KEHIDUPAN AWAL MANUSIA

KEHIDUPAN AWAL MANUSIA

   
Apa yang kalian pikirkan jika melihat gambar di atas ?
Kehidupan manusia dimulai ratusan ribu tahun yang lalu. Belum mengenalnya tulisn, manusia masa aksara meniggalkan benda peninggalan sejarah berupabangunan, fosil, dan peralatan. Benda-benda peninggalan masa praaksara menunjukkan  kondisi kehidupan masyarakat zaman purba. Misalnya, tigkat teknologi dan kondisi sosial budaya masyarakat masa tersebut.
1.       Masa Berburu dan Mengumpul Makanan


a.       Sistem sosial
Kehidupan sosial, budaya dan ekonomi masa berburu danmengumpulkan makananan, ditandai adanya kehidupan kelompok masyarakat kecil. Mrek hidup dengan cara berpindah-pindah (nomaden) karena kehidupan masih bergantung pada alam. Sebagian besar aktifitas hidup manusia purba ditunjukkan pada pemenuhan kebutuan makanan dengan cara berburu dan mencari umbi-umbian menggunakan alat perkakas yang masih sangat sederhana. Dalam encarian sumber makanannya,manusia purba bergerah tidakjauh dari sumber-sumber air. Seperti air sungai, sumber mata air dan danau.
Manusia purba pada masa ini sudah mengenal sistem pembangian tugas laki-laki dan perempuan meski belum nampak jelas. Tugas laki-laki mencari binatang buruan, sedangkan tugas perempuan memelihara anak, mengumpulkan makanan, dan memasak.  Pada masaini, mereka sudah mengenal api.
Kehidupan berburu dan engumpul makanan berlangsung pada masa batu tua (Palaeolithikum) pada zaman Kala Plestosen. Pendukung kebudayaan aman Batu Tua diantaranya adalah Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus, dan jenis manusia Homo.

b.      Sistem seni budaya
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, manusia telah menghasilkan budaya berupa lukisan-lukisan di dinding gua dan karang bekas tempat tinggal mereka. Menurt Marwati Joned Pusponegoro, di Indonesia penemuan lkian tesebut tersebar di daerah Sulawesi Selatan, Kepulauan Maluku, dan Pulau Irian (Papua). Di Leang-Leang, Sulawesi Selatan, C.H.M. Heeren Palm pada tahun 1950 menemukan lukisan pada dinding gua berupa cap-cap tangan yang jari-jarinya direntangkan atau ditaburi cet warna merah.

Sumber inspirasi dari lukisan-lukisan itu adalah cara hidup mereka pada waktu itu yang masih tergantung pada alam sekeiling akibat dari kehidupannya masih dalam taraf berburu serta mengumpulka makanan. Lukisan tersebut menggambarkan kehidupan sosial ekonomi dalam alam kepercayaan masyarkat waktu itu. Lukisan tersebut juga megandung nilai estetika dan magis yang berkaitan dengan totem dan upacara-upacara yang belum diketahui dengan jelas.
c.       Sistem Religi
Gambaran sistem kepercayaan masyarakat pada masa berburu da mengumpulkan makanan, selain dketahui dari lukisan-lukisa di dinding gua dan karang juga dapat diketahui dari tatacara penuburan mayatnya.
Tata cara penguuran mayat dapat diketahui bahwa diantara mayat-mayat itu ada yang ditaburi cet warna merah. Cer merah tersebut dianggap berhubugan dengan suatu upacara penguburan agar dapat memberi kehdupan baru di alam baka.
Manusia purba menganggap bahwa orang yang telah meninggal akan indah ke alam baka, namun masih tetap dapat berhubungan dengan orang  yang masih hidup. Adanya keyakian tersebut mendorong upaya-upaya untu tetap menghormati orang yang telah meninggal tersebut dalam bentuk penghormatan terhadap arwah aau rohnya.

2.       Masa Peralihan / Masa Berburu dan Mengumpul Makanan Tingkat Lanjut
a.       Sistem sosial
Kehidupan masa ini mulai berkembang dari masa berburu dan mengumpulkan makanan mulai beralih menuju pada kehidupan bercocok tanam dan tinggal menetap. Namun kehidupan masih brgantung pada iklim, kesuburan tanah dan kesediaan binatang. Mereka masin menerapkan la berburu, menangkap ikan, mencari kerang dan siput di laut serta mengumpukan makanan.  Kehdupan bepindah-pindah (nomaden) berangsur-angsur mulai ditinggalkan yang dibuktikan dengan adanya sampah-sampah dapur yang berasal dari kulit siput dan kerang sebagai makanan pokoya (Kjokkenmoddinger). Peninggalan tersebut banyak dijumpai di Sumatera Timur (Langsa dan Medan).
Masa peralihan diperkiraka berlangsung selama zaman Batu Tengah (Mesolithikum) pada zaman Holosen. Pendukung kehidupannya adalah jenis manusia Homo Sapiens dari jenis Papu Melanesoid.
b.      Peralatan Hidup
Pada masa peralan sebagian manusia praaksara sudah mulai tinggal di daerah gua alam (abrissous roche) didekat sumber air, sungai, danau, dan laut. Pada masa ini, manusia purba mulai pandai mengolah makanan dengan menggunakan api. Karea kehidupan yang masih primitif, manusia purba menciptakan api dengan cara menggoreskan batu, kayu, atau beda-benda keras lainnya hingga menimbulkan api.

3.       Masa Bercocok Tanam
a.       Sistem Sosial
Munculnya masyarakat pertanian diperkirakan pada zaman Mesolithikum Akhir (zaman Batu Tengah Akhir). Pendukung masa bercocok tanam adalah Homo Sapiens dari kelompok bangsa Proto Melayu yang datang dari dataran Asia menuju Indonesiamelali jalan barat (kebudayaan Kapak Persegi) dan jalan timur (kebudayaan Kapak Lonjong). Ketika manusia zaman praaksara mulai mengenal teknik bercocok tanam dan sudah hidup menetap disuatu tempat, maka lahirlah pola kehidupan bercocok tanam dan bertani. hal ini meungkinkan manusia praaksara sudah mampu menghasilkan makanan sendiri dan sudah menempati berbagai wilayah.
Masa ini manusia praaksara sudah menghailkan makanan (food producing), ukan lagi berburu dan mengumpulkan makanan (hunti and food gadhering). Kemampuan menghasilkan makanan tersebut menunukkan manusia praaksala tela bertempat tinggal secara permanen. Tempat tinggal meeka dekat denga sungai, danau, bukit dan hutan serta tempat-tempat yang dekat denga air. Mereka sudah tinggal di gua-gua dan rumah pnngung yang dibangun secara sedehana. Rumah panggung diddirika untk menghindari sranga binatang buas. Pola hidup fod prducing akan selalu diikuti olh pola hidup menetap (sedenter).
Struktur sosial masyarakat praaksara masing sangat sederhana berciri keseragaman (homogenitas) yag sangat tinggi. Keseragaman tersebut menyangkut beberapa aspek pola dan bentuk tempat tinggal. Bentuk-betk tempat tingal (rumah) dari masa bercock tanam brua rumah kecil, bundar, dn atapnya melekat di tanah. Pda saat ini bentuk-bentuk rumah tersebut dpat dijumai di Pulau Tior dan Kalimantan Barat. Dalam aspe kependudukan, mulai ejadipnambaan penduduk dengn cepat. Hal ini disebabka adanya anggapan didalam masyarakt bahwa jumlah anggota keluarga yang semakin banyak akan sangat menguntugkan karena keersediaannya tenaga kerja dalam memantu dibidang pertanian.
b.      Sistem Mata Pencaharian
Meningkatnya pertumbuhan penduduk menyebaban jumlah tenaga kerja meningkat, bdang pertanian berkembang pesat. Masyarakat mulai menanami lahan pertanian dengan beneka jenis tanaman eperti umbi-umbia dan buah-buahan, sukun, manggis, rambutan duku dan salak. Dari jenis tanaman tersebut berkembang jenis tanaman lain seperti bij-bijian padi-padian, dan sayur-sayuran. Selain bercocok tanam juga beternak.
Waktu menunggu panen, masyarakat praaksara mengisi ktu dengn membuat kerajinan rumah tangga, seperti menganyam, membuat gerabah, dan mengasah alat-alat pertanian. Kepandaian daam membuat kerajinan tangan inilah meunculka spesialisasiekerjaan dan melahrkan jaman perundagian.
Masa ini masyarakat sudah pandai membuat perahu dari pohon-pohon esar yang dipotong-potong dan digunakan untk menangkap ikan. Kegiatan perdagangan pada masa bercocok tanam menggunakan sistem barter, yaitu dengan cara menggunakan tukar-menukar barang guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Perkiraan munculnya masyarakat pertanian pada zaman Mesolithikum Akhir (zaman Batu Tengah Ahir) dan berkembang pada masa Neolithikum (zaman Batu Tengah Baru) pada zaman Holocen. Penduung masa bercocok tanam adalah jenis manusia modern (Homo Sapiens) dari kelompok bangsa Proto Melayu yang datang dari dataran Asia.
c.       Sistem Peralatan Hidup
1)      Beliung Persegi

Berbebtu seperti cankul 4-25cm. Alat ini dibuat dari batuan kalsedon, agat, chert, dan jaspis. Tipe umumnya terdiri dari beliung bahu, beliung tangga, beliung gigir, beliung atap beiung biola dan beliung penarah. Alat semacam ini juga ditemukan di wilayah alaysia, Thailand, Kampuchea, Vietnam, Cina, dan Taiwan.
2)      Kapak Lonjong

Dibuat dari batu kali jenis nefrit yang telah diasah lebih halus dari kapak persegi. Daerah peneuan terbatas di wilayah bagian timur Indonesia.
3)      Mata Panah
Mata panah jga dtemukan pada masa bermukim dan bercocok tanam. Daerah penemuan di Pacitan Jawa Timur dan Toala Sulawesi Selatan. Mata panah bergerigi dan bilah begerigi dari kebudayaan Toala ditemukan di Toala.
4)      Gerabah dan Perhiasan
Gerabah sudah dibuat ada masa bercocok tanam namun pembuatannya masih kasar dan sederhana. Gerabah pertama kali gitunakan untuk menyimpan bahan makanan dan minuman, kemudian berkembang sebagai alat memasak. Barang hiasan juga mulai dibuat, seperti gelng dari batuan kalsedon, manik-manik dari tanah liat, kalung dari kuli kerang, dan lukisan berwarna-warni. Aneka lukisan dapat dijumpai ada masyarakat pedalaman, Toraja dan Papua.
d.      Sistem Religi
Masa bercocok taam, masyaraat sudah ercaya engan adaya kkuatan ghaib atau atau hal hal yang menakutkan diluar kekuatan manusia. Selain itu, merea juga memuja roh nenek moyangnya. Kadang kala, kalumlihat pohon yang besar dan tinggi dan rimbun, manusia merasa takut. Kengerian itu disebabkan adanya anggapan bahwa ohon itu berpenghuni.
Mereka juga memuja batu besar serta binatang yang meautkan. Kekuatan alam seperti gunung meletus, topan, banjir, petir dll.
Selain mmuja benda dan binatang, mereka jga memua roh nenek moyang. Untuk tempat turuna roh nenek moyang inilah dibangun Megalithikum yang umumnya dibuat dari batu iti utuh yang kebudian dbahatatau dibentuk.
Sistem kepercayaan masarakat pada masa ini adalah Dinamisme dan Animisme. Dinamisme adalah percaya adanyakekuaan ghaib ang terapat ada benda-benda tertentu. Contohnya pohon, batu, gunung, ga, senjata dan jimat. Animisme adalah kepercayaan atau roh tidak hanya ada pada mahluk hidup.  
4.       Masa Perundagian
Masarakat ini semakin maju mengenal logam dan berkemampuan mengolah logam. Banyak peralatan manusia semakin sempurna karena telah megenal masa perundagia (pertukangan).



PENGAYAAN

Tradisi potong jari ini terjadi di papua, kesedihan saat telah ditinggal pergi oleh orang yang dicintai dan kehilangan salah satu anggota keluarga sangat perih. Berlinangan air mata dan perasaan kehilangan begitu mendalam. Terkadang butuh waktu yang begitu lama untuk mengembalikan kembali perasaan sakit kehilangan dan tak jarang masih membekas dihati. Lain halnya dengan masyarakat pegunungan tengah Papua yang melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota keluarganya yang meninggal tidak hanya dengan menangis saja. Melainkan ada tradisi yang diwajibkan saat ada anggota keluarga atau kerabat dekat seperti; suami,istri, ayah, ibu, anak dan adik yang meninggal dunia. Tradisi yang diwajibkan adalah tradisi potong jari. Jika kita melihat tradisi potong jari dalam kekinian pastilah tradisi ini tidak seharusnya dilakukan atau mungkin tradisi ini tergolong tradisi ekstrim. Akan tetapi bagi masyarakat pegunungan tengah Papua, tradisi ini adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan. Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah symbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan sebagian anggota keluarganya.Bisa diartikan jari adalah symbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Walaupun dalam penamaan jari yang ada ditangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu Ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbadaan setiap bentuk dan panjang memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Satu sama lain saling melengkapi sebagai suatu harmonisasi hidup dan kehidupan. Jika salah satu hilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan



REMIDIAL

Sistem sosial masa bercocok tanam
Munculnya masyarakat pertanian diperkirakan pada zaman Mesolithikum Akhir (zaman Batu Tengah Akhir). Pendukung masa bercocok tanam adalah Homo Sapiens dari kelompok bangsa Proto Melayu yang datang dari dataran Asia menuju Indonesiamelali jalan barat (kebudayaan Kapak Persegi) dan jalan timur (kebudayaan Kapak Lonjong). Ketika manusia zaman praaksara mulai mengenal teknik bercocok tanam dan sudah hidup menetap disuatu tempat, maka lahirlah pola kehidupan bercocok tanam dan bertani. hal ini meungkinkan manusia praaksara sudah mampu menghasilkan makanan sendiri dan sudah menempati berbagai wilayah.
Masa ini manusia praaksara sudah menghailkan makanan (food producing), ukan lagi berburu dan mengumpulkan makanan (hunti and food gadhering). Kemampuan menghasilkan makanan tersebut menunukkan manusia praaksala tela bertempat tinggal secara permanen. Tempat tinggal meeka dekat denga sungai, danau, bukit dan hutan serta tempat-tempat yang dekat denga air. Mereka sudah tinggal di gua-gua dan rumah pnngung yang dibangun secara sedehana. Rumah panggung diddirika untk menghindari sranga binatang buas. Pola hidup fod prducing akan selalu diikuti olh pola hidup menetap (sedenter).
Struktur sosial masyarakat praaksara masing sangat sederhana berciri keseragaman (homogenitas) yag sangat tinggi. Keseragaman tersebut menyangkut beberapa aspek pola dan bentuk tempat tinggal. Bentuk-betk tempat tingal (rumah) dari masa bercock tanam brua rumah kecil, bundar, dn atapnya melekat di tanah. Pda saat ini bentuk-bentuk rumah tersebut dpat dijumai di Pulau Tior dan Kalimantan Barat. Dalam aspe kependudukan, mulai ejadipnambaan penduduk dengn cepat. Hal ini disebabka adanya anggapan didalam masyarakt bahwa jumlah anggota keluarga yang semakin banyak akan sangat menguntugkan karena keersediaannya tenaga kerja dalam memantu dibidang pertanian.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama