REMIDI DAN SUSULAN PH 1 SEJARAH INDONESIA KELAS XII


 

REMIDI DAN SUSULAN PH 1 SEJARAH INDONESIA KELAS XII

Nilai PH1 bisa "lihat disini"  => pilih sheet REKAP NILAI

Link Remidi dan susulan "klik disini"

Lihat nilai hasil remidi "klik disini" => pilih sheer REKAP


Baca ya:

1. nilai dibawah 65 wajib mengikuti remidi, 

2. nilai dibawah 75 saya sarankan ikut remidi juga

3. waktu mengerjakan 90 menit setelah login

4. gunakan email belajar id ya

5. semangat mengerjakan



Uraian Materi:

 

ANCAMAN PEMBERONTAKAN PKI MADIUN 1948 

DAN GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965 

 

A. Tujuan Pembelajaran  

Anak-anak yang Smart, setelah kalian mempelajari materi Pemberontakan PKI 

Madiun dan G 30 S PKI diharapkan kalian mampu berfikir kritis dan kreatif untuk

mampu menganalisis pemberontakan dan menguraikan peran pemerntah dalam

menumpas pemberontakan dengan mengambangkan literasi, dan mampu menyajikan

hasil analisis berdasarkan hasil kerja yang telah didiskusikan dengan kelompok dalam

bentuk terulis. 

 

B. Uraian Materi 

1. Pemberontakan PKI Madiun 1948 

 

 

Kakah, nama kali kecil tersebut, merupakan anak cabang Sungai Bengawan Solo 

yang membelah Desa Bangunrejo Lor. Kali  kecil di tepi hutan jati itu terlihat seram.

Serakan dedaunan dan ranting memenuhi permukaan airnya yang berwarna kelabu.

Tepat di sebidang kecil tanah yang agak menjorok ke dalam air, berdiri kokoh sebuah

tugu peringatan. Ada tulisan di bagian atas yang berbunyi: “Di sini telah gugur

pahlawan-pahlawan bangsaku: 

1.  Soerjo, Gubernur I Jawa Timur,

2.  Doerjat, Kombes Polisi I, dan

3.  Soerono, Kompol Polisi I. 


Bermula pada bulan November 1948, ketika Presiden Soekarno memanggil

gubernur seluruh Indonesia, itu tepat diperingati sebagai  hari pahlawan di Yogyakarta

yang dihadiri para pejabat  pemerintah, salah satunya adalah gubernur Soerjo.  Setelah

menghadiri peringatan hari pahlawan, Gubernur Soerjo pamit undur diri untuk pergi ke

Madiun. Sebelum sampai di Madiun  mobil beliau dicegat anggota Bataliyon FDR, Partai

Komunis Indonesia (PKI) pimpinan Maladi Yusuf ditengah Hutan Peleng, Kedunggalar,

Ngawi. Kendaraan yang digunakan Gubernur Soerjo  dan dua perwira polisi itu pun di

bakar oleh. Ketiganya  kemudian ditelanjangi dan dicaci maki, ketiganya diikat, lalu

diseret hingga lebih dari 5 KM dengan menggunakan kuda. Dua perwira polisi tersebut

lebih dahulu meninggal akibat diseret. Mereka terus menyeret Gubernur Soerjo

melewati aliran sungai Bengawan Solo, Sungai sonde, dan Kali Kakah. Di Sungai Kakah

itulah Gubernur Suryo gugur ditangan kelompok FDR tersebut. Empat hari kemudian,

jenazah Gubernur Soerjo dan dua perwira polisi baru ditemukan dalam kondisi sangat mengenaskan. Jenazah itu kemudian dimakamkan di Sasono Mulyo yg terletak di

Sawahan, Kabupaten Magetan.

Meskipun sudah 72 tahun telah berlalu namun peristiwa PKI Madiun tak akan

pernah sirna dari perjalanan panjang dinamika perkembangan politik di Indonesia.

Peristiwa PKI 48 merupakan peristiwa yang kelam dengan terenggutnya banyak nyawa

terutama dari kaum ulama. Apakah sebenarnya latar belakang  PKI melakukan

pemberontakan dan apakah tujuan sebenarnya dari pemberontakan PKI Madiun

tesebut? 

 

 

 

 

Di atas  kapal USS Renville yang saat itu tengah berlabuh di Tanjung Priok telah 

ditanda tangani sebuah perjanjian antara Belanda dengan Indonesia bersama Komisi

Tiga Negara (KTN) yang dikenal sebagai perjanjian Renville. Seperti yang telah kalian

pelajari pada materi sejarah Indonesia kelas XI Penandatanganan perjanjian Renville

yang dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 1948 dinilai sangat merugikan bangsa

Indonesia yang baru mereka karena wilayah Indonesia semakin sempit.  

 

 

 

Tokoh dalam gambar adalah orang yang dianggap paling  bertanggung jawab 

terhadap penandatanganan perjanjian Renville.  Persetujuan terhadap perjanjian inilah

yang akhirnya menyebabkan kabinetnya jatuh dengan mosi tidak percaya  dan anggotaanggota


PNI dan Masyumi dalam kabinetnya  juga ikut mundur pasca disetujuinya

perjanjian Renville.

Dengan mundurnya dia dari kursi perdana mentri, menyebabkan dia menjadi

seorang yang oposan kepada pemerintah. Kekecewaan terhadap kejatuhannya dari kursi

perdana menetri membuatnya   membentuk  Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28

Juni 1948 yang mendapatkan dukungan dari PKI, Sobsi, dan partai Sosilis. Tujuan

kelompok FDR adalah menuntut pembubaran kabinet Hatta. FDR menyerang kebijakan

kabinet Hatta terkait kebijakan reorganisasi dan rasionalisasi angkatan perang. Tujuan vMuso pun kemudian pada tanggal 18 September 1948 memproklamirkan Republik

Soviet Indonesia. Pada awal pemberontaknnya  PKI  membantai rakyat dan tentara dan

kaum santriyang masih setia kepada pancasila. 

Melihat sepak terjang PKI yang sangat membahayakan bagi NKRI,  Presisen

Seokarno melalui siarannya di RRI  Yogyakarta menyampaikan pesan kepada

masyarakat Indonesia betapa sangat berbahayanya PKI Muso bagi keutuhan bangsa

Indonesia. PKI Muso mempunyai tujuan untuk untuk merampat kedaulatan Indonesia

yang berasaskan Pancasila menggantinya dengan negara komunis.   

Kepada Jendral Soedirman, Presiden Soekarno memberikan mandatnya untuk

menumpas pemberontakan PKI di Madiun. Soedirman segera menugaskan kolonel

Nasution dan letkol Soeharto untuk bergerak. TNI berhasil melucuti persenjataan FDR

Yogyakarta dan menangkap para tokoh militan PKI  seperti Alimin, Djoko Sudjono dan

Siauw Giok Tjan.  Semua penerbitan yang berafiliasi PKI turut diberangus, percetakan

disegel, poster-poster dan sapanduk-spanduk dibersihkan dan diganti dengan posterposter

bertuliskan

“kami

hanya

mengakui

pemerintah

Soekarno-Hatta”.


Setelah


Madiun berhasil direbut TNI, Musso dan pengawalnya melarikan diri ke

arah ponorogo, sementara TNI melakukan pengejaran terhadapnya. Dalam kejar-kejaran

terjadi saling tembak hingga kuda delman tertembak. Musso berlari dan bersembunyi di

sebuah kamar mandi di sebuah pemandian umum. Satu peleton tentara mengepung dan

kembali terjadi baku tembak. Ketika keluar kamar mandi, Musso tertembak dua kali. 

Sementara itu Amir Syarifudin telah diketahui bertahan di hutan jati di

pegunungan sekitar Klambu. Akibat pengepungan yang rapat ini, ditambah dengan

bantuan alam yang berupa hujan hampir setiap hari, Amir Syarifudin dapat ditangkap

untuk kemudian dibawa ke solo untuk mmepertanggungjawabkan segela perbuatannya

di meja hijau.

 
2. Pemberontakan PKI 1965 / G.30S PKI  
 
 
 
 
Terlepas dari ke 5 teori tentang peristiwa berdarah G 30 S PKI yang terjadi di 
Indonesia. Sepak terjang PKI masih begitu terasa memilukan dan merupakan perjalanan
sejarah yang kelam bagi perjalanan politik Indonesia pada awal kemerdekaan.
Peristiwa  G30S/PKI  atau biasa disebut dengan Gerakan 30 September
merupakan salah satu peristiwa pemberontakan komunis yang terjadi pada bulan
September sesudah beberapa tahun Indonesia merdeka. Peristiwa G30S PKI terjadi di
malam hari tepatnya pada tanggal 30 September tahun 1965. Dalam sebuah kudeta,
setidaknya ada 7 perwira tinggi militer yang terbunuh dalam peristiwa tersebut.  
 

Lulus dari akademi militer pada tahun 1961 dengan pangkat letnan dua, Tendean
menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan.
Setahun kemudian, ia mengikuti pendidikan di sekolah intelijen di Bogor. Setamat dari
sana, ia ditugaskan di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) untuk menjadi
mata-mata ke Malaysia sehubungan dengan konfrontasi antara Indonesia dengan
Malaysia, bertugas memimpin sekelompok relawan di beberapa daerah untuk menyusup
ke Malaysia. Pada tanggal 15 April 1965, Tendean dipromosikan menjadi letnan satu,
dan ditugaskan sebagai ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution. 
Saat itu tanggal 1 Oktober dini hari pukul 03.30 WIB, di Ruang tamu, Lettu Piere 
sedang beristirahat, tanggal 30 September keamrin seharusnya dia pulang ke Semarang
untuk merayakan ulang tahun ibunya, tapi karena tugasnya sebagai pengawal jendral
AH. Nasution, ia harus menundanya. Di saat beristirahat inilah dia mendengar keributan,
sebagai seorang pengawal, iapun bergegas mencari sumber keributan tersebut. Piere
kaget karena penyebabnya adalah pasukan Cakrabirawa, meraka lantas mengepung dan
menodongkan senjata. Piere tak berkutik. Melihat hal yang tak beres demi melindungi
atasannya, Piere mengaku jika dirianya adalah Jendral Nasution yang dicari pasukan
Cakrabirawa. “Saya jendreal Nasutiom” serunya kepada pasukan cakrabirawa. Pasukan
Cakrabirawapun langsung membawanya ke lubang buaya untuk disiksa dan akhirnya
dibunuh dengan cara yang keji. 
 
 
 
Tembakan dari pasukan cakrabirawa seketika melesat, masuk ke tangan Adik Ipar 
Johana ibu Ade Irma Suryani Nasution, lalu menembus punggung gadis kecil Ade. Darah
membasahi tubuh si mungil yang tak berdosa itu hingga menggenang ke lantai. Ade Irma
sempat bwa ke RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) untuk diberikan
pertolongan. Ade irma sempat bertanya ke pada mamanya “kenapa Ayah mau dibunuh,
mama? Ade Irma Suryani, Akhirnya mengembuskan tanggal 6 Oktober 1965. Di depan
nisan anaknya AH nasution menuliska kata-kata “Anak saya yang tercinta, engkau telah
mendahului gugur sebagai perisai ayahmu”.


 
Lalu siapakah yang harus bertanggung jawab terhadap tragedi berdarah ini?. Dipa 
Nusantara Aidit merupakan salah seorang dalam kebinet Dwikora, sekaligus ketua
Central Committee (CC) Partai Komunis Indonesia. Dialah yang dianggap oleh
pemerintah Orde baru, bertanggung jawab atas gerakan 30 September 1965 (G 30 S
PKI). Pada tahun 1965 PKI kembali berhasil menjadi partai besar no 4 di Indonesia
sebelum terjadinya peristiwa di Lubang Buaya.
 
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sejak itu pula presiden Soekarno 
mengenalkan  “Demokrasi Terpimpin”. Demokrasi Terpimpin oleh satu orang yaitu
presiden Sekarno. PKI menyambut “Demokrasi Terpimpin” Sukarno dengan hangat dan
anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara
Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM. Sejak Demokrasi
Terpimpin secara resmi dimulai, Indonesia memang diwarnai dengan figur Soekarno
yang menampilkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Indonesia. Soekarno juga
menjadi kekuatan penengah antara kelompok politik besar yang saling mencurigai 
 
Usul pembentukan angkatan ke 5 selain AD-AU-AL-Polisi
yang dikemukakan oelh PKI pada Januari 1965, diakui
memang semakin memperkeruh suasana terutama dalam
hubungan antara PKI dan AD. Tentara telah
membayangkan bagaimana 21 juta petani dan buruh
bersenjata, bebeas dari pengawasan mereka. Bagi para
petinggi militer ggasan ini bisa berarti pungkuhan aksi
politik yang matang, bermuara pada dominasi PKI yang
hendak mendirikan pemerinahan komunis yang pro RRC
(Republik Rakyat Cina) yang komunis di Indonesia. 
Usulan ini akhirnya memang gagal direalisasikan. Oleh 
 
karena itu akhirnya PKI meniupkan isu dewan jendral di
tubuh AD yang tengah mempersiapkan suatu kudeta. Dan
PKI memperkuat aksi fitnah dengan menyodorkan
“dokumen Gilchrist” 

Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang
bukan hak mereka atas hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka
dan polisi dan para pemilik tanah. Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh
propaganda PKI yang menyatakan bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli
tanah siapapun (milik negara = milik bersama). 
Tepatnya tanggal 1 Oktober dini hari pasukan Cakrabirawa dibawah pimpinan
letnan kolonel Untung secara memualai aksinya dengan target  melakukan aksi 
penculikan terhadap 7 jendral. Pasukan Cakrabirawa  bergerak dari lapangan udara
menuju Jakarta daerah selatan. Tujuh jenderal tersebut adalah Ahmad Yani. MT Haryono 
 
D.I Panjaitan yang langsung dibunuh dirumah masing-masing, sementara Soeprapto,
S.Parman dan Sutoyo ditangkap hidup-hidup kemudian disiksa dan dibunuh oleh PKI,
Satu target PKI lolos dan mampu melarikan diri ketika segerombolan pasukan
Cakrabirawa mengepung rumahnya, dia melompat pagar rumah dubes Irak yang
bersebelahan rumah.  Jenazah para korban lalu dimasukkan ke dalam sumur tua di
daerah lubang buaya.
 
 
 
Jam 7 pagi, Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan sebuah pesan yang 
berasal dari Untung Syamsuri, Komandan Cakrabiwa bahwa G30S PKI telah berhasil
diambil alih di beberapa lokasi stratergis Jakarta beserta anggota militer lainnya. Mereka
bersikeras bahwa gerakan tersebut sebenarnya didukung oleh CIA yang bertujuan untuk
melengserkan Soekarno dari posisinya.
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1965 sore hari.
Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat direbut kembali tanpa
pertumpahan darah oleh satuan RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi
Wibowo, pasukan Para Kujang/328 Siliwangi, dan dibantu pasukan kavaleri. Setelah
diketahui bahwa basis G 30 S/PKI berada di sekitar Halim Perdana Kusuma, sasaran
diarahkan ke sana. Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan
RPKAD di bawah komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah Mayjen Soeharto.
Pada pikul 12.00 siang, seluruh tempat itu telah berhasil dikuasai oleh TNI – AD. 
Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan RPKAD yang dipimpin oleh
Mayor C.I Santoso berhasil menguasai daerah Lubang Buaya. Setelah usaha pencarian
perwira TNI – AD dipergiat dan atas petunjuk Kopral Satu Polisi Sukirman yang menjadi
tawanan G 30 S/PKI, tetapi berhasil melarikan diri didapat keterangan bahwa para
perwira TNI – AD tersebut dibawah ke Lubang Buaya. Karena daerah terebut diselidiki
secara intensif, akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1965 titemukan tempat para perwira
yang diculik dan dibunuh tersebut.. Mayat para perwira itu dimasukkan ke dalam
sebuah sumur yang bergaris tengah ¾ meter dengan kedalaman kira – kira 12 meter,
yang kemudian dikenal dengan nama Sumur Lubang Buaya.  
Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur Lubang Buaya dilanjutkan kembali
(karena ditunda pada tanggal 13 Oktober pukul 17.00 WIB hingga keesokan hari) yang
diteruskan oleh pasukan Para Amfibi KKO – AL dengan disaksikan pimpinan sementara
TNI – AD Mayjen Soeharto. Jenazah para perwira setelah dapat diangkat dari sumur tua
tersebut terlihat adanya kerusakan fisik yang sedemikian rupa. Hal inilah yang menjadi
saksi bisu bagi bangsa Indonesia betapa kejamnya siksaan yang mereka alami sebelum
wafat. 
Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI – AD tersebut dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya disemayamkan di Markas Besar
Angkatan Darat. Pada tanggal 6 Oktober, dengan surat keputusan pemerintah yang
diambil dalam Sidang Kabinet Dwikora, para perwira TNI – AD tersebut ditetapakan
sebagai Pahlawan Revolusi.

C. Rangkuman 

a. Peristiwa Madiun adalah sebuah konflik kekerasan yang terjadi di Jawa Timur
bulan September – Desember 1948. Peristiwa ini diawali dengan
diproklamasikannya negara Soviet Republik Indonesia pada tanggal 18 September
1948 di Madiun oleh Muso, seorang tokoh Partai Komunis Indonesia yang
didukung oleh Front demokrasi rakyat yang dibentuk oleh mantan Perdana mentri
Amir Syarifudin. 
b. pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari jatuhnya kabinet Amir
Syarifuddin pada tahun 1948. Kabinet Amir Syarifuddin jatuh disebabkan oleh
kegagalannya dalam perundingan Renville yang sangat merugikan Indonesia. 
c. Bersamaan dengan itu terjadi penculikan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di
Madiun, baik itu tokoh sipil maupun militer di pemerintahan ataupun tokoh-tokoh
masyarakat dan agama. 
d. Pada tanggal 19 September 1948 Ketika terdengar berita bahwa di Madiun telah
terjadi perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh PKI Muso, maka dengan
ppresiden Soekarno memberi perintah langsung kepada Jendral Soedirman untuk
memulihkan keamanan dan ketertiban.
e. G 30S PKI merupakan gerakan yang tujuan utamanya untuk menurunkan
(mengkudeta) presiden RI pertama, Soekarno agar dapat menguasai Indonesia
dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis.  
f. Sebelum mulainya gerakan G30S PKI, awal mula kecurigaan masyarakatnya terjadi
pada bulan Juli 1959 ketika parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan
konstitusi di bawah dekrit presiden dengan PKI berdiri di belakang, memberikan
dukungan penuh kepada presiden Soekarno.
g. Penolakan rencana embenrukan angakatan ke 5 yang dikemuakkan oleh PKI
memnjadi pemeicu semakin ekruhnya suasana terutama dalam hubungan internal
antara AD dan PKI.
h. PKI meniupkan isu tentang dewan jenderal di tubuh AD yang tengah
mempersiapkan suatu kudeta.
i. Kekacauan  ini memicu adanya gerakan G30S PKI. Peristiwa G30S/PKI dimulai
pada tanggal 1 Oktober dini hari, dimana kelompok pasukan bergerak dari
Lapangan Udara Halim Perdana kusuma menuju daerah selatan Jakarta untuk
menculik 7 jendral yang semuanya merupakan anggota dari staf tentara. 
j. Ketujuh target merupakan jenderal TNI. Ketujuhnya yakni Ahmad Yani, M.T.
Haryono, D.I. Panjaitan, Soeprapto, S. Parman, Sutoyo, dan target utamanya adalah
Jendral Abdul Harris Nasution.
k. G 30S PKI merupakan gerakan yang tujuan utamanya untuk menurunkan
(mengkudeta) presiden RI pertama, Soekarno agar dapat menguasai Indonesia
dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis.  
l. Sebelum mulainya gerakan G30S PKI, awal mula kecurigaan masyarakatnya terjadi
pada bulan Juli 1959 ketika parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan
konstitusi di bawah dekrit presiden dengan PKI berdiri di belakang, memberikan
dukungan penuh kepada presiden Soekarno.
m. Penolakan rencana embenrukan angakatan ke 5 yang dikemuakkan oleh PKI
memnjadi pemeicu semakin ekruhnya suasana terutama dalam hubungan internal
antara AD dan PKI.
n. PKI meniupkan isu tentang dewan jenderal di tubuh AD yang tengah
mempersiapkan suatu kudeta.
o. Kekacauan  ini memicu adanya gerakan G30S PKI. Peristiwa G30S/PKI dimulai
pada tanggal 1 Oktober dini hari, dimana kelompok pasukan bergerak dari
Lapangan Udara Halim Perdana kusuma menuju daerah selatan Jakarta untuk
menculik 7 jendral yang semuanya merupakan anggota dari staf tentara.  


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama