Manusia purba
Bagaimana cara mengetahui kehidupan manusia yang hidup pada masa awal? Ada dua cara, yaitu melalui sisa-sisa manusia, tumbuhan, dan hewan yang telah membatu atau biasa disebut dengan fosil dan melalui benda-benda peninggalan sebagai hasil budaya manusia, alat-alat rumah tangga, bangunan, artefak, perhiasan, senjata, atau fosil manusia purba yang diketemukan. Kehidupan manusia purba di Indonesia diketahui melalui peninggalan fosil tulang-belulang mereka. Fosil-fosil tersebut meliputi tengkorak, badan, dan kaki.Fosil tengkorak dengan ukuran kapasitas tempurung kepalanya dapat mengungkap-kan sejauh mana kemampuan berpikir mereka dibandingkan dengan kapasitas manusia modern sekarang. Demikian juga dengan bentuk tulang rahang, lengan, dan kaki dapat dibandingkan dengan bentuk tulang yang sama dengan tulang manusia modern sekarang atau dengan jenis kera (pithe). Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa mereka berbeda dengan manusia modern sekarang, namun memiliki tingkat kecerdasan tertentu yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kera. Mereka telah memiliki tingkat kemampuan untuk mengembangkan kehidupan, seperti halnya manusia sekarang walaupun dengan tingkat yang sangat terbatas. Mereka lazim disebut sebagai manusia purba atau manusia yang hidup pada zaman pra-aksara.
Berdasarkan temuan-temuan fosil manusia tersebut, para arkeolog membedakan jenis manusia purba di Indonesia (sejauh yang ada sekarang) ke dalam beberapa jenis. Dari jenis-jenis yang ada para ahli membuat semacam tingkatan perkembangan dari manusia purba yang tertua hingga yang lebih muda, yang didasarkan pada indikator-indikator tertentu.
|
|
|
|
|
|
|
|
Jenis |
Penemu |
Temuan |
Tempat |
Tahun |
|
|
Meganthropus |
Ter
Haar, |
Fosil Ngandong |
1936- 1941 |
|
|
|
Paleojavanicus |
Oppenoorth, |
rahang |
|
||
|
atau |
von |
bawah |
|
||
|
Homo Soloensis |
Koenigswald |
yang |
|
||
|
|
|
sangat |
|
||
|
|
|
besar |
|
||
|
Pithecanthropua |
Eugene
Dobuis |
Fosil Trinil |
1890 |
|
|
|
Erectus |
tengkorak |
||||
|
Homo |
Tjokrohandojo |
Fosil-fosil Perning, |
- |
|
|
|
Mojokertensis |
dan Duifjes |
manusia
Mojokerto |
|
||
|
|
|
purba dan |
|
||
|
|
|
Sangiran |
|
||
|
Homo |
Van |
Fosil Wajak |
1889 |
|
|
|
Wajakensis |
Reictshotten |
tengkorak |
|||
|
Homo Sapiens |
Merupakan perkembangan dari jenis manusia sebelum-nya
dan telah menunjukkan bentuk
seperti manusia pada masa sekarang.
Fosil jenis
manusia ini ditemukan
di beberapa daerah di
Indonesia. |
||||
|
- |
Prof. Dr. 13 buah |
Sambung |
1973 |
|
|
|
Teuku
Jacob fosil |
Macan dan |
|
|||
|
|
Sragen |
|
a. Meganthropus paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus
(manusia besar tertua dari
Jawa) adalah jenis manusia purba yang paling tua (primitif) yang pernah ditemukan di Indonesia (Jawa). Fosil Meganthropus paleojavanicus pertama kali ditemukan oleh arkeolog, von Koenigswald dan Weidenreich antara tahun
1936-1941 di situs Sangiran pada formasi Pucangan. Fosil yang ditemukan antara lain berupa fragmen tulang rahang atas dan bawah
serta sejumlah gigi lepas. Hingga saat ini
Meganthropus dikategorikan
sebagai jenis manusia purba yang terpisah (berbeda) dari Homo erectus. Berdasarkan hasil penemuan fosil-fosilnya para ahli menyimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Hidup pada
masa
Pleistosen awal
• Memiliki rahang bawah yang sangat tegap dan geraham yang besar
• Memiliki bentuk
gigi yang homonim
• Memiliki otot-otot kunyah
yang kuat
• Bentuk mukanya masif dengan tulang pipi yang tebal, tonjolan kening yang mencolok dan tonjolan belakang kepala yang tajam serta tidak memiliki dagu.
Memakan jenis tumbuh-tumbuhan
b.
Pithecanthropus
Pithecanthropus (manusia kera) adalah jenis manusia purba yang fosil- fosilnya paling banyak ditemukan di Indonesia. Fosil Pithecanthropus pertama kali ditemukan oleh arkeolog dari Belanda, Eugene Dubois pada tahun 1891 di Trinil, Ngawi berupa atap tengkorak dan tulang paha. Berdasarkan temuannya tersebut Dubois menamainya dengan Pithecanthropus erectus (manusia kera yang berdiri tegak). Disamping Pithecanthropus erectus jenis Pithecanthropus lainnya yang ditemukan di Indonesia adalah Pithecanthropus robustus (manusia kera yang besar), dan Pithecanthropus mojokertensis (manusia kera dari Mojokerta).
Berdasarkan fosil-fosil yang ditemukan, Pithecanthropus
memiliki ciri
berikut:
• Pithecanthropus hidup pada
masa
Pleistosen awal
dan
tengah (1 juta
hingga 1,5
juta tahun silam)
• Tinggi badan sekitar 168 –
180 cm dengan berat
badan rata-rata
80 – 100 kg
• Berjalan tegak
• Volume otaknya sekitar 775
cc – 975 cc
• Batang tulang lurus dengan tempat-tempat perlekatan otot yang sangat
nyata
• Bentuk tubuh dan anggota badan tegap
• Alat pengunyah
dan otot tengkuk sangat kuat
• Bentuk geraham besar dengan rahang yang sangat kuat
• Bentuk kening yang menonjol
sangat tebal
• Bentuk hidung tebal
• Tidak memiliki dagu
c.
Homo Sapiens
Diantara fosil yang berhasil ditemukan di Indonesia adalah
jenis Soloensis (dari Solo) dan Wajakensis (dari Wajak, Mojokerto). Secara umum Homo Sapiens
memiliki ciri yang lebih
progresif dibanding Pithecantropus.
Secara khusus ia
memiliki ciri-ciri berikut:
a. Volume otak bervariasi antara
1000 – 1450 cc
b. Otak besar dan otak kecil sudah berkembang (terutama pada bagian kulit otaknya)
c. Tinggi badan
sekitar 130 – 210 cm dengan berat
badan
rata-rata 30 – 150 kg.
d. Tulang dahi dan bagian belakang tengkorak sudah
membulat
dan tinggi
e. Otot
tengkuk mengalami
penyusutan
f. Alat kunyah dan gigi
mengalami penyusutan
g. Berjalan dan berdiri tegak
h. sudah lebih sempurna
Penelitian manusia purba di Indonesia
Eugena Dobois
Beliau adalah yang pertama kali tertarik meneliti manusia purba di Indonesia setelah mendapat kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von Reitschoten yang menemukan tengkorak di Wajak, Tulung Agung.
• Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis
Homo Sapien (manusia yang sudah berpikir maju)
• Fosil lain yang ditemukan adalah :
Pithecanthropus Erectus (phitecos = kera, Antropus
Manusia, Erectus berjalan tegak) ditemukan di daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo, dekat Ngawi, tahun 1891. Penemuan ini sangat menggemparkan dunia ilmu pengetahuan.
Hasil penemuannya adalah : Fosil tengkorak di Ngandong, Blora. Tahun 1936, ditemukan tengkorak anak di Perning, Mojokerto. Tahun 1937 – 1941 ditemukan tengkorak tulang dan rahang Homo Erectus dan Meganthropus Paleojavanicus di Sangiran, Solo. Penemuan lain tentang manusia Purba :
Ditemukan tengkorak, rahang, tulang pinggul dan tulang paha manusia Meganthropus, Homo Erectus dan Homo Sapien di
lokasi Sangiran, Sambung Macan (Sragen),Trinil, Ngandong dan
Patiayam (kudus).
Teuku Jacob
Setelah Indonesia merdeka, penelitian tentang manusia purba dilanjutkan oleh para ahli dari Indonesia, diantaranya adalah Prof. Dr. Teuku Jacob. Ia mengadakan penelitian di desa Sangiran lagi, di sepanjang Sungai Bengawan Solo. Penelitian ini berhasil menemukan tiga belas fosil. Fosil terakhir ditemukan pada tahun 1973 di desa Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah
Rangkuman
Zaman ketika manusia purba hidup merupakan masa dimana seluruh kehidupan
masih bergantung dengan alam. Pola kehidupan masa purba
antara lain sebagai berikut:
1. Masa
Berburu dan Mengumpulkan
Makanan – Pada masa
ini
manusia berburu
dengan tujuan untuk
mengumpulkan
bahan makanan bagi kelompoknya,
ciri-ciri
kehidupannya adalah:
a. Tidak memiliki tempat
tinggal tetap
b. Hidup sendiri atau
dalam kelompok kecil
c. Mengumpulkan
makanan berupa umbi-umbian
d. Menggunakan
kapak genggam untuk berburu
hewan
e. Menempati gua
f. Membuat
lukisan cap jari tangan dan babi rusa dalam keadaan terpanah.
Lukisan tersebut dibuat menggunakan
warna hitam,
putih, dan merah
2.
Masa
Bercocok Tanam – Pada masa ini manusia
telah
mengenal bercocok tanam
dan tinggal dalam suatu wilayah
lebih lama,
ciri-ciri kehidupannya adalah:
a. Mulai
menetap disekitar lokasi bercocok tanam
b. Mulai
mengenakan pakaian dari kulit hewan dan kulit kayu c. Membuat
rumah dari kayu
d. Berpindah jika tanah sudah tidak subur
e. Menggunakan alat
bercocok tanam, seperti mata panah,
beliung persegi dan
kapak lonjong
f. Menggunakan
perhiasan
3.
Masa
Mengenal Kepercayaan – Pada
masa ini manusia telah mengenal
kepercayaan terhadap sesuatu, seperti matahari,
hewan,
pohon dan lainnya. Ciri-
ciri kehidupannya adalah:
a. Melakukan upacara-upacara
tertentu sebagai tanda
jika
terdapat kekuatan yang melebihi manusia
b. Mulai membangunan bangunan besar untuk upacara-upacara tertentu
c. Masa
Perundagian –
Pada masa ini manusia
mulai memiliki kehidupan
yang lebih maju, ciri-ciri kehidupannya.
d. Mulai
tinggal dalam sebuah desa
atau perkampungan dalam waktu
yang
cukup lama
e. Telah mampu mengolah logam untuk dibuat perhiasan, seperti
cincin atau kalung
f. Mengenal sistem perdagangan sederhana,
yaitu
barter
untuk mendapatkan
logam, hasil bercocok tanam, hewan, dan
lainnya
4.
Peralatan Manusia Purba
Bukti keberadaan
manusia purba di Indonesia juga didukung oleh peninggalan berbagai macam perkakas yang digunakan untuk membantu kehidupan mereka.
Berikut ini adalah alat-alat manusia
purba, antara lain:
a. Kapak
Genggam –
Alat
ini
digunakan oleh manusia
purba jenis Pithecanthropus untuk berburu. Struktur dan bentuknya masih sangat sederhana, yaitu hanya satu bagian sisi yang tajam. Kapak Genggam digunakan
dengan
cara digenggam
untuk memotong benda. Alat ini ditemukan
di beberapa situs purba, seperti Trunyan (Bali), Awangbangkal (Kalimantan Selatan) dan Kalianda
(Lampung).
b.
Alat Serpih – Alat ini digunakan oleh manusia zaman dahulu untuk menusuk, memotong dan melubangi kulit binatang. Bahan pembuatnya adalah serpihan
batu dari batu yang dibuat menjadi Kapak Genggam. Penemuan Alat Serpih
terdapat di Gombong (Jawa tengah) dan
Cabbenge (Flores).
c. Kapak
Persegi – Peralatan ini terbuat dari batu
yang digunakan untuk
memahat, mencangkul dan berburu. Bentuknya segi empat dimana kedua
sisinya diasah halus. Pada salah satu pangkal diberi lubang untuk
memasang
tangkai. Alat ini banyak ditemukan di situs-situs purba mulai dari Sumatera,
Jawa, Nusa Tenggara
dan
Sulawesi.
d. Kapak
Lonjong – Kapak ini berbentuk lonjong dengan pangkal lebar dan tajam.
Pada bagian ujung akan
diikat dengan gagang agar dapat digunakan. Kapak Lonjong adalah batu yang diasah hingga halus dan ditemukan di Nusa
Tenggara,
Maluku dan Papua.
e. Menhir, yaitu sebuah tugu batu raksasa, tinggi dan besar. Dahulu digunakan
untuk tempat pemujuaan manusia prasejarah.
f. Dolmen,
yaitu batu
yang disusun
berbentu meja
dan
digunakan
manusia
zaman dahulu untuk
menyimpan sesaji persembahan.
g. Sarkofagus adalah
peri mati yang terbuat
dari batu.
h. Arca merupakan peninggalan masa lampau berupa batu yang dipahat hingga
membentuk makhluk hidup tertentu.
i. Bejana Perunggu – Bejana ini adalah peninggalan yang terbuat dari perunggu.
Bentuknya mirip
gitar Spanyol tanpa gagang. Benda ini ditemukan
di Madura dan Sumatera.
j. Kapak Corong adalah kapak yang terbuat dari perunggu dan bagian atasnya
berbentuk mirip corong. Alat purba ini ditemukan di Jawa, Bali, Sulawesi dan
Papua
Posting Komentar