutan waktu sehingga
peristiwa-peristiwa sejarah tidak terjadi secara melompat-lompaturutan waktunya
atau bahkan berbalik urutan waktunya (anakronis). Dalam sejarah kita harus
memperhatikan urutan-urutan kejadian atau kronologi dari suatu peristiwa agar
dapat pemahaman yang lebih baik dalam mempelajari sejarah. Pemahaman sejarah
dengan anakronis (tidak kronologis) akan menimbulkan kerancauan, bahkan akan
emmbuat pemahaman yang keliru tentang sejarah.
Kronologi
sebagai ilmu dasar sejarah mempelajari tentang tarikh (sistem kalender) yang digunakan diberbgaia tempat dan
berbagai zaman serta menerjemahkan suatu kelender terhadap sistem kalender
lain. Misalnya: pada zama Hindu di wilayah Nusantara menggunakan kalender saka.
Penyesuaian kalender Saka dengan kalender Masehi dapat dilakukan dengan mudah
karena keduanya menggunakan dasar peredaran Matahari (solar system). Kalender
Saka terhadap kalender Masehi cukup dengan menggunakan 78 hari pada angka waktu
Saka.
Sejarah juga
dikenal istilah kronik yang berarti kisah atau catatan sejarah yang diceritakan
berdasarkan catatan waktu. Di Eropa catatan Sejarah yang dikenal adalah annal ( merupakan catatan
peristiwa-peristiwa penting dan biasanya dituliskan dalam kalimat-kalimat
pendek) dan chronicles (melukiskan
peristiwa-peristiwa yang lebih luas). Catatan-catatan dan kisah-kisah sejarah
pada zaman kekaisaran Cina juga disebut dengan kronik. Contohnya, kronik Cina
yang menuliskan tentang kedatangan utusan dari Sriwijaya ke Cina tahun 992
Masehi.
5.
Periodisasi
Adalah pembagian
atau pembabakan peristiwa-peristiwa masa lampau yang sangat panjang menjadi
beberapa zaman. Namun dalam sejarah peristiwa-peristiwa saling berkesinambungan
satu dengan yang lan dan tidak terputus dalam suatu periodisasi. Tujuan
penulisan periodisasi dalam sejarah:
- Memudahkan mempelajari sejarah. Peristiwa-peristiwa sejarah yang lampau panjang dan banyak dikelompokkan, disederhanakan, dan diringkas menjadi beberapa periode sehingga memudahkan memahami sejarah\
- Memahami peristiwa-peristiwa Sejarah secara Kronologis. Peristiwa gtersebut harus disusun dan dikelompokkan berdasarkan urutan waktu kejadian. Agar memudahkan pembaca memahami kronologi sejarah yang panjang dalam periode-periode yang saling berkaitan.
Konsep berfikir
diakronis dan sinkronis
Menurut Kuntowijoyo (2004),
menjelaskan dua kerangka berfikir yang dipergunakan dalam melakukan penelitian
dan penulisan ilmu-ilmu sosial, yaitu cara berfikir diakronik dan sinkronik
atau kronologis dan cara berfikir sinkronis.
a.
Cara
Berfikir Diakronis
Kerangka berfikir diakronis atau kronologis memahami kehidupan sosial
secara memanjang berdimensi waktu. Memandang masyarakat sebagai sesuatu yang
terus bergerak, berproses dalam suatu ubungan kausalitas atau sebab akibat.
b.
Cara
Berfikir Sinkronis
Kerangka berfikir sinkronis memahami kehidupan sosial secara meluas dan
berdimensi ruang. Dengan memahami sebuah kehidupan sosial, diuraikan berbagai
aspek-aspeknya, seperti aspek geografi, aspek ekonomi, sistem dan struktur sosial,
kepercayaan dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Juga diuraikannya fungsi dan
struktur dari bagian-bagian tersebut.
c.
Saling
Melengkapi anatar Berfikir Diakoronis dan Sinkronis
Pemahaman secara sinkronis dan diakronis akan memberikan gambaran yang lebih
utuh tentang suatu kehidupan sosial. Dengan meggabungkan dua konsep tersebut
akan diperoleh pemahaman bukan hanya tentang “apa”, “mengapa”, tertapi juga
dapat menjelaskan keterkaitan kejadian yang bukan hanya memperhatikan nilai
struktur, namun juga memperhatikan proses petubahan sepanjang waktu.
d.
Pendekatan
Multi-dimensional dalam Ilmu Sejarah
Dengan pendekatan ini, maka sejarah juga memperhatikan berbagai aspek
kehidupan sosial lainnya yang turut mempengaruhi proses pertum buhan dan
perkembangan sejarah (Sartono Kartodirjo, 1992). Sehubungan dengan pendekatan
multi-dimensional, maka sartono kartodirdjo membagi dua pendekatan dalam ilmu
sejarah, yaitu:
1) Sejarah Naratif, mengisahkan suatu rangkaian peristiwa telah terjadi pada suatu kurun waktu tertentu secara kronologis sehingga tersusun kedalam sebuah cerita. Pada umumnya sejarah naratif lebih banyak berkisah tentang aspek kehidupan politik pada masa lampau.
2) Sejarah Non-naratif, lebih berfokus pada masalah (problem oriented) dengan menggunakan konsep dan pendekatan ilmu-ilmu sosial lainnya, untuk mengungkapkan berbagai aspek pada peristiwa sejarah tertentu pada masa lampau. Sejarah non-naratif menelaah berbagai aspek yang terkait dengan suatu peristiwa sejarah tertentu pada masa lampau sepeti aspek sosial, budaya dan ekonomi.
Kausalitas dalam
Sejarah
Kausalitas merupakan hukum
sebab-akibat mengenai suatu peristiwa, keadaan, atau perkemnbangan. Bila
dikaitkan dnegan pengertian sejarah, maka kausalitas sejarah merupakan sebab
terjadinya peristiwa sejarah.
Posting Komentar