Keadaan geografis lembah sungai Huang Ho (Kuning)
Secara garis besar, letak geografis Cina
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a)
Lembah
Sungai Hwang Ho (Sungai Kuning) Sungai Hwang Ho dianggap berkah bagi bangsa
Cina, lahan-lahan di sekitar sungai menjadi subur setelah terjadi banjir yang
membawa lumpur-lumpur. Aliran Sungai Huang Ho dari hulu yang berada di Kwen Lun
(Tibet) sampai muara Teluk Tsi-Li.
b)
Lembah
Sungai Yang Tse. Lembah Sungai Yang Tse merupakan pusat pertanian sehingga
banyak ditemui kota-kota di sekitarnya. Sungai Yang Tse memiliki sumber di
Pegunungan Kwen Lun (Tibet) dan bermuara di Laut Cina Timur.
Pada daerah
lembah sungai yang subur inilah kebudayaan bangsa Cina berawal. Dalam sejarah, daerah tersebut menyulitkan
masyarakat Cina kuno untuk melaksanakan aktivitas hidupnya karena terjadinya
pembekuan es di musim dingin dan ketika es mulai mencair akan terjadi banjir
serta air bah Berbagai kesulitan dan tantangan tersebut mendorong bangsa Cina
untuk berpikir dan mengatasinya dengan pembangunan tanggul raksasa di sepanjang
sungai tersebut.
c) Cina Selatan. Di daerah ini banyak
ditemukan bahan timah. Daerah ini sebagai bukti bahwa bangsa Cina di masa
prasejarah sudah mampu membuat perkakas dari bahan-bahan logam. Kedua sungai
yang telah disebutkan merupakan cikal bakal tumbuhnya peradaban di Cina, namun
walau demikian kebudayaan yang timbul ditemukan berada di Lembah Sungai Hwang
Ho.
2.
Perkembangan
kehidupan masyarakat Lembah Sungai Huang Ho.
Kekayaan alam Cina yang begitu melimpah menyebabkan
kemajuan kebudayaan yang cepat dan beragam. Mengalirnya Sungai Hwang Ho dan
Sungai Yang Tse merupakan sumber kehidupan bangsa Cina dengan cara bercocok
tanam dan berternak. Pada
bagian hilir dari Sungai Kuning, terdapat dataran rendah Cina yang subur dan
merupakan pusat kehidupan bangsa Cina. Masyarakat Cina umumnya bercocok tanam
gandum, padi, teh, jagung, dan kedelai. Kegiatan pertanian Cina Kuno memang
sudah dikenal sejak zaman Neolitikum (±5000 SM) dan tanaman pangan utama yang
ditanam adalah padi. Pada zaman perunggu, prioritas pokok dalam pertanian
rakyat Cina adalah padi, teh, kacang kedelai, dan rami. Kegiatan pertanian
mengalami kemajuan pesat dalam pemerintahan Dinasti Chin (221-206 SM). Dimasa
itu,masyarakat Cina telah menerapkan sistem pertanian yang intensif dengan
penggunaan pupuk, irigasi yang baik, dan perluasan lahan gandum. Pada masa ini
lahan gandum sudah diusahakan secara luas. Daerah lembah sungai Hoang Ho dan
Yang tse Kiang merupakan daerah yang subur, sehingga sangat cocok untuk bercocok
tanam. Selain itu, pasokan air untuk pertanian sangat cukup. Berbagai hasil
pertanian seperti padi, jagung, kedelai, pohon murbai, dan teh telah dihasilkan
di daerah tersebut. Masyarakat Lembah Sungai Kuning telah terbentuk ribuan
tahun yang lalu sebagai masyarakat agraris. Kebudayaan agraris mapan yang telah
membentuk karakter bangsa Cina selanjutnya berawal dari daerah ini.
Bumi Cina
mengandung berbagai barang tambang seperti batu bara, besi, timah, wolfram,
emas dan tembaga, yang sebagian besar terdapat di daerah Yunan. Pembuatan
barang-barang seperti perhiasan, perabotan rumah tangga, alat-alat senjata
seperti pisau, pedang, tombak, cangkul, sabit dan lain-lain, menunjukan
tingginya tingkat perkembangan teknologi masyarakat Cina pada saat itu. Bangsa
Cina sejak zaman dahulu kala telah terkenal keahlianya dalam Pembuatan Keramik,
serta pemproduksi kain sutera, alat-alat senjata, pekakas rumah, perhiasan,
membuat perahu layar. Dalam perdagangan internasional keramik dan kain sutera
selalu menjadi barang komoditas Cina yang paling utama.
3.
Perkembangan
pemerintahan masyarakat Cina.
a.
Dinasti Shang (1523-1027
SM)
Dinasti Shang
merupakan dinasti tertua di negeri Cina, namun tidak adanya bukti tertulis maka
pada zaman itu bisa dikategorikan sebagai masa prasejarah. Setelah dinasti Hsia
runtuh, muncul Dinasti Shang dengan ibukota Anyang (sebelah Utara Lembah Sungai
Hwang Ho). Posisi wilayah kerajaan ini sangat aman, terutama ditunjang oleh
kondisi geografi yang tidak mendukung adanya serbuan dari luar, sebelah Barat
sampai Barat Daya dikelilingi oleh pegunungan, sebelah Utara adalah padang
Gurun Gobi dan sebelah Timur dan Selatan adalah Laut Pasifik. Pada zaman
Dinasti Shang muncul kepercayaan menyembah banyak dewa, sebagai dewa tertinggi
adalah dewa langit Shang Ti, tetapi bangsa Cina tidak meninggalkan kepercayaan
kepada roh nenek moyang.
b.
Dinasti Chou (1027 – 256
SM)
Dinasti Chou
menggantikan Dinasti Shang setelah terjadi perebutan kekuasaan dengan alasan
raja dari Dinasti Shang dianggap salah mengurus negara dan telah meninggalkan mandat
dari Dewa Langit. Sebagai ibukota dipilih Kota Hao. Kondisi sosial dalam
masyarakat semasa Dinasti Shang sudah terbentuk, secara tidak disadari telah
terbentuk dua golongan, yaitu golongan bangsawan dan golongan rakyat biasa. Adanya
kondisi ini melahirkan sistem feodalisme yang diterapkan pada masa Dinasti
Chou. Sistem pemerintahan pada Dinasti Chou dikuasai secara terpusat di bawah
kekuasaan Kaisar, dan daerah-daerah yang dikuasai raja dipimpin oleh raja
bawahan (Raja Vazal) sebagai pembantu. Sistem seperti ini, Raja Vazal selalu
menekan kepada rakyatnya untuk membayar upeti dan memperkuat daerahnya sendiri
dengan membentuk pasukan militer yang menguasai daerah-daerah tetangga yang
lemah dengan alasan memperkuat kekuatan pusat apabila dibutuhkan. Adanya
serangan bangsa barbar dari sebelah barat Cina ke ibukota Hao, menyebabkan
dipindahkannya ibukota ke Loyang di sebelah Timur. Akibat serangan ini
memperlemah kekuatan Dinasti Chou ditambah lagi dengan lemahnya kekuatan pusat
yang beralih ke daerah maka tahun 770 SM terjadi pergantian kekuasaan oleh
persekutuan raja-raja Vazal. Karena lemahnya kerajaan, pada tahun 480 SM Cina
terbagi menjadi tiga penguasa, yaitu Chi di Shantung, Chu di bagian Utara
Sungai Yang Tse dan Chin di Lembah Sungai Hwang Ho. Kondisi pemerintahan
seperti ini melahirkan para tokoh filsafat, di antaranya Lao Tse, Kong Fu Tse, Meng Tse, dan lain-lain.
1)
Ajaran Lao Tse tercantum dalam bukunya
yang berjudul Tao Te Cing. Lao Tse percaya bahawa ada semangat keadilan dan
kesejahteraan yang kekal dan abadi, yaitu bernama Tao. Ajaran Lao Tse bernama
Taoisme.
2)
Ajaran Kong Fu Tse berdasarkan Tao juga.
Menurut ajaran Kong Fu Tse, Tao adalah sesuatu kekuatan yang mengatur
segala-galanya dalam alam semesta ini, sehingga tercapai keselarasan.
3)
Meng
Tse (372-280 SM) adalah seorang murid Kong Fu Tse yang melanjutkan ajaran
gurunya.
c.
Dinasti Chin (221 – 206
SM)
Di antara tiga
penguasa, Chin adalah penguasa yang agresif dan mengalahkan kekuatan lainnya.
Barulah tahun 221 SM, Pangeran Cheng sebagai penguasa Chin membeli wilayah
untuk kekuasaanya dari Manchuria sampai Yang Tse. Keberhasilannya itu,
Pangerang Cheng menamai dirinya Shih Huang Ti (Kaisar Pertama). Kebijakan-kebijakan
yang pernah dikeluarkan oleh Shih Huang Ti selama berkuasa, yaitu:
(1) Penghapusan sistem feodalisme
dan raja vazal.
(2) Sistem birokrasi terpusat,
dengan seorang gubernur untuk mengatur provinsi.
(3) Menyusun tulisan yang
seragam.
(4) Memperluas wilayah Cina,
bahkan hingga Korea.
(5) Memerintahkan pembangunan
tembok Cina, untuk menahan serangan tentara Mongol dari Utara.
(6) Pengaturan takaran dalam
perdagangan.
(7) Petani dan masyarakat
golongan biasa dikenai wajib militer, pajak tinggi dan kerja paksa.
(8) Menghancurkan faham Kong Fu
Tse dengan membunuh sarjana dan membakar buku-buku ajarannya.
Shih Huang Ti wafat
tahun 210 SM, terjadi kekacauan di provinsi yang diakibatkan oleh keserakahan
para gubernur dan bangsawan yang ingin mengambil kekuasaan di Cina, dan
timbulnya pemberontakan rakyat terhadap sistem yang diterapkan oleh Shih Huang
Ti. Salah seorang petani bernama Liu Pang berhasil mengatasi kekacauan dan
menduduki tahta kerajaan dengan mendirikan Dinasti Han.
d.
Dinasti Han (206 SM – 221
M)
Kedekatan Liu Pang
kepada rakyat dan pendidikan, ajaran Kong Fu Tse dihidupkan kembali bahkan
ajarannya dipakai sebagai seleksi calon pegawai negara dan kenaikan jabatan,
sistem feodalisme dikekang, penghapusan pajak, dan pembangunan irigasi dan
jalan yang baru. Dinasti Han, tetap mempertahan tradisi dinasti-dinasti
sebelumnya untuk memperluas wilayah Cina, bahkan pada saat kekuasaan kaisar Wu
Ti menghasilkan sebuah imperium yang luas hingga ke Korea, Turkestan, sebagian
India dan IndoCina. Berkat imperium ini, terjadi hubungan perdagangan antara
Cina dan India sehingga terjadi percampuran kebudayaan dan dimulainya masuk
ajaran agama Buddha. Jalur perdagangan Cina dengan Asia Tengah menggunakan
Jalur Sutera, yaitu jalur perjalanan dari Cina ke Asia Tengah melalui India
Utara. Adanya kerawanan keamanan selama perjalanan, jalur perdagangan diganti
melalui laut melalui Indonesia. Sepeninggal Wu Ti, Cina mengalami kemunduran
akibat kebijakan yang tidak menguntungkan orang kaya dengan cara penghapusan
budak, pembagian pemilikan tanah dan penetapan harga. Kehancuran Dinasti Han
terjadi pada tahun 221 SM.
e. Dinasti T’ang (618 – 906 M)
Pada zaman Dinasti
T’ang bangsa Cina mengalami kejayaan kembali yang sebelumnya telah hancur dan
terpecah-pecah menjadi negara kecil. Kemajuan Dinasti T’ang ditunjang
kedekatannya kepada para petani dan kaum bangsawan dengan diberlakukannya
Undang-undang tentang pembagian tanah dan perpajakan. Wilayah Cina diperluas
hingga ke Persia dan Laut Kaspia sehingga terjalin hubungan perdagangan dengan
Asia Tengah. Dari perdagangan inilah masuknya agama Kristen dan Islam ke
daratan Cina.
4.
Perkembangan
kebudayan masyarakat Cina
Ilmu pengetahuan bangsa Cina diketahui dari
tulisan-tulisannya yang berbentuk gambar (piktograf). Tulisan ini menunjukkan
lambang dari suatu kata atau kalimat, sehingga komunikasi antar daerah bisa
terwujud apalagi daerah yang ditempati oleh kelompok-kelompok terpisah-pisah.
Kemajuan lain bangsa Cina dapat dirasakan dengan banyaknya sisa-sisa
peninggalannya dari bahan logam. Kebudayaan Cina yang muncul dan berkembang di
lembah Sungai Kuning adalah seni lukis, keramik, kuil, dan istana. Perkembangan
seni lukis terlihat dari banyaknya lukisan hasil karya tokoh ternama yang
menghiasi istana dan kuil. Lukisan yang dipajang umumnya berupa lukisan alam
semesta, lukisan dewa-dewa, dan lukisan raja yang pernah memerintah. Keramik
Cina merupakan hasil kebudayaan rakyat yang bernilai sangat tinggi dan menjadi
salah satu komoditi perdagangan saat itu. Iklim di Cina mengenal empat musim,
adanya keteraturan pergantian musim dimanfaatkan dengan membuat penanggalan dan
ilmu perbintangan sehingga dapat dipakai untuk keperluan pola tanam pertanian,
perdagangan dan pelayaran. Penemuan swipoa adalah salah satu bentuk keahlian
bangsa Cina di bidang matematika yang digunakan untuk mempercepat perhitungan
saat berdagang. Karya
sastra berkembang pesat di Cina, dinasti
shin shing berupa karya puisi klasik, shu ching sejarah klasik dan lain-lain.
selain itu ada juga peninggalan-penilnggalan seperti :
a. Kuil
Salah satu kuil
yang terkenal di Cina bernama Kuil Dewa Beijing. Terbuat dari batu pualam yang
dikelilingi tiga pelataran yang amat indah serta di bagian tengah terdapat
tangga yang terbuat dari batu pualam pilihan. Atap bangunan dibuat berlapis
tiga.
b. Istana
Istana kaisar
atau raja Cina dibangun dengan sangat megah dan indah. Tujuannya sebagai tanda
penghormatan terhadap raja atau kaisar.
c. Seni Lukis
Perkembangan
seni lukis sangat pesat, bahkan lukisan-lukisan hasil karya dari tokoh-tokoh
ternama menghiasi dinding tembok istana atau kuil-kuil.
5.
Perkembangan
kepercayaan masyarakat Cina.
Masyarakat
Lembah Sungai Kuning pada awalnya menyembah Dewa Langit yang dipimpin oleh raja
– raja mereka. Hal yang sama juga dilakukan oleh bangsa Mesir, Mesopotamia,
serta bangsa Maya sekitar 4000 SM. Dalam perkembangan selanjutnya, sekitar 1750
SM telah berdiri negara-negara kota di Cina. Mereka dipimpin oleh seorang raja
yang merangkap sebagai imam agama. Dalam pandangan masyarakat Cina, raja
dianggap sebagai perantara bagi bumi terhadap langit Oleh karena itu, di
sekitar kehidupan raja selalu dikeramatkan. Untuk mengadakan upacara-upacara,
maka dibangun kuil-kuil yang tersebar di berbagai tempat di Cina. Masyarakat Lembah
Sungai Kuning dalam kehidupan sehari-hari juga sangat menghormati nenek moyang
dan kekuatan-kekuatan alam yang berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia,
seperti guntur, kilat, sungai, binatang, matahari dan gempa.
Sebelum
ajaran Kong Fu Zi dan Meng Zi, bangsa Cina menganut kepercayaan kepada
dewa-dewa yang dianggap memiliki kekuatan alam. Dewa-dewa yang menerima
pemujaan tertinggi dari mereka adalah Feng-Pa (dewa angin), Lei-Shih (dewan
angin taufan yang digambarkan sebagai naga besar), T'sai-Shan (dewa penguasa
bukit suci), dan Ho-Po. Menurut kepercayaan Tiongkok kuno, dunia digambarkan
sebagai sebuah segi empat yang di bagian atasnya ditutupi oleh 9 lapisan
langit. Di tengah-tengah dunia itulah terletak daerah yang didiami bangsa Cina
yang disebut T'ien-hsia. Daerah di luar T'ien-hsia dianggap sebagai daerah
kosong tempat tinggal para hantu dan Dewi Pa (penguasa musim semi).
Posting Komentar