Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak merupakan kerajaan islam tertua di Indonesia yang berdiri pada tahun 840 M. Kerajaan ini kemudian pada tahun 1292 M bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Terdapat 19 raja yang berkuasa di Kerajaan Perlak hingga bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai.
Masa kejayaan Kerajaan Perlak yaitu pada pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan mulai tahun 1225 hingga 1263 M. Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat pada bidang Pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiah. Kemajuan Kerajaan Perlak juga dapat terlihat dengan adanya mata uang sendiri yang terbuat dari emas (dirham), perak (kupang) dan tembaga atau kuningan.
Kerajaan Samudra Pasai
Terletak di Pantai Timur pulau Sumatera tepatnya di Selat Malak. Letak kerajaan Samudra Pasai sangat strategis karena menjadi Bandar-bandar penghubung perdagangan internasional. Pendiri kerajaan Samudra Pasai adalah Nazimuddin Al-Kamil tahun 1238 M yaitu seorang laksamana dari Mesir yang di tugaskan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah dan lada.
Sultan Malikul Saleh merupakan raja pertama kerajaan Samudra Pasai yang memerintah pada abad ke 13 M, yang berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha mengembangkan kerajaan melalui jalur perdagangan dan memperkuat angkatan perang. Masa pemerintahan Malikul Saleh Kerajaan Samudra Pasai mengalami kemajuan yang sangat pesat karena sebagai Negara maritime yang kuat di Selat Malaka. Sultan Malikul Thahir raja pengganti Sultan Malikul Saleh yang merupakan putranya sendiri. Memerintah mulai dari tahun 1297 hingga 1326 M masa pemerintahan Malikul Thahir Kerajaan Samudra Pasai bersatu dengan Kerajaan Perlak.
Raja Ketiga Samudra Pasai adalah Sultan Malik Al Tahir II yang memerintah mulai dari tahun 1326 hingga 1348 M memegang teguh ajaran Islam dan aktif dalam menyiarkan Islam kenegeri sekitarnya. Masa pemerintahannya Samudra Pasai memiliki armada perang angkatan laut yang sangat kuat sehingga para pedagang yang singgah di Samudra Pasai merasa aman saat singgah.
Kerajaan Aceh
Terletak di pulau Sumatra bagian Utara, wilayahnya sangat strategis karena di lewati sebagai persinggahan jalur perdagangan. Menurut Bustanussalatin kerajaan Aceh berdiri pada tahun 1637 M. Sultan Ali Maghayat Syah memerintah dari tahun 1514 hingga 1537 M. Masa pemerintahannya Sultan Ali Maghayat melakukan ekspansi kewilayah Sumatera Utara.
Sultan Alauddin Riayat Ayah Al-Kahar memerintah dari tahun 1537 hingga 1568 M. Melakukan perluasan wilayah ke Malaka tetapi gagal. Sultan Iskandar Muda memerintah dari tahun 1607 hingga 1636 M. Masa pemerintahannya Kerajaan Aceh mengalami masa kejayaan. Kerajaan Aceh bias menjadi Bandar transit perdagangan Islam di dunia barat. Sultan Iskandar Muda Thani memerintah dari tahun 1636 hingga 1641 M. Masa pemerintahannya Sultan Iskandar Muda Thani melanjutkan tradisi-tradisi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Kerajaan Demak
Awal mula kerajaan Demak di sebut dengan Glagah Wangi yang merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit. Selain itu Demak juga dikenal dengan Bintaro. Kerajaan berdiri pada tahun 1500 M oleh Raden Patah.
Faktor-faktor berdirinya kerajaan Demak :
1. Jatuhnya Malaka ketangan Portugis menyebabkan pedagang islam mencari persinggahan dan perdagangan baru
2. Raden Patah (pendiri kerajaan Demak) keturunan raja Majapahit Brawijaya V.
3. Raden Patah mendapat dukungan dari wali
4. Banyak adipati pesisir yang tidak puas dengan Majapahit dan memberikan dukungan kepada Raden Patah
5. Runtuhnya kerajaan Majapahit akibat Perang Paregreg
6. Pusakan keratin Majapahit sebagai lambang pemegang kekuasaan diberikan kepada Raden Patah.
Raden Patah memerintah mulai tahun 1500 hingga 1518 M. Masa pemerintahannya Raden Patah mendirikan Masjid Demak dengan arsitek Sunan Kalijaga, Menjadikan wali sebagai penasihat serta pendamping raja, dan mengutus Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor) untuk menyerang portugis pada tahun 1513 tetapi mengalami kegagalan. Pengganti Raden Patah yaitu Adipati Unus yang memerintah hanya tiga tahun mulai dari 1518 hingga 1521 M. Meskipun hanya memerintah sebentar namun Adipati Unus dikenal sebagai panglima yang gagah berani.
Raden Trenggana merupakan raja pengganti setelah Adipati Unus yang memerintah mulai dari 1521 hingga 1546 M. Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Trenggana. Masa pemerintahannya banyak melakukan ekspansi hingga keJawa Barat hingga berhasil menduduki Cirebon dan Banten untuk mengusir Portugis. Ekspansi kewilayah timur juga tidak kalah hebat secara perlahan Sultan Trenggana merebut wilayah timur diantaranya Madiun, Gresik, Tuban, Singosari dan Blambangan hingga akhirnya wafat ketika menyerang Pasuruan. Pangeran Sekar Seda ing Lepen adik Sultan Trenggana menggantikan tahtanya.
Kerajaan Banten
Terletak di bagian barat pulau Jawa, awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak yang akhirnya melepaskan diri dari Demak setelah Demak mengalami kemunduran. Sultan Hasanudin merupakan raja pertama Kerajaan Banten yang berkuasa mulai dari tahun 1522 hingga 1570. Kerajaan Banten dapat menguasai perdagangan di Selat Sunda pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin. Pusat perdagangan berada di Kerajaan Banten karena wilayahnya yang sangat strategis dan jatuhnya Malaka ketangan Portugis tahun 1511 M yang menyebabkan para pedagang muslim berpindah jalur perdagangan ke Selat Sunda. Faktor pendukung Banten menjadi pusat perdagangan karena sebagai penghasil lada dan beras yang merupakan factor komoditi besar di dunia.
Pangeran Yusuf raja setelah Sultan Hasanudin memerintah Kerajaan Demak mulai dari tahun 1570 hingga 1580 M. Masa pemerintahannya Pangeran Yusuf berhasil merebut Pajajaran dan Pakuan. Maulana Muhammad atau Kanjeng Ratu pada saat menggantikan Pangeran Yusuf masih berusia 9 tahun. Saat pemerintahannya Maulana Muhammad di bantu oleh Mangkubumi. Tahun 1595 Maulana Muhammad melakukan ekspedisi untuk menyerng Palembang namun Maluna Muhammad gugur. Abu’ Imufakhiranak dari Maulana Muhammad menggantikan kekuasaan ayahnya pada saat berusia 5 bulan sehingga pemerintahan dikendalikan oleh Jayanegara. Pemerintahan selanjutnya di gantikan oleh Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah hingga tahun 1651 M
Sultan Ageng Tirtayasa merupakan raja yang memajukan Kerajaan Banten, memerintah mulai dari tahun 1651 hingga 1692 M. Untuk membantu pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya yaitu Sultan Abdulkahar sebagai raja pembantunya. Tetapi dalam roda pemerintahan Sultan Ageng kurang setuju karena Sultan Abdulkahar berhubungan dengan Belanda. Sehingga Sultan Ageng Tirtayasa berusaha untuk merebut kembali semua control kerajaan yang menyebabkan timbulnya konflik dalam Kerajaan Banten sehingga Banten mengalami kemunduran.
Kerajaan Mataram
Berdiri pada abad ke 16 M oleh Senopati atau Sutawijaya dengan pusat kerajaan terletak di Yogyakarta. Sutawijaya memerintah Mataram mulai dari tahun 1586 hingga 1601 M. Masa pemerintahan Sutawijaya tidak berjalan secara baik karena banyak terjadi pemberontakan seperti di Kota Gede yang bertujuan untuk selalu menundukkan para bupati yang ingin melepaskan kekuasaan dari Mataram. Sutawijaya wafat pada tahun 1601 M kemudian pemerintahan di gantikan oleh Mas Jolang.
Mas Jolang memerintah Mataram mulai dari tahun 1601 hingga 1613 M yang bergelar Sultan Anyakrawati. Masa pemerintahannya berhasil menguasai Kertosono, Kediri dan Mojoagung. Wafat dalam pertempuran di Krapyak yang kemudian dikenal dengan sebutan Pangeran Sedo Krapyak.
Mas Rangsang pengganti Mas Jolang memerintah mulai dari tahun 1613 hingga 1645 M lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Mataram mencapai masa kejayaan pada pemerintahan Sultan Agung. Wilayah kekuasaan Mataram meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Cita-cita Sultan Agung adalah menyatukan seluruh pulau Jawa termasuk Banten namun tujuan Sultan Agung tidak tercapai karena terhalang oleh VOC yang sudah terlebih dahulu menguasai Banten. Sultan Agung wafat pada tahun 1645 M kemudian di gantikan oleh Amangkurat I.
Amangkurat I memerintah Mataram mulai dari tahun 1645 hingga 1677 M. Pemerintahan Amangkurat berhubungan baik dengan Belanda sehingga waktu Mataram di serang oleh Madura, Mataram mendapatkan bantuan dari Belanda. Pemerintahan selanjutnya dipimpn oleh Amangkurat II mulai dari tahun 1677 hingga 1703 M. Masa pemerintahan Amangkurat II wilayah Mataram semakin sempit karena banyak wilayah yang di rebut oleh Belanda. Pasca Amangkurat II memeintah kekuasaan raja Mataram tidak lagi kuat karena Belanda memiliki pengaruh yang sangat kuat. Tahun 1755 Mataram terpecah menjadi dua bagian akibat perjanjian Giyanti yaitu wilayah Ngayogyakarta Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta) dan Kesuhunan Surakarta. Kesultanan Yogyakarta di pimpin Raja Mangkubumi yang bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I sedangkan Kasuhunan Surakarta dengan Raja Susuhunan Pakubuwono III.
Posting Komentar