SEJARAH PERANG TELUK 1

 




1.      Latar Belakang Terjadinya Perang Teluk I

Walaupun perang Iran-Irak yang dimulai dari tahun 1980-1988 merupakan perang yang terjadi di wilayah Teluk Persia, akar dari masalah ini sebenarnya dimulai lebih dari berabad-abad silam. Berlarut-larutnya permusuhan yang terjadi antara kerajaan Mesopotamia(terletak di lembah sungai Tigris-Eufrat, yang kini menjadi sebuah negara Irak modern) dengan kerajaan Persia atau negara Iran modern

Iran dan Irak merupakan dua negara yang bertetangga, namun keduanya tidak dapat saling akur, hal ini disebabkan karena keduanya merasa sama – sama lebih unggul. Hal ini diperjelas lagi setelah kemenangan kaum revolusioner di Iran yang berhasil menumbangkan rezim monarki dan menggantinya menjadi negara Republik Islam Iran serta ingin mengekspor revolusinya ke negara negara – negara Arab lainnya yang masih berbentuk monarki. Hal ini mendorong Irak untuk tampil sebagai juru selamat bangsa Arab dari ancaman invasi revolusi Iran.

Ada beberapa hal yang disebut-sebut memicu meletusnya perang antara Irak-Iran di mana hal-hal tersebut menyangkut berbagai aspek, utamanya aspek politik & sektarian :

Sengketa Atas Shatt al-Arab & Khuzestan

Shatt al-Arab adalah sungai sepanjang 200 km yang terbentuk dari pertemuan Sungai Efrat & Tigris di kota Al-Qurnah, Irak selatan, di mana bagian akhir dari sungai yang mengarah ke Teluk Persia tersebut terletak di perbatasan Irak & Iran. Sungai tersebut utamanya penting bagi Irak karena merupakan jalan keluar utama negara tersebut ke arah laut.

 

Karena letaknya yang berada di perbatasan & posisi strategisnya yang mengarah ke Teluk Persia, sungai tersebut menjadi bahan sengketa Irak & Iran. Sebelum perang antara kedua meletus, sejak tahun 1975 sungai tersebut menjadi milik kedua negara di mana batasnya adalah pada titik terendah sungai berdasarkan Persetujuan Aljier (Algier Accord).

Wilayah lain yang menjadi sengketa kedua negara adalah provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut selama ini menjadi wilayah Iran, namun sejak tahun 1969 Irak mengklaim bahwa Khuzestan berada di tanah Irak & wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh Inggris. Lebih lanjut, stasiun TV milik Irak bahkan memasukkan Khuzestan sebagai wilayah Irak & menyerukan warga Arab di sana untuk memberontak melawan Iran.

Munculnya Revolusi Islam di Iran

Tahun 1979 merupakan tahun terpenting dalam sejarah Iran modern hingga menjadi seperti Iran sekarang. Di tahun itu, terjadi revolusi pemerintahan di mana rezim kerajaan Pahlevi yang dianggap sebagai rezim boneka AS tumbang & digantikan oleh sistem republik Islam. Pasca revolusi tersebut, muncul kekhawatiran di kalangan nasionalis Arab & Muslim Sunni bahwa revolusi tersebut akan menyebar ke negara-negara Arab di sekitarnya. Kekhawatiran terbesar terutama datang dari Irak yang wilayahnya memang bersebelahan dengan Iran & memiliki penganut Syiah berjumlah besar di wilayahnya.

Ayatullah Khomeini, pemimpin revolusi Islam di Iran, memang memiliki impian untuk menyebarkan pengaruh revolusinya ke negara-negara Arab lainnya. Pertengahan tahun 1980, Khomeini menyebut bahwa pemerintahan sekuler Irak adalah pemerintahan "boneka setan" & masyarakat Muslim di Irak sebaiknya bersatu untuk mewujudkan revolusi Islam seperti di Iran. Pernyataan Khomeini tersebut sekaligus sebagai respon dari pernyataan Saddam pasca revolusi Islam Iran yang menyatakan bahwa bangsa Persia (Iran) tidak akan berhasil membalas dendam kepada bangsa Arab sejak Pertempuran al-Qadisiyyah, pertempuran pada abad ke-7 yang dimenangkan oleh bangsa Arab sekaligus menumbangkan Kerajaan Persia kuno.

Irak di bawah kendali Saddam Hussein & Partai Baath memiliki ambisi untuk menjadi kekuatan dominan di wilayah Arab di bawah bendera pan-Arabisme sejak meninggalnya Presiden Mesir, Gamal A. Nasser. Revolusi Islam yang terjadi di Iran tersebut dianggap sebagai penghalang karena bertentangan dengan prinsip nasionalisme sekuler Arab. Selain untuk mencegah menyebarnya revolusi Islam, Irak juga berusaha mengambil keuntungan dengan kondisi internal Iran yang tidak stabil pasca revolusi Islam untuk merebut wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa dengan Iran & menambah sumber minyak Irak.

Percobaan Pembunuhan Terhadap Pejabat Irak

Pertengahan tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan kepada Deputi Perdana menteri Irak, Tariq Aziz. Irak kemudian menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat atas percobaan pembunuhan tersebut & mendeportasi ribuan warga Syiah berdarah Iran keluar dari Irak. Pemimpin Irak, Saddam Hussein, menyalahkan Iran sambil menyebut ada agen Iran yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Peristiwa itu selanjutnya semakin memanaskan hubungan kedua negara hingga akhirnya pada bulan September 1980, Irak melancarkan serangannya ke Iran.

2.      Proses Berlangsungnya Perang Teluk I

Jalannya perang terbagi dalam beberapa periode berikut ini:

2.1  Periode Tahun 1980-1982 ( Penyerbuan oleh Irak )

Irak melakukan berbagai serangan terhadap Iran guna menguasai wilayah dan mencegah Revolusi Islam Iran.

2.2  Periode Tahun 1982-1984  ( Titik Balik  Mundurnya Irak )

Iran tidak tinggal diam. Iran balas melancarkan berbagai Operasi militer untuk membalas serangan-serangan dari Irak. Dan hal tersebut telah berhasil memukul mundur tentara militer Irak.

2.3  Periode Tahun 1984-1988  ( Perang Tanker )

Tahun 1984, berkat bantuan pesawat tempur Super Etentard terbaru dari Perancis, Irak melakukan operasi militer di laut mulai dari muara Shatt el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target dari operasi militer tersebut adalah semua kapal yang bukan berbendera Irak di wilayah operasi militer. Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran dan mempengaruhi ekonominya sehingga Iran mau berunding dengan Irak.

2.4  Periode Tahun 1987-1988 ( Ikut Campurnya AS )

Faktor pendorong utama ikut campurnya AS dalam Perang Irak-Iran sebenarnya disebabkan karena kapal perangnya ditenggelamkan oleh pesawat tempur Irak sehingga 13 awak kapalnya meninggal. Akhirnya AS menerjunkan armada lautnya di sekitar Teluk Persia dengan tujuan untuk mengisolasi Iran dan menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana.

2.5  Periode Tahun 1988 ( Gencatan Senjata )

Perang akhirnya berakhir setelah Iran menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB 598 dan secara resmi mengakhiri perang yang sudah berlarut-larut selama 8 tahun pada tanggal 20 Agustus 1988.

Upaya-Upaya yang Dilakukan Dalam Menghentikan Perang Irak-Iran

1)      Setelah sidang Dewan Keamanan PBB pada tanggal 28 September 1980 di New York telah meminta kepada kedua belah pihak menghentikan peperangan dan permasalahan kedua belah pihak diselesaikan di meja perundingan. Mereka meminta Irak mundur dari tempat-tempat yang diduduki di Iran. Tetapi kedua belah pihak menolak tawaran tersebut.

2)      Dalam proses penyelesain Perang Irak-Iran, Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan Resolusi No.598 pada tanggal 20 Juli 1987. Resolusi ini berisi usulan untuk dilakukannya genjatan senjata antara Irak dan Iran. Namun Irak dan Iran menolak usulan tersebut.

3)      Pada akhir Juli 1988, Iran menyatakan kesediaanya untuk menerima usul genjatan senjata dan diberrlakukannya kembali perjanjian Algier seperti yang tercantum dalam Resolusi DK PBB No.598. Iran mendapat kompensasi dari Irak sebesar 150 juta dolar AS pertahun.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama