Konsep Manusia dalam Sejarah
Dua filsuf pada Zaman Poros yang menyebarkan ajarannya di
tiga belahan dunia yang berbeda tanpa mengenal satu sama lain. Namun ajaran mereka masih bertahan dan
dipelajari hingga saat ini.
Tahukah kalian siapa
saja tokoh-tokoh pada gambar
di atas?. Mereka adalah : Socrates, seorang filsuf
yunani, Sidarta Gautama, seorang agamawan dan Soekarno, Presiden Republik
Indonesia. Mereka semua telah tiada, tetapi mengapa mereka masih dibicarakan
sampai sekarang?. Tentunya hal tersebut tidak
terlepas dari peran mereka yang tercatat dalam sejarah umat manusia.
Dari tokoh-tokoh ini kalian bisa belajar bahwa manusialah yang memiliki peran
penting dalam sejarah dan abadi sepanjang masa. Kalo kalian pingin tahu tentang
manusia dalam sejarah lebih lanjut, ayo dibaca modul ini selengkapnya.
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang manusia alangkah
lebih baik jika kita cari tahu tentang makna sejarah terlebih dahulu. Kata
sejarah diambil dari syajarah (bahasa Arab) yang berarti pohon. Dalam bahasa
Inggris history yang berasal dari Yunani historia yang berarti Penemuan
(Inquiry), wawancara (Interview), Pernyataan dari seorang saksi mata dan juga
laporan mengenai hasil-hasil tindakan. Dari bahasa Yunani istilah historia
masuk ke bahasa-bahasa lain, terutama melalui perantaraan bahasa latin.
Dalam perkembangannya, konsep
history (sejarah) mendapat suatu pengertian baru setelah
terjadi percampuran antara penulisan kronik yang ketat secara kronologis dan
berupa narasi sejarah yang bebas. Pada abad pertengahan hal itu dikenal dengan
istilah biografi yang juga disebut vitae. Kelak penulisan biografi, khususnya
biografi orang besar, menyebabkan sejarawan Inggris Thomas Carlyle (1841)
mengatakan bahwa sejarah sebagai ‘riwayat hidup orang-orang besar atau
pahlawan’ semata. Tanpa mereka tidak ada sejarah. Namun, sejarah memang tidak
hanya untuk orang-orang/individu tertentu (orang-orang besar), seperti
Socrates, Julius Caesar, Gajah Mada, Napoleon, Soekarno.
Manusia, Terdapat banyak definisi menurut para ahli ternama
tentang manusia namun definisi manusia itu sendiri bisa pahami secara bahasa
bahwa manusia berasal dari
kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau
makhluk yang berakal
budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah
gagasan atau realitas,
sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu.
Manusia juga
dapat diartikan berbeda-beda baik
menurut sudut pandang biologis,
rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai
Homo Sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata
dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal
kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi menurut
agama, dan dalam hubungannya dengan kekuatan keTuhanan atau makhluk hidup;
dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.
Manusia merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala
fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami
kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan
berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik
positif maupun negatif. Manusia adalah makhluk yang terbukti berteknologi
tinggi. Ini karena manusia memiliki perbandingan massa otak dengan massa tubuh
terbesar di antara semua makhluk yang ada di bumi.
Manusia hidup, tumbuh, dan berkembang dalam lingkungan alam
dan sosial budayanya. Dalam lingkungan alamnya, manusia hidup dalam
sebuah ekosistem yakni suatu unit atau satuan fungsional dari
makhluk-makhluk hidup dengan
lingkungannya. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu
oganisme hidup (living
organism). Terbentuknya pribadi
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan,
setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika,
tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.
Tatkala seorang bayi
lahir, ia merasakan
perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh karena itu
ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu
tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi
kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk
hidup.
Manusia sebagai makhluk social, artinya manusia hanya akan
menjadi apa dan siapa bergantung ia bergaul
dengan siapa. Manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab jika hanya
sendirian ia tidak “menjadi” manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki
fungsi yang bermacam-macam. Di satu sisi ia menjadi anak buah, tetapi di sisi
lain ia adalah pemimpin. Di satu sisi ia adalah ayah atau ibu, tetapi di sisi
lain ia adalah anak. Di satu sisi ia adalah kakak, tetapi di sisi lain ia
adalah adik. Demikian juga dalam posisi guru dan murid, kawan dan lawan, buruh
dan majikan, besar dan kecil, mantu dan mertua dan seterusnya. Dalam hubungan
antar manusia (interpersonal), ada pemimpin yang sangat dipatuhi dan dihormati.
Sejarah juga membahas
kelompok masyarakat dalam
hal ini adalah manusia. Dapat dikatakan bahwa sejarah
merupakan ilmu tentang manusia. Namun dalam
sejarah bukan cerita
tentang masa lalu
manusia secara keseluruhan.
Demikian pula dengan manusia yang menjadi obyek penelitian antropologi ragawi,
seperti hasil penelitian Steve Olson dalam Mapping Human History (2006) yang
berhasil melacak asal usul manusia modern di empat benua dan penyebarannya di
seluruh dunia selama lebih dari 150.000 tahun silam. Hal tersebut bukanlah
sejarah.
Dalam ilmu sejarah
dibahas tentang manusia dalam kegiatan
dengan masyarakat atau bangsanya
merupakan kajian utama,
yakni segala aktivitas
manusia pada masa
lalu. Namun, seperti
yang telah diungkapkan sebelumnya, bukan
berarti sejarah membahas
aktivitas manusia secara
keseluruhan. Kisah manusia tersebut berkaitan dengan kehidupan manusia yang
berkreasi dalam menghadapi kehidupannya. masa lampau, misalnya bagaimana
manusia pada zaman batu makan, minum, berpakaian serta melakukan perjalanan
menjadi pengalaman yang diwariskan bagi
masa-masa sesudahnya.
Sebagai contoh adalah bagaimana kreativitas manusia untuk melakukan
perjalanan dari suatu tempat ketempat lain. Kisah manusia tersebut dibatasi
oleh waktu dan ruang, serta tempat manusia itu berada. Pada awalnya manusia
menggunakan tenaganya sendiri dengan berjalan kaki. Lalu mereka memanfaatkan
tenaga hewan, misalnya kuda untuk melakukan perjalanan. Seiring perjalanan
waktu dan perkembangan teknologi sebagai hasil kreativitas manusia, mereka
menggunakan sarana perahu di air dengan bantuan angin untuk melakukan
perjalanan. Selanjutnya, mereka menemukan suatu alat yang mengubah air menjadi
uap untuk dijadikan tenaga penggerak (motor). Demikian seterusnya hingga mereka menemukan tenaga penggerak lain berupa bahan bakar minyak.
Dari sudut pandang waktu kreativitas manusia pada masa lampau berbeda dengan
kreativitas manusia pada masa kini.
Manusia dan sejarah tidak dapat dipisahkan, sejarah tanpa manusia adalah khayal. Manusia dan sejarah merupakan kesatuan dengan manusia sebagai subyek dan obyek sejarah. Bila manusia dipisahkan dari sejarah maka ia bukan manusia lagi, tetapi sejenis mahluk biasa, seperti hewan (Ali 2005:101) Di dalam konteks ini ingatan manusia memegang peranan yang sangat penting. Ingatan itu digunakan manusia untuk menggali kembali pengalaman yang pernah dialaminya. Mengingat berarti mengalami lagi, mengetahui Kembali sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu. Namun ingatan manusia terbatas sehingga perlu alat bantu yaitu tulisan yang berfungsi untuk menyimpan ingatannya. Terbatasnya ingatan manusia dikarena beberapa factor bisa usia ataupun kejadian yang membuat trauma sehingga ingatannya tidak bisa Kembali secara utuh. Oleh karena itu salah satu hal terbaik untuk selau mengingat adalah dengan menulis semua pengalaman yg dialaminya.
Dengan tulisan, manusia mencatat pengalamannya. Pengalaman
yang dialami manusia, dituturkan kembali dengan menggunakan Bahasa, Sejarah
merupakan pengalaman manusia dan ingatan manusia yang diceritakan. Dapat
dikatakan bahwa manusia berperan dalam sejarah yaitu sebagai pembuat sejarah
karena manusia yang membuat pengalaman menjadi sejarah. Manusia adalah penutur
sejarah dari cerita sejarahnya sendiri
sehingga semakin jelas bahwa
manusia adalah sumber sejarah.
Konsep Ruang dalam Sejarah
Anak-anak hebat Indonesia, pernahkan kalian menampilkan
sebuah cerita drama dalam sebuah panggung pertunjukan di satu tempat?. Tanpa
adanya panggung pasti cerita drama kalian tidak akan terjadi. Hal ini
menunjukkan bahwasanya sebuah tempat memegang peranan penting dalam sebuah
peristiwa. Demikian juga peristiwa sejarah, bisa terjadi di berbagai ruang kehidupan baik lokal, nasional maupun dunia. Peristiwa
dalam gambar diatas merupakan peristiwa yang terjadi di dunia yang membawa
dampak bagi negara kita dan negara2 berkembang lainnya lhoo. Peristiwa pemboman
kota Nagasaki dan kota Hirosima
menunjukkan bahwa ruang tidak
bisa dipisahkan dalam
kehidupan manusia. Ayoo lanjut membaca modul berikut agar kalian lebih
tahu tentang ruang dalam sejarah.
Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu. Ruang
merupakan tempat terjadinya
berbagai macam peristiwa
– peristiwa sejarah dalam
perjalanan waktu. Penelaahan
suatu peristiwa berdasarkan
dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari adanya ruang waktu
terjadinya peristiwa tersebut. Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan
peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang menitikberatkan pada aspek tempat
dimana peristiwa itu terjadi.
Konsep Ruang Sejarah mengenal adanya dimesi spasial dan
dimensi temporal. Spasial atau ruang merupakan tempat terjadinya suatu
peristiwa sejarah. Sedangkan temporal atau waktu ini berhubungan dengan kapan
peristiwa tersebut terjadi. Sedangkan manusia adalah subjek dan objek sejarah.
Manusia sebagai pelaku dan penulis sejarah itu sendiri.
Konsep ruang, sebagai tempat terjadinya peristiwa disini
terkait dengan aspek geografisnya. Unsur ruang ini akan menjadikan pemahaman
kita tentang peristiwa sejarah menjadi
riil. Contohnya sejarah
Reformasi Indonesia tahun 1998.
Banyak sejarawan mencantumkan
Jakarta sebagai tempat
terjadinya peristiwa tersebut.
sejarah reformasi Indonesia sangatlah penting. Tidak ada
peristiwa yang berlangsung tanpa medium ruang. Segala peristiwa terjadi di
dunia berlangsung dalam ruang atau wilayah tertentu. Segala tindakan dan
perilaku manusia terjadi di tempat atau lokasi tertentu. Adanya ruang membuat
pemahaman kita tentang pristiwa sejarah menjadi nyata. Selain itu, memungkinkan
orang membuat kategorisasi peristiwa sejarah berdasarkan tempat, seperti sejarah
lokal, sejarah daerah, sejarah nasional, sejarah wilayah, dan sejarah dunia.
Di dalam KBBI disebutkan pengertian ruang adalah sela-sela
antara dua deret tiang atau sela-sela empat deret tiang, atau yang juga
diartikan sebagai rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang, atau juga
rongga yang tidak berbatas, tempat segala yang ada. Dalam sejarah, ruang atau
tempat merupakan unsur penting yang
harus ada. Bila
diibaratkan sebuah pertunjukkan,
maka ruang merupakan panggung disaat peristiwa sejarah berlangsung. Ruang atau
tempat terjadinya peristiwa sejarah terkait dengan unsur geografis. Akan
tetapi, ruang atau tempat tersebut bukanlah ruang yang steril.
Dengan demikian, suatu peristiwa sejarah merupakan proses
interaksi. Seperti saat
terjadi perlawanan terhadap Belanda misalnya, maka harus ditegaskan
kapan dan di mana penjajahan tersebut berlangsung. Perang Diponegoro dan Perang
Padri terjadi pada waktu
yang beriringan, akan tetapi
keduanya terjadi pada ruang dan tempat yang berbeda. Oleh sebab itu kedua
peristiwa ini memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang berbeda serta
memiliki keunikan Perang Diponegoro
tersendiri.
Konsep ruang dalam sejarah berkaitan dengan lokasi atau
tempat terjadinya suatu peristiwa sejarah, dimana konsep ruang dalam sejarah
menyebabkan adanya pembagian sejarah. Jika mempelajari sejarah menggunakan
konsep ruang, kita tentu bisa
menganalisis dan membandingkan pola kehidupan di suatu daerah, termasuk
pola pikir dan pola perilaku masyarakat setempat.
Peristiwa ataupun kejadian dari masa yang lalu selalu berlangsung dalam batasan ruang
atau tempat tertentu. Unsur ruang yang menjadi tempat terjadinya peristiwa akan
memberikan gambaran jelas kepada kita bahwa peristiwa itu memang nyata adanya.
Konsep Waktu dalam Sejarah
Waktu, mendengar kata ini apa yang ada dibenak kalian?. Kata
itu merujuk pada jam,hari,tanggal, atau tahun. Tanpa kita sadari waktu terus berjalan
dan melekat pada kehidupan kita sehari-hari. Jika kita tidak bisa mengelola waktu
dengan baik maka kita akan tergerus oleh waktu, karena kita tidak ada dapat memutar
kembali waktu.
Kalian perhatikan gambar diatas, gambar tentang peristiwa gerakan
massa yang terjadi pada kurun waktu yang berbeda, tetapi memiliki gerakan yang sama,
namun berbeda dalam ruang dan waktu dalam memperjuangkan kesejahteraan kehidupan
masyarakat. Ayo kita cari tahu tentang waktu dalam sejarah dengan membaca ini.
Waktu adalah seluruh rangkaian ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung (KBBI Online). Dalam sejarah, unsur waktu merupakan unsur sangat penting. Sebab mempelajari sejarah bukanlah mempelajari sesuatu yang berhenti melainkan mempelajari sesuatu yang terus bergerak seiring dengan perjalanan waktu. Setiap peristiwa sejarah berada pada kurun waktu tertentu yang memiliki latar belakang kurun waktu sebelumnya. Unsur waktu juga memberikan konteks atau setting tertentu bagi berlangsungnya peristiwa sejarah. Oleh sebab itu, dalam mempelajari sejarah, harus ditentukan dengan tegas dan jelas siapa pelakunya, kapan terjadinya, dan dimana peristiwa itu berlangsung.
Konsep waktu dalam sejarah, menurut Kuntowijoyo mencakup empat hal, yaitu perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan perubahan. Dalam hal perkembangan, sejarah akan melihat dan mencatat peristiwa yang menunjukan terjadinya perubahan dalam masyarakat dari satu bentuk ke bentuk yang lain, biasanya dari yang sederhana ke bentuk yang lebih rumit. Dalam sejarah, juga terjadi kontinuitas atau kesinambungan yang melahirkan kondisi baru, namun tetap diwariskan atau diteruskan karena dianggap baik oleh suatu masyarakat. Dalam sejarah, pengulangan terjadi sebelumnya terulang kembali pada masa sesudahnya atau masa sekarang. Sehingga menghasilkan perubahan yang terjadi karena praktik lama dinilai tidak memadai lagi untuk menunjang kemajuan dan tata kehidupan.
Konsep waktu dalam sejarah, menurut Kuntowijoyo mencakup empat hal, yaitu perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan perubahan. Dalam hal perkembangan, sejarah akan melihat dan mencatat peristiwa yang menunjukan terjadinya perubahan dalam masyarakat dari satu bentuk ke bentuk yang lain, biasanya dari yang sederhana ke bentuk yang lebih rumit. Dalam sejarah, juga terjadi kontinuitas atau kesinambungan yang melahirkan kondisi baru, namun tetap diwariskan atau diteruskan karena dianggap baik oleh suatu masyarakat. Dalam sejarah, pengulangan terjadi sebelumnya terulang kembali pada masa sesudahnya atau masa sekarang. Sehingga menghasilkan perubahan yang terjadi karena praktik lama dinilai tidak memadai lagi untuk menunjang kemajuan dan tata kehidupan.
Konsep waktu terbagi menjadi tiga, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa akan datang . Dalam sejarah, konsep waktu yang paling dominan adalah masa lampau. Akan tetapi, konsep waktu pada masa lampau ini juga memengaruhi peristiwa pada masa kini. Sebagai contoh, pada masa lampau Republik Indonesia memilih bentuk Negara Kesatuan (NKRI) dengan pertimbangan kemajemukan sosial dan adanya ribuan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Keputusan pemerintah tetap bertahan sampai sekarang. Oleh sebab itu, keputusan pemerintah pada masa lampau berpengaruh terhadap perkembangan negara pada masa kini dan masa yang akan datang.
Konsep waktu dalam sejarah meliputi dua hal, yakni (1) proses kelangsungan dari suatu peristiwa dalam batasan waktu tertentu, (2) kesatuan kelangsungan waktu, yaitu waktu pada masa yang lampau, sekarang, dan masa yang akan datang. Sebagai contoh, pemerintahan Orde Baru yang mengalami kemunduran dengan peristiwa mundurnya Presiden Soeharto dari jabatannya pada tanggal 21 Mei 1998 atau contoh lain, Pembacaan Naskah Proklamasi oleh Bung Karno pada pukul 10.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945.
Posting Komentar